Saturday, October 29, 2016

Pengalaman Mengurus E-Paspor (Graha Pena Surabaya)

Logo E-paspor
Basa-Basi

Kalau kita mau ke luar negeri, maka dokumen yang jadi jauh lebih penting dari akte lahir dan KTP kita adalah? yup... Paspor. Paspor adalah dokumen identitas utama yang paling di akui kalau kita sedang tidak di negeri sendiri.

Nah, kurang lebih sebulan yang lalu saya memutuskan untuk mengurus paspor sendiri. Sebenarnya keputusan untuk mengurus paspor lebih karena Kartu Keluarga masih di tangan saya, bukan karena saya sudah punya rencana tetap untuk ke luar negeri. You know, Kartu Keluarga adalah salah satu syarat pengurusan Paspor. Sementara yang seharusnya memegang KK itu adalah orang tua saya di kampung, bukan saya yang di Jogja ini. Jadi sebelum itu KK saya balikin, mending saya urus paspor dulu.

Seiring perkembangan zaman, paspor juga mulai terstandarisasi. Tidak terlalu berbeda banyak bentuk dan isinya antar negara satu dan yang lain (untuk paspor baru). Terkecuali kalau anda warga Korea Utara sana, semua negara kini makin mengarah untuk menerapkan standar paspor dari  ICAO (International Civil Aviation Organization/Organisasi Penerbangan Sipil Internasional), yang adalah salah satu "anak" PBB.

Semakin seragam paspor antar negara, makin memudahkan kita untuk traveling ke negara lain. Dan itu bisa dilakukan dengan E-Paspor. Beruntung, Indonesia sudah menerbitkan E-paspor, meskipun baru di 3 kota besar: Jakarta, Surabaya, dan Batam.

Nama resmi dari ICAO untuk E-paspor adalah "Machine Readable Travel Document" (Dokumen Perjalanan yang Bisa Dibaca Mesin). Kalo dari Pemerintah, resminya disebut "Paspor Biasa Elektronik"Paspor Biometrik" (karena chip didalamnya menyimpan data biometrik tubuh, misalnya sidik jari, retina mata, dll). Tapi biar gampang, untuk seterusnya kita sebut saja E-Paspor.

Cari Info...

Cukup dengan basa-basi, mari kita langsung ke cerita.

Langkah pertama (ini saya lakukan sejak tahun lalu), buka website Imigrasi (Imigrasi.go.id). Tentu saja untuk mencari info tentang E-Paspor. Nah, perhatikan ya...

E-Paspor punya kedudukan yang sama dengan Paspor Biasa. Tidak ada istilah khusus yang dibuat untuk membedakan 2 jenis paspor ini. Dengan kata lain, E-paspor adalah salah satu bentuk dari Paspor Biasa. Yang membedakan hanyalah ada tidaknya chip elektronik di dalam paspor tersebut.
 anda harus menanamkan statement itu di benak anda. ini karena orang-orang mungkin akan kebingungan untuk mencari info tentang E-paspor. Kebanyakan akan mengeluh "E-Paspor kok malah dibilang 'Paspor Biasa'".




Sebutan Paspor sebenarnya untuk membedakannya dari 2 jenis paspor lainnya, yaitu Paspor Diplomatik dan Paspor Haji. Jadi "E-paspor" disini adalah paspor biasa dengan chip elektronik di dalamnya.

Ok, setelah itu terbenam di kepala kita, langsung saja buka http://www.imigrasi.go.id/index.php/layanan-publik/paspor-biasa#umum

Di situ kita bisa lihat berbagai informasi, syarat ketentuan, tarif, prosedur dan lain-lain. Bisa dibaca di situ bahwa biaya untuk mengurus E-Paspor baru adalah 655.000 rupiah (600.000 biaya paspor dan 55.000 untuk Penggunaaan Jasa Teknologi Informasi).

Oh iya, sampai artikel ini di tulis, E-Paspor baru bisa di urus di Kantor Imigrasi (Kanim) di 3 kota, yaitu Jakarta, Surabaya dan Batam:

-Semua Kantor Imigrasi di Provinsi DKI Jakarta
-Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya
-Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam

Ingat, untuk Surabaya dan Batam E-paspor cuma bisa di Kanim Kelas I Khusus, jadi nggak akan bisa kalau anda ngurusnya, misalnya (mentang-mentang sama-sama di Surabaya), di Kanim Tanjung Perak.

Siapkan Segala Persyaratan

Kalau dana dan info sudah lengkap, selanjutnya menyiapkan segala persyaratan. Ini bahkan lebih penting lagi terutama untuk anda yang rumahnya jauh dari 3 kota tadi. Jangan sampai begitu sampai di Kanim tujuan, anda harus pulang hanya karena syarat tidak terpenuhi. Petugas Imigrasi tidak segan untuk menyuruh anda pulang bahkan meski rumah anda jauh untuk melengkapi berkas, karena mereka sudah terbiasa melakukan itu.

 Yang saya siapkan adalah:
  1. Kartu keluarga Yang Sudah Ditandatangani Kepala Keluarga

    Banyak pengunjung kanim yang ditolak karena KK-nya tidak ditandatangani Kepala Keluarga, dan lebih parah lagi, sudah dilaminating. Jadi pastikan masalah kecil ini selesai.
  2. KTP Elektronik

    Jelas, tentu fungsinya sebagai identitas diri. Karena oleh Pemerintah Pusat KTP lama (KTP Siak) dinyatakan tidak berlaku, maka jangan sekali-kali menggunakan KTP lama tersebut.

    Tapi, kalau misalnya anda sudah melakukan rekam data E-KTP namun belum menerima E-KTP tersebut (karena blangko KTP habis), ada keringanan. Cukup tunjukkan surat dari pihak berwenang (Kecamatan atau Disdukcapil). Intinya surat tersebut harus menerangkan bahwa Anda sudah melakukan rekam data E-KTP. Jadi kalau surat tersebut hanya menyatakan "surat ini berfungsi sebagai pengganti E-KTP", sorry, anda akan ditolak.
  3. Ijazah SMK

    Ada 3 pilihan sebenarnya:
    -Akte Lahir
    -Ijazah SD atau SMP atau SLTA
    -Surat Baptis

    Berhubung saya gak pegang akte lahir, maka saya bawa Ijazah. Ijazah pendidikan tertinggi yang bisa di terima adalah dari SD hingga setingkat SLTA. Jadi kalau anda pake ijazah kuliah (apapun jenjangnya), tidak akan diterima.

    Saya juga membawa surat Baptis dari Gereja Katolik. Dari situs resmi Ditjen Imigrasi sebenarnya Surat Baptis juga bisa diterima, namun prakteknya, punya saya ditolak. Alasan dari Petugas Imigrasi, format penulisan namanya bisa menimbulkan ambigu. Karena, nama lahir dan nama baptis digabung. Padahal nama baptis saya gak masuk di akte lahir/ijazah/KTP. hehe.

    so, buat yang mau pake surat baptis, perhatikan apakah nama baptis anda juga masuk ke nama resmi (KTP). kalau iya, maka harusnya bisa. Tapi kalau enggak, maka lebih baik jangan gunakan Surat Baptis. Lebih baik pakai Ijazah atau Akte lahir.
  4. Materai 6000

    Buat jaga-jaga, beli aja 2 biji. Sebenarnya di Kanim juga ada orang jualan Materai kok. Ada bapak-bapak agak kurus duduk di tangga menuju kantin/toilet yang jualan materai dan pulpen.
  5. Fotokopi semua dokumen diatas di kertas A4 (kecuali materai).

    Sebenarnya masing-masing dokumen hanya butuh 1x fotokopi. tapi untuk jaga-jaga, saya bikin 2.
Perjalanan dimulai... 

Nah kalo syarat udah lengkap, lalu selanjutnya tinggal berangkat ke surabaya.

Oh iya, sebelumnya harus tahu dulu:
Hingga Mei 2017, Operasional Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya ada di Gedung Graha Pena (Jawa Pos) karena Gedung yang ada saat ini sedang direnovasi.
Maskot kota Surabaya
 Jadi yang yang saya tuju adalah Gedung Graha Pena, bukan Gedung Kanim di Waru Sidoarjo. Pilihan untuk pergi Jogja-Surabaya agak ekstrem, saya pakai bebek Blitz dari Si Ijo Kawasaki.

Pilihan untuk berangkat jam 3 sore tanggal 21 September 2016. Suatu Pilihan yang fatal. Tanpa persiapan yang matang juga sebenarnya.

Beberapa kali saya nyasar. yang paling jauh ketika sampai Fly Over Palur. Saking terkesima sama itu fly over, saya langsung saja melintas lewat situ. Gak sadar bahwa arah ke Surabaya sebenarnya belok kiri, bukan bablas via flyover.

Baru nyadar kesasar ketika udah nanjak ke Gunung Lawu. Putar balik deh. Terpaksa lewat jalan Karanganyar-Sragen yang gelap gulita.

Badan pegel, tapi perjalanan lanjut. Sesekali hujan (deras banget) bikin saya harus berhenti untuk pasang-copol jas hujan.

Sampe di jalur Ngawi-Caruban, musibah yang lebih parah terjadi. Ban Bocor. Padahal udah jam 1 malem ( 22 September). Sebenarnya pas ban bocor posisi berhentinya di depan tambal ban, yang kata orang-orang, biasanya buka 24 jam. Tapi waktu itu gak ada orang sama sekali. Lama berdiam diri, kulihat di sebelah barat ada POS POLISI MILITER.

Angker banget kan kedengarannya. Tapi kondisi waktu itu bener-bener darurat. Kuberanikan diri datang  ke POLISI MILITER sambil dorong motor. Kulihat dari luar bapak-bapak setengah mengantuk lagi nonton tivi. Sepertinya beliau lagi jaga malam. Kubuka pagar dan terucap dari bibirku kata-kata mujarab: "Kulo Nuwun..."

Bapak tentara tersebut terbangun dari kantuknya dan melihat ke arahku..

"Silahkan dek..." katanya, "Ada apa?" sambutnya dengan senyum ramah.

