Thursday, May 18, 2017

Menghadiri RUPST PT Sido Muncul Tbk (SIDO)

Setahun lalu tepatnya tanggal 18 Mei 2016 saya pernah menulis tentang RUPS Sri Rejeki Isman (Sritex/SRIL) yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah. Kini, masih di provinsi yang sama, saya kembali menghadiri RUPST emiten yang produk jamu-nya sudah kita kenal sehari-hari: Sido Muncul.

Seperti diketahui, emiten yang menyelenggarakan RUPST di luar wilayah Jabodetabek masih sedikit. Nah oleh karena itu begitu ada kesempatan menghadirinya, tentu tidak saya sia-siakan.

Lokasi RUPS berada di pabrik perseroan, Jl. Soekarno Hatta Bergas, Klepu, Kab. Semarang. Lokasinya sangat mudah diakses, karena berada di tepi jalan penghubung kota Semarang menuju Magelang dan Yogyakarta. Perjalanan cukup dengan sepeda motor saja. Selain lebih santai, saya memang belum punya mobil. 😀




Sepanjang perjalanan cuacanya cukup menyenangkan. Karena berangkat pagi (jam 7..00 Wib), udara masih agak sejuk meski matahari bersinar terang. Apalagi daerah yang saya lewati adalah daerah pegunungan. Memasuki wilayah Bedono hingga Ambarawa, kita bisa melihat tanjakan rel kereta api yang dilengkapi gerigi ditengahnya, dan saat ini hanya melayani kereta wisata. Selain itu, kita juga melewati danau Rawa Pening yang view-nya keren abis.

Tidak susah menemukan lokasi pabrik. Posisinya ada di antara Kota Ambarawa dan Ungaran. Begitu sampai, langsung diarahkan satpam memasuki gedung Joglo tempat berlangsungnya RUPS. Uniknya, Joglo ini berada di dalam kompleks agrowisata Sido Muncul, yang juga masih satu area dengan pabrik. Tepat di depan Joglo ini ada telaga buatan, dengan tulisan AGROWISATA SIDO MUNCUL dan air terjun yang tentu saja juga buatan.




Berapa saham yang saya beli untuk bisa menghadiri RUPST ini?

100 saham. Alias Satu lot, seperti biasa. Itupun langsung saya jual beberapa haril pasca recording date. Jadi kondisinya adalah, saya datang ke RUPST ini tanpa memegang saham SIDO satupun.

Acara dimulai tepat pukul 09.30 sesuai jadwal. Kalau menurut saya, RUPS berjalan monoton. Manajemen hanya sekedar membaca teks yang sudah disiapkan. Jadi kesannya masih terlalu formal. Tanya jawab juga tidak intens. Peserta yang ingin bertanya diwajibkan mengisi formulir pertanyaan terlebih dahulu. Beda sekali dengan RUPS SRIL dimana penanya diberi kesempatan langsung bertanya dan jumlah pertanyaan tidak dibatasi.




Meski begitu, kinerja SIDO yang dipaparkan dalam RUPST kali ini menunjukkan hasil positif. Laba bersih sebesar 450an Milyar rupiah, 350 Milyar rupiah diantaranya dibagiin sebagai dividen! Tampak jelas bahwa arus kas perusahaan ini sangat baik, dan perusahaannya sendiri sudah sangat mapan dalam industri herbal. Semua laporan hasil kinerja SIDO di tahun 2016 tadi dirangkum dalam Annual Report yang dibagikan pada para hadirin


Meski terkesan kaku, namun ada yang unik dalam hal makanan yang disajikan (Makanan adalah daya tarik utama dari setiap RUPS yang saya hadiri). Konsep makanannya bukan makanan mewah standar orang-orang kaya. Menu yang disajikan sangatlah Njawani. Yang saya ambil adalah nasi pecel. Selain itu ada juga snack berupa pisang rebus, kacang rebus, ubi rebus, salak, jamu kunyit asem, gorengan dll. Pokoknya top!






Pasca RUPS, waktunya bongkar-bongkar goodie bag alias souvenir. Ternyata yang dibagiin SIDO ini lumayan lho, yaitu beragam produk-produk SIDO baik yang sudah familiar maupun yang belum. Dari Jamu tolak angin, aromatheraphy, KUKUBIMA, kopi ginseng, bahkan ada Pasta Gigi!





 Ok. Selesai RUPS, keluar dari Gedung Joglo, waktunya kita muter-muter sebentar di kawasan agrowisata Sido Muncul. Tempatnya sangat rindang dan bersih. Di sini, situasinya sepi, mungkin karena tidak banyak orang tahu (atau tahu, namun takut masuk karena dijaga satpam). Di sini kita bisa melihat beragam tanaman obat dan satwa langka. Di sini dilarang memberi makan hewan yang ada.
 
 Ada banyak jenis hewan yang bisa dilihat. Macan, Orangutan, Siamang, Aneka Burung, Rusa bahkan Ular Sanca. Kalau tanamannya, saya ga tahu namanya apa saja. Yang jelas semuanya terawat, bersih dan cerah.