Lalu bibir ini menuturkan apa yang terjadi, sambil kepala penuh euforia senang karena bapak tentara tersebut luar biasa ramah, sama sekali tidak arogan seperti di pikiran. Bahkan mempersilahkan saya untuk minum, ke toilet dan tidur menunggu pagi di situ, hingga meminjamkan saya motornya (ketika pagi) untuk mencari tambal ban yang udah buka!

Meski beliau membatasi paling lambat jam 7 pagi udah harus cabut, karena sudah jam kerja, tapi bantuan yang saya dapat dari bapak tentara di Subdenpom V/1-2 Ngawi sudah jauh lebih dari cukup. Satu hal yang saya sayangkan, saya lupa nama bapak tersebut.

Setelah ketemu tukang tambal ban jam 6 pagi, ndorong motor ke tukang tersebut, nunggu, dan baliknya dorong lagi sampe ke DENPOM (karena helm saya masih di denpom), pamit sama bapak tentara, perjalanan pun berlanjut.

Sekarang cuaca malah berbalik jadi luar biasa panas. Mana jantung ini deg-degan karena antrian terakhir pengajuan paspor adalah jam 10.00. So Ngawi-Surabaya harus kurang dari 4 jam. Mission Impossible.

Benar saja, sampai daerah Mojokerto, kondisi padat merayap meski udah ngebut. Alhasil, sampai Graha Pena jam 11.10. Sempat berharap bisa nego sama petugas biar diijinin ngantri. tapi tetep aja gak boleh. Katanya, sistem antrian pake komputer yang diatur dari Jakarta, jadi mereka gak bisa utak atik.

Muka lemes, udah datang jauh-jauh harus malah masih harus diundur satu hari. Lalu datang seseorang yang sepertinya calo. Beliau menawarkan untuk menguruskan paspor buat saya. Tau tarif yang dia ajukan? Rp2.000.000. Langsung saya  tolak mentah-mentah.

Ok, ada waktu sehari yang harus saya habiskan di Surabaya. Yaudah saya keliling-keliling. Yang pertama tentu saja ke pom bensin. Bensinnya mepet banget, begitu nyampe SPBU dekat Stasiun Wonokromo, mesin langsung mati.

Abis isi bensin, langsung ke tujuan andalan: Jembatan Suramadu! Tapi untuk ke situnya juga sempet nyasar ke kawasan Tanjung Perak.

Untungnya kalo lewat Suramadu naik motor, sekarang gak bayar. Tapi juga dilarang berhenti di jembatan. Anda harus terus jalan sampai ke sisi Pulau Madura. Lumayanlah kali ini, si motor udah ngalamin dibawa nyebrang pulau. hehe

Gimana dengan pulau madura-nya sendiri? hmm. Sorry to say. Saya tidak menemukan hal yang cukup menarik di Bangkalan, selain tanah Madura yang luar biasa datar dibanding Jawa.

Ok, balik ke surabaya udah mulai malam. Tujuan selanjutnya ke Wifi.id terdekat. Tentu saja buat isi ulang HP gratis dan internetan di situ, sambil cari-cari info.

Lalu kembali keliling-keliling kota, nikmatin gedung-gedung pencakar langit yang gak ada di Jogja. Lalu ke Plaza Tunjugan, cuci mata doang. Meski begitu, Surabaya tetap enak dinikmati karena kotanya-khususnya pada jalan utama- bersih banget. Thanks Bu Risma!.

Berhubung udah tengah malem, waktunya cari tempat tidur. Tentu saja yang gratisan. Yang jadi inceran saya adalah tempat yang tetap ramai 24 jam. Jadi pilihannya adalah??

Terminal Bis Purabaya.

Ternyata banyak kok orang yang tidur di sini, meski tentu tidurnya gak bisa senyaman tidur di kasur. Ada yang tidur di kursi, ada yang di lantai. Kalau saya pilih tidur di lantai ruang tunggu terminal. Karena di temboknya ada colokan listrik buat isi ulang powerbank. Sudah tentu harus waspada sama barang-barang ya. Jadi jangan pamer apapun yang mencolok. Kalau tidak terlalu penting jangan keluarkan gadget dan barang berharga lain.

Begitu pagi tiba (tgl 23 September) jam 5 pagi, langsung saya bergegas ke Gedung Graha Pena. Jaraknya cuma 5 km, tinggal jalan lurus ke arah utara pokoknya.

nyampe disini, sudah ada belasan orang yang mengantre. Karena belum berbaris, kami menuliskan nama kami satu persatu di atas kertas untuk menentukan urutan masuk. Kebetulan saya dapat nomer 16.

Pas jam 7, antrian mulai mengular. Petugas berbicara di depan pintu kantor. Yah bisa dibilang briefing gitu lah. Ada juga sesi tanya jawab, intinya yah bicara syarat-syarat yang harus dilengkapi. Termasuk juga tata cara berpakaian.

Berpakaian Yang Pantas


 Tentu pembaca udah tau tentang standar pakaian yang sopan di negara kita. Sandal tidak diperbolehkan (tapi Sandal gunung masih bisa), kalau bisa bersepatu. Untuk laki-laki pakai celana panjang. Untuk perempuan tidak boleh pakai rok mini/hot pants. Baju berkerah. gak pake aksesoris yang aneh-aneh. Badan gak boleh bau. hehe

Ngantri lumayan lama, saya menunggu kurang lebih 1 jam, pakai nomor urut dari mesin.

Saat sampai di pintu Kanim, berkas kita akan di periksa sama satpam. Kalau belum lengkap, kita tidak akan diizinkan masuk.

Jelaskan Negara Tujuan Anda

Begitu masuk, langsung diarahkan untuk ke bagian informasi. Disini akan di tanya, paspor jenis apa yang mau di urus, dan kemana anda akan pergi. Saya disemprot petugas disini karena menjawab "Belum tahu". Si petugas yang bapak-bapak itu langsung nyemprot aja, "Gak usah bikin paspor aja kalo gitu! Paspor gak buat siap-siap doang". Akhirnya tanpa berpikir panjang langsung aja saya bilang saya mau ke Timor Leste.

 Akhirnya si petugas pun mempersilahkan saya melanjutkan ke antrian wawancara, sambil memberikan map dan formulir gratis untuk kelengkapan dokumen, serta nomor antri wawancara.

Wawancara
Setelah duduk menunggu panggilan kurang lebih setengah jam dan mengisi formulir, akhirnya nomor antri saya dipanggil. Tahap wawancara ini sebaiknya anda juga persiapkan dengan baik, namun santai. Jelaskan negara tujuan anda, kapan berangkat, ingin ngapain disana, sekarang kerja dimana, dll.

Bicara nya santai saja, tapi jawaban harus nyambung dan berkaitan satu sama lain. Biar petugas gak curiga. Sembari di wawancara, data sidik jari juga akan diminta untuk di scan dengan alat khusus.

Waktu saya mengurus, sedang terjadi gangguan sistem (pemberitahuannya ditempel di dinding sudut-sudut ruangan). Oleh karena itu, si mbak-mbak yang wawancarain saya bilang paspornya baru bisa di ambil 2 bulan lagi.

'2 bulan lagi'
Pas di bilangin begitu, saya sih langsung iya-iya aja. Tapi dalam hati sudah tahu, pasti prosesnya lebih cepat dari itu. Dia bilang begitu lebih karena agar yang mengajukan paspor tidak kecewa kalau prosesnya tidak bisa selesai dalam waktu 5 hari kerja.

Selesai wawancara, anda bisa langsung pulang. Oh iya sebelumnya minta kontak no. hp Kantor Imigrasi di bagian informasi. Ini penting -karena sistem katanya lagi gangguan- untuk mengetahui status permohonan paspor.

Terakhir saya hubungi, nomornya adalah 081230056677.
Setelah dapat Bukti permohonan, saya pun pulang ke Jogja.

Pulang Ke Jogja

Setelah selesai mengajukan permohonan, tanpa babibu lagi langsung saja saya balik ke Jogja. Masih menggunakan kendaraan yang sama. Hanya saja kali ini saya tidak lewat jalur Ngawi-Caruban, melainkan lewat Madiun-Magetan-Tawangmangu.

Melintasi Pangkalan Udara Iswahyudi dan Kota Magetan, jalan mulai menanjak. Tapi pemandangan nya sangat indah. Jalan berkelok-kelok tapi mulus. Sayangnya begitu mau tiba di puncak, motor mulai ngos-ngosan. Beruntung rintangan kali ini bisa dilewati, meskipun hujan lebat dari Tawangmangu sampai Klaten. Sampai di rumah jam 10 malam, tanggal 23 September.

Bayar Biaya Paspor 
Setelah sampai rumah, keesokan harinya langsung saya menuju Bank BRI di toko Progo Jogja yang buka hari Sabtu (24 September). Saya pergi ke BRI karena, menurut tulisan di Kanim Surabaya dan pemberitaan, mulai 1 September ada 78 Bank (Termasuk BRI) yang menerima pembayaran paspor. Sebelumnya, pembayaran Paspor hanya bisa melalui bank BNI.
Namun, begitu sampai sana, Teller BRI malah bilang tidak bisa.

Tampaknya, Teller Bank belum menerima sosialisasi dengan baik.

Beruntung, tidak jauh dari Toko Progo ada BNI Pasar Beringharjo yang membuka layanan Weekend Banking juga. Langsung saya menuju sana, dan bayar. Abis itu dikasih slip pembayaran. Simpan bukti pembayaran ini untuk diserahkan bersama Bukti permohonan, pada saat anda mengambil passport.

Perhatikan. Karena saya membayar di hari Sabtu, maka pembayaran saya baru dibukukan oleh pihak Bank pada hari senin. Dan karena pencetakan paspor baru dilakukan setelah pembayaran diterima, maka '5 hari kerja' baru dihitung sejak hari Senin.

Bagaimana Kalau Bukti Permohonan Hilang?
biar barangnya ilang, untung fotonya masih ada
Well, itulah yang terjadi pada saya. Waktu itu bukti permohonan hilang waktu belanja di Pasar Lempuyangan.

beruntung, saya sudah memfoto bukti tersebut. jadi nomor-nomornya masih bisa ditunjukkan ke petugas.

Yang masih selamat tinggal Bukti Bayar. Dan barang itu kusimpan erat-erat.




Pengambilan Paspor

Dalam pengambilan paspor, saya lebih santai. Toh karena saya tidak ada rencana keluar negeri dalam waktu dekat, saya baru mengambilnya tanggal 19 Oktober 2016, alias jaraknya hampir satu bulan sejak pembayaran.

Oh iya, untuk status permohonan, saya harus sms sendiri ke Kanim Surabaya. Tidak ada pemberitahuan lewat e-mail. Entah kenapa. Beruntung respon sms cukup cepat.

Kali ini perjalanan ke Surabaya menggunakan bis ekonomi. Naik dari Terminal Giwangan tgl 18 Oktober malam, Turun di terminal Purabaya tanggal 19 pagi. Sangat mudah untuk mengakses seluruh kota Surabaya lewat terminal ini, karena merupakan titik kumpul angkutan kota. Tinggal bilang mau ke Graha Pena, orang-orang langsung tunjukkin bis yang lewat jalur itu. Tarif nya cuma 3000 jauh dekat.

Sampai di Graha Pena, langsung ngomong ke petugas kalo ingin ambil paspor tapi Bukti permohonan hilang. Lalu dia tanya ada bukti bayar tidak? Saya pun serahkan bukti bayar. Si petugas langsung masuk ke dalam kantor. Sekitar 5 menit kemudian ia kembali sambil menyerahkan bukti bayar yang sudah ia tulisi nomer permohonan saya. Rupanya waktu di dalam ia mencarikan nomor permohonan saya tersebut. Wow Keren!

Setelah dapat nomer permohonan, langsung masukkan ke mesin antri pengambilan paspor. Tak lama petugas penyerahan paspor akan memanggil nama Anda. Paspor pun di serahkan.

Kondisi Fisik Paspor
Cover dengan Logo E-passport dibawahnya

Yang membedakan E-paspor dari paspor konvensional, secara tampilan fisik, adalah adanya logo Standar E-paspor berbentuk persegi panjang dengan lingkaran di tengahnya serta garis yang membelah persegi panjang tersebut. Hmm, mirip gambar Mata Satu Illuminati. 

Sayangnya cetakan gambar garuda Pancasila di paspor saya agak rusak cetakannya.Seperti terlihat pada gambar. Saya gak tahu kenapa. Sudahlah gak terlalu masalah, yang penting fungsinya

Sunday, October 16, 2016

Cara Kerja Bumi Resources (Dan Bakrie Group) part 2

Republik Seychelles, negara dimana
Leap Forward Ltd. diregistrasikan
Artikel ini adalah lanjutan dari Cara Kerja Bumi Resources (Dan Bakrie Group) part 1

Untuk apa bikin perusahaan banyak-banyak? (contd.)

Nah, dengan anonim-nya pemilik saham dibawah 5%, Bakrie mudah untuk melakukan goreng-menggoreng saham. Tinggal kontak si broker A, B, C untuk melakukan transaksi semu antara SPV X ke SPV Y, harga gampang dipermainkan. Harga mau dinaikin? tinggal gelar aja tuh Public Expose. Bikin berita bagus, akuisisi tambang ini itu,harga pun melambung.

Wednesday, October 12, 2016

Cara Kerja Bumi Resources (Dan Bakrie Group) part 1

Di postingan minggu lalu saya menampilkan chart tentang struktur kepemilikan saham di Bumi Resources dan anak-anak usahanya. Nah dengan menggunakan diagram tersebut, ada beberapa hal yang selama ini samar-samar saja menjadi sedikit terbuka, meski tentu belum terang benderang.

Untuk bisa memahaminya, silahkan lihat kembali chart tersebut. Mari kita tinjau satu per satu...

Thursday, October 6, 2016

Portiolio 13 Oktober 2016


Struktur Anak Usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Tanggal 5 Oktober kemarin, setelah tertunda sekian lama akhirnya merilis laporan keuangan mereka. Yang dirilis ada 3 sekaligus, yaitu LK Full Year 2015, LK Q1 2016 dan LK Q2 2016. Meskipun kesemuanya masih melaporan defisiensi modal bahkan kerugian, namun harga sahamnya, yang sudah di-unsuspend karena sudah merilis laporan keuangan, malah naik. Tentu saja karena sentimen akan selesainya proses restrukturisasi utang yang diharapkan rampung pada akhir bulan oktober ini.

Saturday, October 1, 2016

Indonesia Capital Market Directory

Buat pembaca yang merupakan mahasiswa bidang ekonomi, terutama manajemen atau keuangan/akuntansi , dan terlebih lagi yang skripsinya berkaitan dengan pasar modal, pasti akan familiar dengan yang namanya Indonesian Capital Market Directory, disingkat ICMD.

Monday, August 22, 2016

Short Selling: Membaca Tanda-Tanda Kejatuhan [Saham] Perusahaan

Pada artikel yang lalu saya memposting tentang dasar dasar short selling. Seperti yang sudah saya tulis, artikel ini terinspirasi buku Karya Tom Taulli. Saya sendiri belum pernah melakukan Transaksi Short Sell, namun kali ini tertarik untuk membahasnya.

Tuesday, August 16, 2016

Short Selling, Meraup Untung Dari Kejatuhan (Saham) Perusahaan [Part 1]

Hari ini saya jalan-jalan ke Perpustakaan DI Yogyakarta, atau nama gaulnya Gedung Grahatama Pustaka. Saya gemar kemari karena koleksi buku-bukunya lengkap dan bermutu (isinya rata-rata lebih mendalam dari yang di Perpustakaan Jogja Kota). Kali ini tentu saja saya mencari buku-buku investasi.

Short Selling, Meraup Untung dari Kejatuhan (Saham) Perusahaan [part 2]

Bursa Efek Amsterdam, 1622
Lanjutan dari Short Selling, Meraup Untung dari Kejatuhan (Saham) Perusahaan [part 1]

Sejarah Short Selling


Mekanisme cerdas alias agak rumit dari Short Selling ini, percaya atau tidak, sudah tercatat dalam sejarah sejak leih dari 400 tahun yang lalu. Ia lahir di bursa saham pertama di dunia dan saham yang di Short adalah saham perusahaan publik pertama di dunia. Adalah VOC yang biasa kita pelajari di sekolah SD-SMP dulu, suatu perusahaan raksasa multionasional pertama yang pernah ada di bumi ini.

Sunday, August 14, 2016

EBITDA

Buat anda-anda yang suka membaca laporan keuangan, atau minimal suka baca-baca artikel tentang Analisis Fundamental, pasti pernah dengar yang namanya EBITDA.

EBITDA biasa disejajarkan dengan rasio-rasio lain seperti PER, PBV, ROE dll. Hanya saja memang sedikit kurang populer dari rasio-rasio tersebut diatas. Meski begitu, saat ini mulai banyak orang-orang di Indonesia yang pakai EBITDA dalam perhitungan mereka untuk kalkulasi murah-mahalnya suatu saham.

Saturday, August 6, 2016

Setahun Berinvestasi Saham

Bulan ini setahun yang lalu saya mulai masuk di dunia pasar saham Indonesia menggunakan rekening atas nama saya sendiri (sebelumnya sudah masuk sejak bulan Mei 2015 menggunakan ID rekan saya).

Setahun masihlah terlalu dini untuk bisa disebut berilmu. Namun setahun juga bukannya saya tidak membuat kesimpulan sama sekali, meski hanya kesimpulan sementara. Dalam setahun ini sudah banyak kejadian-kejadian yang saya alami, yang sedikit banyak mempengaruhi psikologis saya dalam berinvestasi.

Thursday, July 7, 2016

Portofolio 7 Juli 2016

Keterangan: saham BUMI harganya 0 karena sedang perdagangannya sedang disuspensi pihak Bursa Efek Indonesia.

Sunday, June 5, 2016

Pengalaman Mengajukan Secured Credit Card BCA (Update 15 Nov 2016)

Beberapa tahun belakangan ini, belanja online sudah makin familiar di kalangan warga Indonesia. Beragam situs E-commerce muncul. Sebut saja FJB Kaskus, Tokopedia, Bukalapak, dan masih banyak lagi. Belum lagi penggunaan kartu prabayar elektronik yang makin banyak ditemui terutama di toko-toko kayak Indomaret dan Layanan Transportasi Umum, misalnya Bus TransJogja. Hal ini semakin menunjukkan tren masyarakat yang semakin menjadi Cashless Society.

Bicara Cashless Society, pasti juga bicara salah satu komponennya yaitu kartu kredit. Terutama sekali kalau anda belanja dari situs-situs luar negeri, misalnya Alibaba dan Amazon, hampir pasti anda dihadapkan pada satu-satunya pilihan yaitu memiliki kartu kredit. Memang ada pilihan menggunakan VCC (Virtual Credit Card), namun biasanya tidak bisa bertahan lama dan seringkali, harus update karena masa berlaku yang terbatas.

Pengalaman Mengurus NPWP beda domisili

Seiring perkembangan zaman dan reformasi, saat ini kita yang sudah bekerja dituntut untuk memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Bahkan seorang freelancer pun juga dituntut untuk segera memiliki NPWP, kayak saya ini. Oleh karena itu, saya sudah sejak tahun lalu mencoba mengurusnya.

Seperti yang sudah saya tulis di beberapa artikel sebelumnya, seringkali saya mengalami masalah saat mengurus hal-hal yang berkaitan dengan birokrasi. Hal ini terutama berkaitan dengan domisili saya yang berbeda dengan alamat di KTP. Sehingga bila mengalami kendala, akan sangat susah untuk menyelesaikannya dengan cepat.

Soo.. begini ceritanya... (saya copy dari laporan saya di situs Lapor.go.id). Ingat, Saya mengajukan permohonan NPWP dengan status USAHAWAN.

Wednesday, May 18, 2016

Pengalaman Menghadiri RUPS SRIL (PT. Sri Rejeki Isman Tbk.)



Bpk. Iwan Lukminto, Rekan-rekan Investor UMY
dan saya (ketiga dari kanan). Terima kasih untuk mas Jovi
sebagai pemilik foto.
Seperti yang sudah saya sebutkan di postingan saya sebelumnya tentang SRIL disini, saya berencana menghadiri RUPS-nya. Dan akhirnya hari ini kesempatan itu terwujud.