 

Setelah muter-muter selesai, langsung lah ku ambil tungganganku, kubimbing keluar pabrik menuju jogja kembali. Meski situasi lebih panas dari pada saat berangkat, namun tetap santai, apalagi dalam perjalanan pulang aku melintasi Danau Rawa Pening yang dikelilingi sawah luas menguning denan latar belakang pegunungan.

Jalan Lingkar Ambarawa dengan Danau Rawa Pening yang tertutup kabut di Kejauhan

Tuesday, May 16, 2017

PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC)

Kembali lagi bersama B&P, mari kita bahas saham non-liquid, sesuai hobi saya.

Kali ini kita membahas tentang PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC).

Meskipun kurang terkenal di jagad bursa, SDPC ini ternyata sudah berumur cukup tua untuk standar perusahaan Indonesia. SDPC didirikan sejak tahun 1952. Oh iya, apa anda tahu kenapa kode tickernya SDPC? Karena memang dulu namanya adalah SOEDARPO CORPORATION.

Image result for millennium pharmacon internationalNah, ada kata "Soedarpo" nya tuh. Ternyata, Si Pendiri SDPC ini adalah orang yang sama dengan pendiri PT Samudera Indonesia, yaitu Bpk. Soedarpo Sastrosatomo. Bakat dagang beliau memang udah terbentuk semenjak era Orde Lama. Kini Kepemilikan keluarga Soedarpo atas SDPC diwakili oleh PT Ngrumat Bondo Utomo yang memegang 3.26%. Ada kemungkinan juga keluarga Soedarmo memiliki kepentingan di PT Indolife pensiontama yang memegang 5.87% SDPC, namun saya tidak tahu pasti.

SDPC adalah perusahaan distributor obat-obatan medis. Jadi SDPC ini bukanlah produsen, melainkan ia mendistribusikan dan menjual produk obat dari produsen lain. Sebagai distributor, jaringan kantor cabang, gudang dan sub-distributor yang dimiliki sudah cukup luas, membentang dari Banda Aceh Hingga Jayapura, meski memang sebagian besar masih terkonsentrasi di pulau Jawa.

Mari kita cek posisi keuangan SDPC dalam 5 tahun terakhir.

Dari segi Neraca, meskipun SDPC berstatus sebagai perusahaan dagang (sehingga wajar untuk memiliki utang usaha yang besar), namun perbandingan antara Liabilitas dan Ekuitas dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang mengkhawatirkan. rasio DER saat ini (kuartal 1 2017) adalah sebesar 4.11 kali. dari 2012 hingga Q1 2017, pertumbuhan rata-rata liabilitas SDPC tiap tahunnya adalah 15.43%, bandingan dengan pertumbuhan ekuitas tahunan hanya 6.54%, mepet sekali dengan angka inflasi kita ya?

Meskipun SDPC mencatatkan pertumbuhan konstan dari segi laba bersih, namun perhatikan perbandingan antara Penjualan Neto (atau sering juga disebut omzet) dengan laba bersih yang bisa diraih. Perbedaannya jauh sekali. Di 2016 saja, dari total penjualan mencapai 1.97 trilyun, SDPC hanya bisa meraup 11.1 Milyar sebagai laba bersih. Alias, Net Profit Marginnnya (NPM) hanya 0.56%. Meski pertumbuhan rata-rata tahunan masih cukup lumayan, sekitar 10.18% per tahun, namun angka ini jadi tidak berarti dengan adanya NPM yang amat kecil tadi.

Nah, dari arus kas inilah kita bisa sedikit lebih jelas melihat kondisi keuangan SDPC. 

Meskipun dalam laporannya, SDPC menampilkan laba yang terus bertumbuh dari tahun-ke tahun, faktanya, SDPC nyaris tidak bisa mengumpulkan uang yang cukup dari pelanggannya bahkan untuk mennjamin kelancaran operasinya sendiri. Dari 2013 hingga Kuartal 1 2017, SDPC sudah kehilangan total 138.56 Milyar untuk operasional perusahaan tadi (perhatikan bagian Arus Kas Operasi yang banyak minusnya). Untuk mengimbangi hal tersebut, maka SDPC terus-terusan mengambil hutang bank yang totalnya 162.4 Milyar (perhatikan bagian Arus Kas Pendanaan) dalam 5 tahun terakhir (setelah dikurangi pembayaran utang di kuartal 1 2017). Sehingga, Saldo Uang yang dimiliki SDPC pada 31 Maret 2017 bahkan masih lebih rendah dari posisi uang kas yang dimiliki pada 31 Desember 2012, yakni 23,46 milyar VS 27.5 Milyar. 

Dari sini kita bisa melihat bahwa, kita harus berhati-hati terhadap emiten yang kelihatannya menawarkan PER yang rendah. Pada saat artikel ini ditulis, PER SDPC hanya 7.14. Awalnya saya tertarik melihat emiten ini karena pertumbuhannya yang sekilas menarik. Namun setelah mempelajari lebih lanjut, terutama di bagian arus kasnya, saya memilih untuk sementara waktu mengabaikannya dulu. Kita lihat apakah 2017 ini SDPC bisa membalikkan keadaan.