Sudah cukup lama saya menantikan hari ini. Sejak sebulan lalu saat pencatatan pemegang saham yang berhak menghadiri RUPS. Alasan kenapa saya pilih SRIL, ya karena emiten ini lokasi RUPS-nya paling dekat dengan domisili saya. Yang lain hampir pasti di Jabodetabek semua. Sebenarnya ada juga SIDO yang RUPS-nya di Semarang (Tanggal dan jam RUPS sama kayak SRIL: 18 Mei pukul 09.30 WIB). Tapi yah itu tadi, Jogja lebih dekat ke Solo ketimbang Semarang. Hehe

Tuesday, May 17, 2016

Analisis Saham DAJK (Dwi Aneka Jaya Kemasindo)

Produk-produk yang kemasannya dibuat oleh DAJK,
Pasti Anda sudah familiar kan?
Malam kemarin penulis sibuk browsing Stockbit buat liat-liat saham apa aja yang lagi trending. Nah ternyata salah satunya adalah DAJK (Dwi Aneka Jaya Kemasindo). Tertarik, langsung saya cari-cari info tentang perusahaan ini di internet. Ternyata, produk-produknya sangat familier di mata kita.

DAJK adalah produsen kemasan consumer goods. Hampir tidak mungkin anda tidak pernah melihat produk-produknya. Dari Richeese Nabati, Tango, Dunkin Donuts, Astor, Holland Bakery, dan masih banyak lagi, semuanya pakai kemasan bikinan DAJK.

DAJK didirikan tanggal 5 mei 1997. Hingga saat ini DAJK punya 3 plant/pabrik. Plant 1 ada di Pasir Jaya, Plant 2 di Jatake, dan Plant 3 di Cikupa. Semuanya ada di Tangerang Banten.

Monday, May 16, 2016

Sri Rejeki Isman (SRIL)

Fashion Village, Toko garmen milik Sritex di Sukoharjo
kurang lebih 1 atau 2 bulan yang lalu saya memutuskan untuk membeli saham perusahaan yang lokasi RUPS-nya dekat dengan kota domisili saya saat ini. Seperti yang kita tahu, mayoritas perusahaan di BEI mengadakan RUPS di Jakarta dan sekitarnya, bahkan meskipun pabrik atau tempat mereka beroperasi fisik ada di daerah. Satu dari sedikit perusahaan yang RUPS-nya tidak di Jabodetabek adalah PT. Sri Rejeki Isman Tbk(kode ticker SRIL), yang terkenal dengan merk dagang "Sritex".

SRIL saya pilih karena RUPS-nya ada di kota yang relatif dekat dari Jogja, yaitu Solo. Ada juga sih yang RUPS-nya di Semarang, misalnya SIDO tapi kan Semarang lebih jauh dari Solo (3 jam dari Jogja cuy, itu kalo ga macet). Nah sebelum datangin RUPS-nya besok tanggal 18 Mei, mari kita bongkar laporan tahunan dan keuangannya dulu.

SRIL adalah perusahaan yang dibangun dari nol. Awalnya pendiri perusahaan ini, Bapak Iwan Lukminto hanyalah pedagang Tekstil di Pasar Klewer Solo sejak tahun 1966. Terus dari keuntungan yang didapet dibikinlah pabrik tekstil. Tahun 1992 mulailah perkembangan Sritex semakin pesat, setelah dapat akses untuk menjual produk seragam militer buat ABRI. Puncaknya tahun 1994 Sritex jadi pemasok seragam militer untuk negara-negara NATO.

Sampai saat ini, Sritex memang dikenal sebagai salah satu produsen seragam militer terkemuka dunia. dari negara kecil kayak Maladewa & Timor Leste sampe negara-negara maju selevel Jerman, mereka semua mempercayakan produk seragam militernya pada Sritex. Selain seragam militer, Sritex juga memproduksi pakaian khusus lainnya, misalnya seragam Hazmat.

Alasan Sritex menggarap segmen pakaian seragam ini, tentu saja karena margin keuntungannya lebih tinggi daripada pakaian sehari-hari. Hal ini dimungkinkan karena pesaingnya lebih sedikit dengan jumlah pesanan yang umumnya besar. Kalau pakaian umum, biasanya harus saingan sama China dan Vietnam.

Sritex adalah satu dari segelintir perusahan garmen yang selamat dari krisis 98 dan 2008, bahkan kini jadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara bersama pesaingnya yang juga dari Indonesia, PT. Kahatex (bukan perusahaan publik).

Selain karena fokus pada segmen seragam militer, kekuatan Sritex lainnya ada pada penguasahaan bisnis yang terpadu dari hulu sampai hilir. Mulai dari lini pemintalan (pembuatan benang sebagai bahan dasar), penenunan (pengolahan benang menjadi kain), finishing (pewarnaan dan penyelesaian produk kain) hingga garmen (pengolahan kain menjadi pakaian jadi).

Bagaimana dengan keuangannya?


Perusahaan ini punya aset 783.5 juta USD. sangat besar. Sayangnya, 65% dari asset masih berupa liabilitas/utang. Ekuitasnya hanya 276.7 juta USD.

Untuk return on Equity-nya udah lumayan, 20%. Artinya perusahaan butuh 5 Tahun (100/20) untuk mengembalikan modal bersih. Sementara untuk Return on Asset masih terlalu kecil, hanya 7%.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, perusahaan ini berorientasi export. Artinya rawan terhadap penguatan Rupiah (jadi jika rupiah menguat, akan jadi kabar buruk bagi perusahaan ini). Misalnya saja tahun lalu ketika rupiah anjlok, saham SRIL malah melonjak dari 120-an di bulan oktober 2014 hingga 470 di akhir Juli 2015 (naik empat ratus persen!) sebelum akhirnya turun lagi ke angka 254 sekarang setelah pergerakan rupiah kembali stabil.

However, kalau anda rajin baca-baca berita, SRIL sampai saat ini masih melakukan ekspansi. Jadi mungkin utang yang besar tadi juga tujuannya memang buat bikin pabrik baru. Termasuk juga alasan SRIL untuk IPO di tahun 2013, kemungkinan besar untuk alasan yang sama: Ekspansi.

Pada harga 254 per saham, maka PER-nya 6.15 kali. Murah sekali. Begitu juga dengan PBV-nya yang hanya 1.24 kali.

Secara keseluruhan, SRIL terbilang menarik. Valuasi sudah murah. Namun perlu diwaspadai liabilitas/utangnya sangaat besar, meskipun sebagian besar berupa utang jangka panjang. Merk yang sudah terkenal dan pasar yang masih terbuka untuk segmen seragam militer juga jadi nilai tambah tersendiri. However, penulis memutuskan untuk tidak berinvestasi di perusahaan ini. Pertama, karena perusahaan baru IPO pada 2013 lalu, belum banyak track recordnya di pasar modal. Kedua, karena menunggu perkembangan ekspansi perusahaan. Pengen lihat duit segede itu dikemanain aja.

Alasan penulis membeli sahamnya lebih karena ingin ikut RUPS yang akan diselenggarakan 18 mei nanti. Silahkan tunggu liputannya.

Friday, May 6, 2016

Kisah-kisah Perusahaan Sukses Yang Pernah Rugi (Turn Around)

Di Quartal pertama 2016 ini, kita menyaksikan lonjakan laba dari beberapa emiten di BEI. Meskipun yang masih rugi juga banyak, namun beberapa perusahaan besar maupun second liner mencatatkan kinerja yang kinclong di tiga bulan pertama tahun ini. Sebut saja Multi Bintang Indonesia yang mencatat kenaikan laba hingga hampir 130% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal yang mirip terjadi juga pada sektor komoditi, terutama energy. Meskipun labanya masih kecil (bahkan ada yang masih minus) namun adanya kenaikan harga minyak dan batubara sedikit banyak telah mengangkat harga saham di sektor itu.

However, kisah sukses tentu tidak bisa dinilai semata dari rentang waktu satu tahun dan semata menggunakan variabel makro ekonomi. Ketangguhan management dalam jangka panjang merupakan faktor utama dalam sukses tidaknya suatu perusahaan. Nah, namanya juga organisasi yang isinya manusia, perusahaan sukses juga bukannya serba sempurna. Ada suatu masa dimana mereka harus bersusah payah menjaga perusahaan agar tetap hidup, boro-boro mau untung besar. Kabar baiknya, perusahaan-perusahaan ini berhasil melalui masa-masa sulit tersebut dan mendulang sukses saat ini.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk membalikkan posisi perusahaan dari rugi jadi untung besar. Semuanya melibatkan proses yang saya sebut 4 GANTI. Apa saja?
  1. Ganti Manajemen

    Artinya, perusahaan mengalami penggantian para pimpinan dengan harapan ada perubahan mindset dalam cara menangani suatu usaha. Cara ini adalah cara yang paling umum dilakukan untuk membalikkan posisi perusahaan dari kerugian berlarut-larut. Manajemen yang baru diharapkan mampu mendobrak tradisi lama perusahaan yang dianggap 'tabu untuk diubah' demi kemajuan yang lebih progresif.

    Contoh paling spektakuler untuk kasus ini, menurut saya, adalah PT. Kereta Api Indonesia. Sebelum tahun 2009-2010, hampir semua orang tak bisa percaya kondisi kereta api di Indonesia bisa jadi seperti sekarang ini. Kereta api identik dengan Calo, Stasiun dan Kereta kumuh, desak-desakan, petugas yang angkuh (kalau ada penumpang komplain, biasanya mereka jawab: "silahkan cari angkutan lain"), Kereta anjlok, dan lain-lain.

    Hadirnya Bpk. Ignasius Jonan mengubah itu semua. Tiket kini dibuat sistem online, Hampir semua space di stasiun dikomersilkan. Petugas korup dibuang, kereta ekonomi dipasang AC, Gaji karyawan dinaikkan besar-besaran (terutama yang kerjanya berhubungan langsung dengan keselamatan penumpang), pedagang liar jadi susah ditemukan, stasiun dibersihkan, standar keselamatan dinaikkan, dan masih banyak lagi.
  2. Ganti Pemilik

    Nah, kalau ganti pemilik, kasusnya juga sering terjadi. Sebut saja Bank Central Asia. Bank yang pernah dimiliki oleh Group Salim ini keok ketika krisis moneter 1998. Banyak nasabah yang menarik dananya secara besar-besaran, mengakibatkan BCA mengalami defisiensi modal. Kelompok Usaha Salim yang melakukan ekspansi usaha terlalu besar juga diduga punya andil dalam kejatuhan BCA di tahun itu.

    Setelah sahamnya diambil alih oleh Grup Djarum pada tahun 2002, kinerja Bank ini terbilang moncer, apalagi statusnya sebagai satu-satunya Bank Swasta dari 'The Big Four' perbankan Indonesia. Saat ini BCA punya ciri khas tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.
  3. Ganti Bidang Usaha

    Seringkali didapati bahwa, meskipun manajemen sudah berupaya keras dalam meningkatkan kinerja perusahaan, situasi tetap sulit sekali untuk dipulihkan. Kalau sudah begini, perlu dipikirkan lagi: apakah bidang usaha itu memang masih bisa menghasilkan? bagaimana dengan kompetitor lain, apakah mereka masih bisa untung?

    Kalau semua jawaban dari pertanyaan diatas adalah 'Tidak' maka kini saatnya untuk pindah bidang usaha. Contoh yang berhasil dalam aksi ini adalah PT. Resource Alam Indonesia, Tbk, milik keluarga Adijanto, yang terkenal dekat dengan dunia bisnis perambahan hutan.

    Dulu perusahaan ini bernama Kurnia Kapuas Utama Glue Industry. Dari namanya saja kita sudah tahu kalau bidang usahanya adalah Lem. Sayangnya produk 'Lem' yang dimaksud punya kekhususan produk yang terlalu tinggi, yaitu Lem Khusus Kayu. Mengingat Kayu sudah mulai habis ditebang, lem kayu juga tentu sepi peminat.

    Sejak 2005 perusahaan pun merintis usaha batubara melalui anak usahanya, PT Insani Baraperkasa. Sementara Pabrik lem mereka di Palembang berjalan terseok-seok, bisnis batubara malah berkembang pesat apalagi ketika momentum krisis 2008. Alhasil kini Resource Alam Indonesia menghentikan usaha lem dan memilih mengembangkan usaha mereka di sektor energi. Menurut saya KKGI adalah salah satu perusahaan batubara paling konservatif di BEI, dengan hutang yang kecil dan ekspansi yang berjalan normal (tidak terlalu cepat, tapi juga tidak berdiam diri. Pokoknya produksi batubara naik terus).
  4. Ganti Strategi
    Nah, kalo yang ini tentu beberapa ceritanya sudah sering kita dengar. Balik Ke Grup Salim lagi. Dulu sebelum krisis 1998, Konglomerasi Salim punya banyak jaringan usaha yang tersedia di berbagai bidang. Hampir semua produk-produk terkenalnya kita familiar di telinga kita: BCA, Indocement, Indosiar, , Indomobil, Indofood, dan Indo-Indo lainnya.

    Krisis 1998 merubah banyak hal dalam kehidupan keluarga Sudono Salim. Dulu mereka aman tenteram berkat kedekatannya dengan Presiden Soeharto. Di tahun itu, mereka justru mendapat petaka besar karena hal yang sama. Rumahnya di serbu massa yang tidak berani menyerang kompleks Cendana. Puluhan perusahaannya terpaksa diserahkan kepada Pemerintah. Ribuan nasabah BCA panik dan menarik uang mereka secara besar-besaran. Salim hancur, setidaknya untuk saat itu. Yang berhasil dipertahankan hanya Indofood.

    Lepas krisis itu, Sudono Salim memilih tinggal di Singapura. Bisa dipahami kepedihan mendalam Om Liem. Entah beliau trauma atau gimana dengan Jakarta. Sampai akhir hayatnya Om Liem tetap tinggal di negeri Singa putih.

    Tampuk bisnis pindah ke tangan anaknya. Anthoni Salim. Bpk Anthoni Salim sepertinya belajar banyak dari krisis 98. Strategi usaha beliau ubah secara fundamental. Apa saja yang berubah? Kalau menurut pengamatan kasar saya, yang terlihat jelas adalah:
    • Fokus Usaha. Dulu segala jenis bidang dimasuki oleh Grup Salim. Sekarang mereka hanya fokus pada sektor consumer goods, namun sektor itu dikuasai secara komprehensif, mulai dari bahan baku sampai rantai distribusinya.
    • Kedekatan politik. Dulu mereka memilih mendekat pada rezim penguasa untuk mengamankan bisnis. Sekarang, bpk Anthoni Salim nampak menjauhi sikap itu. Grup Salim memilih tidak berpihak dalam politik. Tidak cuma itu, beliau juga jarang tampil di media massa. Tidak membangun citra diri sebagai "Pengusaha Sukses Indonesia".

  • Hasilnya?Bisa anda lihat sendiri. Kini Indomaret ada dimana-mana, auh mengungguli Alfamart. Kini Indomie kembali berjaya setelah pernah disalip Mie Sedaap dari Wingsfood. Bahkan di beberapa negara di Afrika, misalnya Nigeria, Indomie berstatus hampir mirip makanan pokok. Bahkan untuk produk makanannya, Salim punya perusahaan penghasil sawit yang siap memasok bahan baku: Salim Ivomas Pratama Tbk. Semua lini dalam sektor Consumer Goods kini dikuasai Salim. Lagi-lagi, Salim berjaya.

Sunday, April 17, 2016

Sektor Rokok


Mumpung lagi weekend, saya jadi pengen nulis lagi. Berhubung lagi di kampung, nothing much to enjoy. Mending cuap-cuap depan laptop aja. 

Selama ini kita mengenal sektor consumer goods sebagai sektor paling stabil di bursa saham. Teknologi yang rendah, berakibat belanja modal juga rendah, produknya pun murah, dan berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Alhasil consumer goods jadi salah satu sektor paling menguntungkan di negara manapun di dunia ini.


Selama ini kalau bicara consumer goods, pikiran saya langsung terbayang odol, snack, rexona, pisau cukur, permen dan seterusnya. Hanya baru belakangan ini saya sadar, ROKOK juga consumer goods. Kok bisa ya barang yang merakyat di kalangan kuli sampai mahasiswa sampai direktur sampai menteri ini saya lewatkan?

Bahkan menteri berkinerja terbaik di RI juga ngudut. Jadi mari kita ikut ngudut bahas saham sektor udut ini
Rokok memang udah merakyat di negara kita. Sejak tembakau diperkenalkan oleh Belanda melalui sistem tanam paksa, negeri ini udah dikenal jadi penghasil tembakau terbanyak dan terbaik di dunia. Rokok juga jadi salah satu sektor penyumbang pendapatan negara terbesar. Nah, mari kita lihat kinerja emiten di sektor yang merakyat ini:


Kalau dua pentolan rokok di bursa, yaitu Gudang Garam dan HM Sampoerna, saya tidak perlu banyak penjelasan lagi. Udah terkenal kinerja dua perusahaan ini lantjar djaja dan selalu untung besar. Makanya harga sahamnya mahal. Dan karena harga sahamnya mahal, saya jadi ga tertarik.

Yang menarik justru 2 emiten terakhir. Bentoel sama Wismilak. 

Untuk Bentoel, jadi menarik karena rugi terus sejak 2012. Perusahaan yang kini jadi bagian dari British American Tobacco ini banyak tergencet pesaing yang kerap menghimpit kinerjanya. Alhasil sampai sekarang masih berdarah-darah, malah sampai defisiensi modal. Kalau kita baca laporan tahunan terbarunya, pihak manajemen mengaku Bentoel masih rugi karena sedang melakukan aktivitas investasi. Sayangnya, alasan kayak gitu sudah mereka pakai sejak tahun 2013-an. Jadi patut dipertanyakan juga kinerja investasi nya, kalau memang benar-benar rugi karena investasi lho ya.

Nah, dari tabel di atas, yang keliatan banget masih layak buat invest adalah Wismilak. Emiten berkode WIIM ini untungnya masih lumayan, 131 Milyar. Yang bikin tambah menarik lagi ya PER dan PBV-nya itu lho, masing masing cuma 6.32x dan 0.88 kali. 

Wismilak sendiri rutin bikin event-event untuk menjaga brand-awareness mereka. Untuk level nasional, mereka ngadain "Diplomat Success Challange", sebuah kompetisi ide usaha yang mungkin anda pernah liat di tivi. Dulu tahun 2006 kebawah, mereka juga jadi sponsor turnamen tennis wanita "Wismilak International" di Bali. Sayang sekarang turnamennya udah ga lanjut.

Meskipun murah secara valuasi, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa antara 2011 hingga 2015, pertumbuhan laba Wismilak rata-rata hanya 0.06% pertahun. Kecil sekali. Jadi bisa disimpulkan selama 5 tahun itu, Wismilak tidak bertumbuh. Hanya segitu-segitu saja. 

Kesimpulannya, Wismilak saat ini valuasinya sudah murah. Perusahaan masih mencetak untung terus dari tahun ketahun, namun tidak bertumbuh. Masih cocok buat investasi, namun tidak untuk jangka waktu lama, paling lama hanya setahun kedepan. 




Wednesday, April 6, 2016

Buka Rekening di Bank BCA (dan pengalaman-pengalaman birokrasi lainnya)

Bulan Februari kemarin, ada berita baik dari salah satu bank di negara kita. Bank Bank Central Asia alias Bank BCA berhasil mengungguli DBS Bank asal Singapura dari segi kapitalisasi pasar. Maksudnya, Harga atas kepemilikian Bank BCA jadi lebih tinggi dari harga DBS Bank. Nilai pasar Bank BCA mencapai 24 Milyar Dollar, sementara DBS Bank terus anjlok dari 34 Milyar Dollar pada Agustus 2015 ke 23 Milyar Dollar pada Februari 2016.

Meski begitu awalnya saya sempat heran. Bagaimana bisa negara sekecil Singapura memiliki perusahaan bernilai selangit dan mengungguli Indonesia yang luasnya 3379 kali luas Singapura. I mean, gimana caranya dirikan ATM kalo luas wilayah cuma seiprit? Bandingin sama BRI dan BCA yang ATMnya dimana-mana ada di negara ini, bahkan kalo BRI bisa sampe pelosok tuh kantor cabangnya.

Tentu saja pertanyaan itu sudah selesai. Bank yang sebagian sahamnya dipegang Temasek Holdings (BUMN Singapura) ini tidak hanya buka cabang di negaranya, tapi juga di pusat-pusat bisnis Asia. Jadi mereka punya kantor di kota-kota besar di India, China, Hongkong, Taiwan, Indonesia dan negara-negara lain. Dan mereka banyak menyerap dana dari korporat-korporat besar, gak cuma konsumen retail saja. 

However, saya gak lagi bicarain Bank DBS, tapi Bank BCA. Dan kali ini gak tentang analisis saham, tapi kesan sebagai nasabah baru.

Entah cuma saya aja apa orang lain juga ngerasain: bagi saya Bank BCA adalah bank retail dengan syarat pembukaan rekening paling ribet yang pernah saya alami. Setidaknya itu dulu ketika belum punya e-ktp.

Sudah lama saya ngincer untuk buka rekening di Bank BCA. Mereka terkenal dengan fasilitas internet banking (dan transaksi online lainnya) yang sangat memanjakan nasabah. Dimana-mana tiap ada toko online hampir pasti menyediakan layanan pembayaran khusus Bank BCA. Pengalaman saya belanja di toko-toko juga hampir pasti menyediakan fasilitas gesek kartu BCA, padahal BRI, BNI, Mandiri belum tentu ada di toko-toko itu. 

Petualangan saya dimulai tahun 2012 lalu. Saat KTP SIAK saya hilang. KTP saya beralamat di Samarinda, sementara domisili saya sudah di Yogyakarta. Jadi saya tidak mungkin pulang ke kampung halaman hanya untuk ngurus ktp baru. Lalu pas 2013 saat pendaftaran mahasiswa di Yogyakarta, saya berhasil buka rekening CIMB Niaga. Tanpa KTP, trus gimana cara daftar? Pake SIM, sama berbekal status saya yang sudah diterima sebagai mahasiswa itu. Sepertinya CIMB Niaga sangat mempermudah persyaratan karena statusnya masih lebih kecil di banding empat bank terpopuler di negara kita ini.

Waktu terus berlanjut. Tahun demi tahun berganti. Sampailah di tahun 2015. Saya semakin merasakan susahnya birokrasi di kota Samarinda, ketika saya punya kesempatan untuk pulang ke kota itu dan mengurus apa yang bisa diurus. Hal-hal yang bisa di urus dalam satu hari saja di Yogyakarta, di Samarinda baru selesai dalam seminggu. Contoh nyatanya adalah ketika ngurus SIM. Total waktu yang saya habiskan untuk ngurus SIM C sekitar 5 hari. Ada saja hambatannya: Lokasi rumah ke Polresta yang jauh, Tidak disediakan dokter untuk cek medis di tempat, petugas yang udah pulang duluan, pungli, antrian panjang dan seterusnya. 

Keribetan diatas juga berlaku untuk ngurus E-KTP. 

Blangko E-KTP habis (ini terjadi di seluruh Indonesia). Antrian perekaman data juga sudah menumpuk. Saya menghabiskan sekitar 4 hari mulai dari urusan Rekam data E-KTP hingga urus surat keterangan pengganti E-KTP. Petugas bilang E-KTP bisa untuk buka rekening di bank manapun. Saya ragu.

Benar saja. Dari strategi saya yang mengajukan pembukaan rekening ke hampir semua bank terkenal yang ada di Samarinda, hanya dua bank yang mau menerima menggunakan Surat Keterangan pengganti E-KTP, yaitu Bank BNI dan Bank Kaltim. Bank Mandiri menolak mentah-mentah. Bank BRI juga gitu. Bank BCA menerima, dengan syarat: Data saya sudah masuk ke server EKTP pusat. Setelah di cek, data saya tidak ada. Ternyata yang baru dilakukan pihak kecamatan hanyalah merekam data saya, belum meng-uploadnya ke pusat. NIK saya tidak ditemukan.

Jadilah begitu. Beberapa minggu di Samarinda, yang saya berhasil urus hanya dua: SIM C dan Rekening BNI (Saya tidak tertarik dengan Bankaltim karena layanannya masih sempit sekali). Berhubung punya rekening BNI, saya langsung juga mendaftar di BNI Securities via divisi Direct Channel (daftar lewat pos langsung kirim ke kantor pusat BNI Securities, tidak melalui kantor cabang). Adanya layanan Direct Channel sangat menguntungkan kita yang bertempat tinggal di kota yang belum memiliki perwakilan perusahaan sekuritas kayak Samarinda ini.

Lanjut lagi.... berbulan-bulan setelah itu..


Masa penantian penerbitan E-KTP saya terus berjalan. Hingga enam bulan setelahnya (saya rekam data E-KTP bulan juni 2015 kalo gak salah). Seharusnya E-KTP saya udah dicetak. Wong Blanko-nya udah tersedia sejak Oktober kok. Tapi... yah... ternyata...

Rupanya E-KTP saya tidak dicetak. Alasan dari pihak kecamatan: Saya tidak proaktif dalam menunggu pencetakan.


Sial. Gampang banget mereka ngomong kayak gitu. Beruntung ibu saya mau ngurusin lagi. Saya pun harus nunggu lagi sampai urusannya selesai.

Selama masa penantian, dari juni 2015 sampai saat April 2016, saya hanya bisa menanti sambil terus iri melihat fakta bahwa hampir semua toko baik fisik maupun online menyediakan layanan BCA. Dimana-mana saya tanya, bisa gesek bank apa aja? salah satu jawaban mereka pasti Bank BCA.

Belum lagi urusan kemudahan yang lain. Misal untuk kartu kredit. Kalau anda sering belanja online, pasti sudah tidak asing dengan yang namanya Paypal. Nah untuk verifikasi akun paypal ini, butuh kartu kredit. Bisa memang menggunakan VCC (Virtual Credit Card) tapi sangat beresiko diblokir. Nah, yang terkenal paling mudah untuk mengajukan kartu kredit juga Bank BCA, dengan layanan Secured Credit Card-nya. Tapi yah boro-boro bisa buka kartu kredit BCA, buka rekeningnya aja saya gak bisa...

Setelah browsing online, ternyata saya temukan fakta bahwa tidak hanya saya yang mengalami kesulitan dalam membuka rekening di BCA. Banyak juga yang mengeluhkan hal yang sama. Rata-rata menemukan masalah saat membuka rekening di kantor cabang BCA yang berjauhan dari alamat KTP kita. Biasanya minta syarat surat keterangan domisili. Itupun belum tentu disetujui. Ada lagi kantor cabang yang minta NPWP. Padahal seperti yang kita tau, tidak semua orang punya. Macem-macem deh pokoknya.

Dari situ saya menyimpulkan bahwa Bank BCA adalah bank paling ketat persyaratannya di Indonesia ini.

Pucuk dicinta Ulam pun tiba. Awal April 2016, Akhirnya E-KTP saya selesai dicetak dan dikirim ke saya di Jogja. Langsung saja tanpa babibu lagi saya pergi ke kecamatan untuk aktivasi E-KTP. Prosesnya sangat cepat. Tidak diminta apa-apa, cukup tempelkan jari telunjuk kanan ke scanner di kantor kecamatan, E-KTP langsung aktif. 

Untuk mengantisipasi syarat-syarat yang diajukan pihak Bank, februari kemaren saya sudah mengajukan Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagai bukti bahwa saya memang tinggal di Yogyakarta. Namun ternyata...

Tadi siang laya langsung tancap gas ke Bank BCA KCU Yogyakarta yang ada di Jl. Sudirman. Pertama kali masuk kesana, kesan pertama adalah Bank BCA memang merupakan bank yang sibuk. Dibandingkan Bank BNI yang biasa saya datangi di Jl. Adisutjipto, masih kalah sibuknya dari BCA ini, meskipun BNI Adisutjipto melayani Weekend Banking. Belum lagi antrian ATMnya.

KeyBCA, alat pengaman transaksi on-line dari Bank BCA


Karena banyak orang, nunggunya cukup lama. Tapi gak terlalu masalah. Selain gak buru-buru, didalam juga cukup sejuk, dan disediain air putih sama permen. hehe. Saat giliran pun tiba. Bayangan tentang ribetnya proses pembukaan rekening langsung sirna. Tellernya hanya minta E-KTP. Saya juga menyertakan SKTS, kalau-kalau dibutuhkan berhubung domisili saya tidak sesuai alamat di E-KTP. Ternyata tidak dibutuhkan. Teller tersebut bilang, syarat-syarat tambahan hanya dibutuhkan kalo kita pake KTP biasa. Kalo udah pake E-KTP, kita bisa buka rekening dari manapun, tidak perlu berada di kantor cabang sesuai alamat. 

Setoran pertama Rp500.000 saya serahkan, sesuai syarat dari BCA. Urusan langsung beres. Penantian bertahun-tahun akhirnya selesai hari ini. 

Sambil buka rekening, saya juga tanya-tanya ke mbak tellernya itu. Tanya-tanya perkara kartu kredit yang pake dana jaminan. Ternyata masih ada layanannya (herannya kok gak ada di brosur ya?). Dengan layanan itu kita bisa mengajukan permohonan kartu kredit tanpa harus punya nomer telpon rumah atau kantor untuk verifikasi. Bahkan tidak ada verifikasi sama sekali katanya. Tidak butuh slip gaji, tidak butuh slip rekening listrik, pokoknya tetek bengeknya tidak perlu. Yang diperlukan hanya sebuah rekening BCA, serta dana minimal sebesar Rp3.600.000 sebagai jaminan. Layanan ini tentu sangat bermanfaat buat kita-kita yang sering berbisnis online sendiri di rumah, karena syaratnya sangat mudah untuk dipenuhi.


kesimpulan dari cerita panjang diatas:
  1. Pelayanan birokrasi di Kota Jogja bagus, cepat dan informatif.
  2. Pelayanan birokrasi di Samarinda kacau balau, lambat dan terkesan dipersulit.
  3. Bank BCA akan mempersulit Anda kalau mengajukan pembukaan rekening menggunakan KTP lama.
  4. Kebalikan dari poin no 3, Anda akan sangat dipermudah kalau sudah pakai E-KTP.
  5.  Kesimpulan dari poin 3 dan 4, Bank BCA sangat berhati-hati dalam prinsip mengenal nasabah. Mereka lebih suka nasabah dengan identitas dan sumber dana yang jelas daripada terus berburu nasabah baru namun dengan kemungkinan pelanggaran hukum yang tinggi. Maklum, nasabah mereka sudah banyak.
  6. Makin kecil suatu bank, makin cantik teller-nya. Hal ini saya simpulkan setelah membandingkan teller Bank BCA dengan teller Bank CIMB Niaga yang kantornya berdekatan, sama-sama di Jl. Sudirman Yogyakarta.

What Makes Bank BCA Different?

  1. Bank BCA bersikap sangat konservatif. Mungkin karena pengalaman mereka di tahun 1998. Mereka lebih milih menolak nasabah yang punya kelemahan dari segi identitas.
  2. Dengan ukurannya yang besar di segala lini, sepertinya Bank BCA menerapkan strategi monopoli yang cukup efektif. Bank ini bahkan tidak bergabung dengan jaringan ATM Bersama yang terkenal itu, dan memilih membangun jaringan ATM sendiri bernama PRIMA. PAdahal pengguna jasa Bank BCA terbilang banyak. Alhasil hal ini membuat Bank-bank lain juga 'terpaksa' bergabung dengan jaringan PRIMA lantaran sering nasabahnya sering mengeluhkan tarif transaksi antar bank yang tinggi,
  3. Kalau dulu, BCA juga suka membuat kebijakan pemisahan lokasi ATMnya dari bank lain. Kita saya sering mendapati lokasi ATM BCA yang nyempil sendiri menjauh dari ATM Bank-bank lain meskipun berada di site/lokasi yang sama. Namun sekarang sudah mulai banyak ATM BCA yang ikut berjejer berdampingan dengan ATM Bank lain.
  4. Bank BCA sering juga bukan yang pertama kali yang menyediakan suatu inovasi layanan baru. Namun mereka sangat matang dalam manajemen layanan sehingga kerapkali mereka unggul dalam suatu layanan melebihi bank lain yang mempelopori layanan itu sendiri. Sebagai contoh, BCA bukan bank pertama yang menyediakan mesin ATM (Bank Niaga lah yang pertama), namun kini justru ATM BCA punya ciri khas "tersedia dimana-mana".
  5. Sekian dulu. Kapan-kapan saya tambahkan kalau ada ide menulis tentang BCA lagi.

Saturday, April 2, 2016

Dahsyatnya MMM: Manusia Menipu Manusia

Saya akhir-akhir ini harus banyak menabung dan berhemat. Seiring makin susahnya jualan komputer, ekonomi yang makin melambat dan tagihan yang terus jalan. Banyak hal yang harus dipotong, termasuk jatah duit untuk hedon di kota Jogja yang menawarkan sejuta hiburan ini. 

Beruntung kali ini tidak harus sampai menjual saham-saham seperti yang saya lakukan akhir tahun 2015 lalu. Jalan masih panjang mengingat return dari saham, jika bisa dikelola dengan baik, biasanya hanya berkisar 10-30% pertahun.

Tapi ada satu hal yang belakangan ini menarik perhatian saya. MMM. Di Indonesia belakangan dikenal sebagai singkatan dari Manusia Membantu Manusia. Penciptanya Sergei Mavrodi, warganegara Russia yang pada tahun 2007, ia dinyatakan bersalah oleh pengadilan Russia karena melakukan penggelapan 100 juta Rubel (sekitar 4 juta USD) yang dikumpulkan dari sekitar 10.000 investor.  

MMM merebak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. MMM mengaku diri sebagai --ini saya kutip dari situs resminya, http://indonesia-mmm.net/id/ -- :
MMM bukan bank, MMM tidak mengumpulkan uang anda, MMM bukan bisnis online, HYIP, investasi atau program MLM. MMM adalah sebuah komunitas di mana orang saling membantu.MMM memberikan program dasar teknis, yang membantu jutaan peserta di seluruh dunia untuk menemukan mereka yang membutuhkan bantuan, dan mereka yang siap untuk memberikan bantuan secara GRATIS. Semua dana ditransfer ke peserta lain adalah bantuan yang anda diberikan karena niat baik anda sendiri untuk satu sama lain, benar-benar gratis.
Keterangan: Situs indonesia-mmm.net sudah diblokir Kemenkominfo. Anda bisa menggunakan Anonymox atau program pengalih alamat IP lainnya.

 Unik, MMM menjelaskan bahwa profit yang akan diberikan kepada member adalah uang dari member lain yang masuk dan menyetor dana. Dengan kata lain, MMM terang-terangan mengakui bahwa mereka menggunakan skema Ponzi, meskipun kata "Ponzi" tidak ada dalam kalimat-kalimat promosi mereka. 
Seseorang yang masuk kedalam skema Ponzi harus menyerahkan uang pada orang lain yang terlebih dahulu ada di skema itu, lalu mencari korban lebih banyak lagi untuk mendapat uang lebih besar dari yang sudah ia serahkan, dan seterusnya.
MMM, dan skema investasi bodong lainnya, sering memakan korban dari kalangan orang-orang yang punya tiga ciri:
  1. Greedy alias rakus
  2. Malas --minta duit banyak tanpa kerja banyak
  3. Bodoh dalam pemahaman sistem keuangan
Kali ini, MMM sangat gencar melakukan promosi lewat internet, terutama sekali sosial media. Yang sangat terlihat adalah mereka berupaya sekeras mungkin agar komentar-komentar kritis tentang mereka dilenyapkan. Kalau ada korban yang membuat posting/komentar tentang komplain terhadap MMM, mereka akan:
  1. Membalas posting tersebut dengan pembelaan dan loyalitas level dewa terhadap MMM. Termasuk dengan mengatakan bahwa si pembuat postingan itu hanyalah orang pemalas/dungu yang gagal dan tidak paham sistem MMM dengan baik, atau;
  2. Menghapus postingan itu.
Yang jelas, MMM tidak lah beda dengan skema-skema penipuan lainnya yang datang dan pergi menggoda kita. Dulu tahun 2006-an saya sendiri pernah ikut MLM Tiens/Tianshi, lalu kita juga sempat geger dengan kasus Golden Traders Indonesia Syariah/GTIS, lalu ada bisnis baru ini, bisnis baru itu, MMM, dan seterusnya akan selalu muncul.




Yang saya sesalkan sebenarnya lebih kepada dampak dari skema-skema bisnis semacam ini terhadap investasi-investasi resmi yang teregulasi bahkan dianjurkan oleh pemerintah. Sesaat setelah kasusnya pecah, saat korban sadar bahwa mereka adalah korban, berita muncul ke permukaan, dan lalu orang-orang memberangus semua hal tentang Investasi dan menganggap semuanya adalah Gerakan Setan.

Saat korban-korban itu mulai berjatuhan, mereka mulai di edukasi tentang cara investasi yang benar. Sayangnya itu semua sudah terlambat. Mereka yang putus asa mencap bahwa tidak ada investasi yang benar. Omong kosong dengan Saham, Obligasi, Dana Investasi Real Estate dll. Padahal yang membuat mereka terjerembab seperti itu adalah karena "Investasi" bodong mereka tidak pernah ada dalam undang-undang, skemanya tidak diakui negara, karena memang logikanya tidak akan pernah membawa untung yang pasti.

Terkait dengan agresivitas MMM di Internet, saya mempersilahkan anda-anda yang anggota/member MMM untuk memberi tanggapan melalui kolom komentar di bawah. Komentar apapun, APAPUN, akan saya loloskan dari moderasi selama bukan spam. Sebagai anggota MMM yang baik, seharusnya anda tidak membiarkan seseorang menjelek-jelekkan gerakan yang sudah membantu banyak orang ini, sesuai keyakinan Anda.

Friday, March 25, 2016

Laporan Keuangan Atau Laporan Tahunan? Pilih mana?

Wes bentar lagi udah tanggal 31 Maret, tanggal yang amat samat keramat bagi emiten-emiten di BEI karena merupakan deadline pengumpulan laporan keuangan. Lebih dari tanggal itu bisa didenda. GAk salah, banyak yang sengaja ngasih laporan keuangan pas tanggal deadline itu, demi kesempatan untuk koreksi LK yang lebih panjang tanpa harus kena denda.

Nah buat anda mahasiswa-mahasiswi akuntansi pasti sudah tidak asing lagi dengan nyang namanye laporan keuangan (financial statement). Dokumen sederhana namun berisi banyak informasi tentang kinerja dan masa depan suatu perusahaan. Dari angka-angka yang tersaji kita bisa menilai baik tidaknya kondisi keuangan. Dalam banyak kasus, tidak hanya angka-angka itu saja yang berperan, tapi juga cara penyajian laporan keuangan itu sendiri. Misal:


  1. Kalo terlalu banyak akun-akun yang susah ribet, terlalu banyak bahkan susah dipahami, biasanya ada financial engineering disitu (misal: "laba proforma", "Keuntungan/kerugian lain-lain", dsb.) 
  2. Tanggal rilis yang telat, dan atau banyak revisi laporan keuangan. Jelas menggambarkan ada yang tidak beres.
  3. Auditor publik yang digunakan. Terkenal atau ecek-ecek? Mengapa pilih yang ecek-ecek?
However, tujuan utama laporen keuangan tetaplah untuk menyajikan data numerik. Nah untuk bisa lebih banyak hal-hal yang bersifat kualitatif (tidak bisa dinilai dari angka-angka) itulah kita sebaiknya membaca Laporan Tahunan (Annual Report). Kita kutip dari mbah Wikipedia ya....

Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Data dan informasi yang akurat menjadi kunci penulisan laporan tahunan. Isi dari laporan tahunan tersebut mencakup laporan keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi selama satu tahun.

Keunggulan membaca laporan tahunan secara utuh dibanding hanya membaca laporan keuangan ya itu tadi, kita bisa menilai hal-hal yang hanya bisa digambarkan secara kualitatif:

Annual Report MLBI selalu memberi kesan fresh dan warna mentereng

  1. Kata-kata yang digunakan pihak manajemen. Banyak mengeluh?
    Sebagai contoh. Silahkan Baca laporan tahunan PT. Dharma Samudera Fishing Industriy (DSFI) tahun 2014, bagian "Laporan Dewan Komisaris".
  2. Kebalikan dari nomor 1. Apa terlalu banyak "bermain kata-kata indah"?
  3. Secara keseluruhan, enak dibaca ga? Eh tapi ingat, ini ga ada kaitannya dengan "bermain kata-kata" lho. Artinya tetap tidak terlihat menggiring opini.
    Contoh, Laporan Tahunan Unilever Indonesia (UNVR) tahun 1998, dimana saat itu terjadi krisis keuangan yang hebat. Annual Report-nya tetap "Jujur" tentang situasi yang mereka hadapi. Tidak terlalu menonjolkan keluhan tentang betapa kacau balaunya dunia ini. Tapi juga tidak berusaha berkata "Aku rapopo" dan berpura-pura semuanya baik-baik saja. Yang menarik dari Annual Report UNVR pada tahun 1998 itu adalah mereka mengangkat tema "Rubik's Cube".
    Contoh lainnya, PT. Multi Bintang Indonesia. Laporan keuangannya selalu warna-warni, dengan desain grafis yang segar. Bandingkan dengan DSFI di poin nomor 1 tadi.
  4. Siapa yang mengisi kursi manajemennya? Pernah tersangkut kasus hukum ga? atau minimal punya citra yang buruk di media massa?
  5. Perhatikan visi-misi manajeman di tahun-tahun lampau. Bandingkan dengan keadaan sekarang. Seberapa banyak yang terealisasi?
Nah hal-hal diataslah yang membuat saya lebih menyukai membaca laporan tahunan secara utuh dibanding sekedar laporan keuangan saja. Lagipula, sudah pasti bahwa di dalam laporan tahunan ada laporan keuangan juga, namun didalam laporan keuangan tidak ada laporan tahunan. Kita bisa paham asal-usul perusahaan secara lebih komprehensif, yang terkadang sama berharganya dengan angka-angka laba-rugi dan arus kas yang disajikan. Dan saya juga merekomendasikan hal ini pada para pembaca sekalian. It's definitely good!

Buat yang mau memiliki data laporan tahunan emiten di BEI secara lengkap dari tahun 1978 (tahun bertama Bursa Efek Jakarta beroperasi secara normal) sampai tahun 2015, silakan klik disini.


Monday, March 21, 2016

Meraup "Dividen" Tanpa Dividen

Kini sudah bulan Maret dan sebentar lagi bulan April. Selain orang-orang Barat mulai menyiapkan joke-joke ekstrim buat merayakan April Mop, kita para investor juga punya perayaan khusus: Era-nya rilis laporan keuangan, RUPS, dan pembagian dividen.

Nah, perkara pembagian dividen, ada beberapa orang yang pertama kali masuk ke pasar saham memilih untuk mengejar dividen saja (saya juga kok). Bayangan di kepala saya waktu itu seperti ini: Nikmat sekali dunia ini kalau biaya hidup kita dibiayai oleh perusahaan-perusahaan besar tanpa kita perlu ikut bekerja disitu. Yang lain sibuk sekolah tinggi-tinggi, mengejar karir, berangkat pagi pulang malem, eh malah keuntungan perusahaan tempat mereka bekerja dikasih ke kita yang ga ngapa-ngapain, cuma beli sahamnya saja.

Tapi kenyataan tentu saja tidak segampang itu diraih, meskipun bukannya tidak mungkin. ada harga yang harus dibayar untuk segala kemudahan. Dan harga yang harus dibayar itu adalah fakta bahwa dividend yield umumnya sangat kecil, dibawah 5%. Oh ya, dividend yield adalah perbandingan antara dividen yang kita terima dengan harga saham yang harus kita bayar untuk mendapatkan dividen tersebut. Misal dividennya adalah Rp100/saham, sementara harga saham yang dibeli Rp5000 persaham, maka dividen yield nya 2%.

Tentu memuakkan kalau mau hanya mengandalkan dividen segitu, nunggunya setahun pula. Kalo buat modal usaha udah berkali-kali lipat malah. Nah daripada nunggu setahun, anda mungkin milih untuk beli saham menjelang tanggal cum-nya saja ( tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan berhak untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan). Ntar kalo ia sudah terdaftar karena memiliki saham ditanggal cum tersebut, yang berarti dia udah resmi tercatat sebagai penerima dividen, langsung deh dia jual lagi sahamnya buat diputer di emiten lain.

Sayangnya, gak cuma anda yang berpikir seperti itu. Orang-orang lain juga. Makanya, Menjelang tanggal cum harga saham bisa naik banyak, dan setelah tanggal cum itu (disebut juga tanggal ex), sahamnya turun banyak.

Misal harga rata-rata 6 bulan terakhir saham ABCD 500 rupiah. PT. ABCD itu membagikan dividen sebesar Rp60 per saham. Menjelang tanggal cum, harganya bisa naik jadi 550 rupiah. Anda pun membeli saham ABCD diharga segitu (karena alasan mau bagi-bagi dividen tadi). Pasca tanggal cum harganya pun turun jadi 450. Anda memang kelihatan untung karena mendapat dana cash Rp60 persaham tanpa kehilangan saham anda sama sekali. Namun rugi anda sejatinya muncul: ingat, anda beli diharga 550, kini jadi 450. 550-450=Rp100. Rp100 dikurangi keuntungan dari dividen Rp60= rugi Rp40 per saham. Kalikan kerugian tersebut dengan banyaknya saham yang anda beli.

Kenaikan dan penurunan harga ekstrim di sekitar tanggal pembagian dividen umumnya terjadi pada saham yang memiliki dividend yield sangat besar, sekitar 5 % keatas. Nah, Fluktuasi ini bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan 'dividen' yang lebih besar dari dividen sebenarnya.

Saya menyebutnya dividen dalam tanda kutip, karena kita tidak benar-benar mendapatkan dividen itu, namun kita juga pada akhirnya tidak kehilangan saham yang kita pegang. Kita akan melakukan trading dengan memanfaatkan fluktuasi harga disekitar hari pembagian dividen.

Pertama, pastikan saham dividen ini punya track record pembagian dividen besar-besaran dan stabil, serta sahamnya liquid, serta fluktuasi harganya paling besar disekitar tanggal pembagian dividen.

  • Track record dividen besar-besaran dan stabil
    Artinya perusahaan punya riwayat pembagian dividen dengan dividen payout (prosentase total dana dividen yang dibagian dibanding laba bersih perusahaan). ADMF pernah membagi dividen sangat besar, 2.7 Trilyun atau Rp2700 persaham. Tapi yah baginya cuma di 2014 saja. alhasil sampe sekarang sahamnya hanya turun dan tidak mengenal kata naik. Jadi yang kayak ADMF ini ga cocok buat strategi kita.
  • Sahamnya liquid.
    Artinya transaksi saham di di bursa cukup banyak. Kalo ga ada yang jual sahamnya gimana caranya kita masuk?
  • Fluktuasi harga paling besar
    Ini poin yang paling penting saya. Karena fluktuasi yang tinggi inilah yang kita manfaatkan untuk meraup untung.

Daan... yang paling cocok untuk kriteria diatas adalah?

Bank Jabar Banten dan Bank Jatim. Kebetulan dua-duanya adalah BUMD bank.

Kedua bank ini punya fluktuasi yang stabil karena bidang usahanya (perbankan) juga bidang yang stabil. Sebagai perbandingan ITMG juga suga bagi-bagi dividen besar dan sahamnya juga liquid. Namun harga batubara yang ga stabil (sehingga laba bersih nya juga tidak stabil, dan berdampak pada dividen yang lagi-lagi tidak stabil, meskipun payoutnya besar)

Perhatikan, betapa teraturnya fluktuasi saham Bank Jatim ini disekitar tanggal pembagian dividen:
Harga BJTM naik dari 360-an di awal november 2012 hingga 520-an beberapa hari sebelum dividen tgl 19 April 2013. lalu turun lagi ke 300-an di september 2013. BJTM kembali naik sampai 480-an di awal April 2014 karena investor mengira bakal ada dividen besar lagi. Namun ternyata...
...Seperti yang terlihat, ternyata BJTM tidak membagikan dividen. Alhasil Sahamnya anjlok sampai 400-an di bulan Mei 2014. BJTM kembali naik hingga 570-an menjelang dividen (Rp41.86/saham) tgl 16 April 2015. Dan lagi-lagi anjlok hingga 350-an di akhir september 2015.

Alih-alih anda hanya menunggu dividen yang besarnya hanya 40-an persaham, keuntungan yang lebih besar bisa kita dapatkan dengan mengumpulkan BJTM di bulan Oktober-November, menyimpannya, lalu melepasnya beberapa hari sebelum tanggal cum dividen di bulan April, setiap tahunnya.

Misal:
-Beli 10 lot awal November 2012 di harga 360-an= (10x100)xRp360an = Rp360.000
 Jual 10 lot awal april 2013 diharga 520-an = (10x100)x520an= Rp520.000

-Pada bulan November 2013, Rp520.000 bisa kita belikan 13 lot BJTM diharga 380-an.
 Beli 13 lot awal November 2013 di harga 380-an = (13x100)x380-an = Rp494.000
 Jual 13 lot awal April 2014 di harga 480-an = (13x100)x480-an = Rp624.000.

Total gain: (624.000-360.000)/360.000*100%= 73%. Angka yang "cukup lumayan" karena bisa didapat hanya dalam rentang 2 tahun.
Namun strategi ini tidak bisa diterapkan secara buta atau autopilot. Pertama-tama, kita harus yakin bahwa Emiten akan terus membagi dividen dalam jumlah besar di waktu mendatang. cara paling tepat untuk meyakininya tentu saja dengan melihat riwayat pembayaran dividen dimasa lalu.

Kedua, pergeseran tanggal pembagian dividen. Kalau sudah begini, pola fluktuasi bisa bergeser. Misalnya saja BJTM yang di 2016 memajukan pembagian dividen jadi 9 Februari 2016. Oleh karena itu anda harus memantau hasil RUPS tahunan untuk melihat pengumuman tanggal pembagian dividen.

Dan tentu saja yang paling penting, pastikan fundamental perusahaan tetap baik-baik saja, meskipun tidak terlalu bagus dalam hal pertumbuhan namun masih cetak laba yang lumayan.