Monday, August 31, 2015

Bandarmology, haruskah kita ikut?

Jujur saya agak ngekek waktu pertama kali baca istilah ini. "What? Another Money Game?" kira-kira begitu yang ada di kepala saya. Kalau kita ingat nasehat bijak para investor senior: "Tidak pernah ada yang baru di pasar saham. Peristiwa saat ini, pasti sudah pernah terjadi di masa lalu." Jadi yah saya tidak tertarik untuk menerapkannya secara serius. Hanya tetap saja mengundang rasa penasaran untuk mengetahui cara kerjanya.

Jadi gini ceritanya. 2 Hari yang lalu saya jalan-jalan ke Gramedia Yogyakarta. Seperti biasa saya langsung nyosor ke bagian buku-buku investasi, meskipun saya tahu sebagian besar pasti cuma buku-buku dengan judul yang menunjukkan kurang pedenya si penulis akan kontennya, sampai-sampai harus membuat judul yang hiperbola: "Cara cepat xxxx, Jurus Para Master xxx, Jadi Kaya ala xxx". Tapi kali ini ada satu buku yang judulnya unik: Bandarmology . Jadi kira-kira maknanya adalah Ilmu tentang perbandaran di pasar modal. Penulisnya adalah mas Ryan Filbert, salah satu penulis buku trading saham populer di Indonesia.

Saturday, August 29, 2015

Paper Trading: Simulasi Bertransaksi Saham

Kalau akhir-akhir ini orang-orang pada ribut tentang anjloknya IHSG, maka penulis sendiri sebenarnya cukup enggan koar-koar tentang hal macam itu. I mean, kemana aja analisis mereka, yang berupaya menjelaskan beragam penyebab dan prediksi anjloknya IHSG, ketika IHSG mencapai puncaknya kemaren-kemaren?

Nah, daripada ngomongin IHSG anjlok, mending ngomongin tentang latihan bertransaksi saham. Mungkin terdengar sepele bagi yang udah terjun di dunia saham, tapi tidak ada salahnya juga dibahas, terutama untuk mereka yang masih ragu-ragu untuk terjun ke dunia yang kejam tapi adil ini.

Sunday, August 23, 2015

Murahnya Sektor Batubara

Kalo akhir-akhir ini kita lihat IHSG tampak anjlok karena perlambatan ekonomi negara, maka ada lagi yang lebih anjlok, yaitu sektor pertambangan batubara. Ya, seperti yang sudah di bahas pada postingan yang ini, anjloknya harga saham emiten batubara malah sudah terjadi dari tahun 2010-2012. Oleh karena harga minyak yang turun, batubara sebagai substitusi minyak juga mau ga mau ikutan turun. Dampaknya ya, kinerja emiten sektor ini jadi jeblok.

Tapi, namanya pasar saham, seringkali suka melebih-lebihkan berita. Memang sektor ini lagi lesu, tapi bukannya semua perusahaan batubara bakal kolaps. Sebagian diantara mereka justru masih mampu meraup laba (ingat, sektornya sedang lesu, maka jika ia masih mampu mencetak laba, itu berarti dia adalah super company).

Saturday, August 22, 2015

BTPN, The Underrated Bank

Welcome back!

Setelah aga lama ga ngobrolin tentang analisis, akhirnya malam ini saya memutuskan untuk mulai melakukannya lagi (dengan mata berat). Kalau Anda perhatikan postingan beberapa hari yang lalu, di situ saya menampilkan portofolio saham yang saya miliki. Bukan, bukan tujuannya untuk pamer. Maksud saya melakukan itu lebih sebagai sarana evaluasi bagi saya sendiri, juga sebagai pembuktian akuntabilitas. Supaya jangan dikemudian hari ada yang menuding bahwa apa yang saya tulis tidak sesuai dengan portofolio apa yang saya pegang. hehe

Nah kali ini yang saya ingin bahas adalah tentang Bank Tabungan Pembangunan Nasional alias BTPN. Bagi pecinta Blue Chip mungkin saham ini kurang populer, terutama karena faktor likuiditasnya yang lebih seret dibanding BBCA, BBNI, dan BBRI. Namun, emiten yang satu ini menarik perhatian saya karena punya ciri khas yang sangat membedakannya dari bank-bank lainnya, antara lain:

Friday, August 21, 2015

Tentang Right Issue

Sesuai janji saya pada posting tentang Apa Itu Saham beberapa bulan lalu, kali ini akan sedikit mengulas tentang Right Issue.

Agak susah untuk menemukan padanan kata Right Issue dalam Bahasa Indonesia. Beberapa pihak menyamakannya dengan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), padahal tidak semua Right Issue mempunyai fasilitas HMETD. Right Issue tanpa HMETD biasa disebut Private Placement.


Analoginya sederhana tentang Right Issue kurang lebih sebagai berikut:

Ada suatu perusahaan dengan aset total 100 Milyar. Kita sebut saja perusahaan ini namanya PT Mawar. PT Mawar sendiri menerbitkan 1 Milyar lembar saham, dimana 700 juta dari 1 Milyar lembar saham itu (70%) dipegang oleh Bu Atun. 200 Juta saham (20%) dipegang oleh Bu Vero, dan 100 juta saham (10%) dimiliki Bu Yeni. Jika harga sahamnya adalah Rp. 100 per lembar saham, maka kapitalisasi pasarnya adalah 100X1.000.000 lembar saham = Rp.100 milyar.

Friday, August 14, 2015

Tentang Saham Preferen

Teman-teman yang sudah beberapa lama mendalami investasi saham pasti pernah mendengar istilah saham preferen. Nah, sejatinya apa sih saham preferen itu?


Menyambung tulisan saya sebelumnya di sini, kali ini kita akan membahas tentang suatu jenis saham yang punya sifat agak berbeda dengan apa yang saya tulis di postingan tersebut. Postingan itu sejatinya membicarakan tentang saham yang umum beredar di masyarakat, yaitu Saham Biasa. Lalu, apakah saham preferen dapata disebut Saham Luar Biasa? Nggak juga.

Thursday, August 13, 2015

Emiten Komoditas Energi, Undervalued!


Dear readers.

tongkang yang banyak di sungai Mahakam
Nah setelah lumayan lama saya tidak menulis artikel di blog ini, akhirnya hari ini saya memutuskan untuk kembali berbagi pada saudara-saudari sekalian, tentu tidak jauh-jauh dari dunia pasar saham di Indonesia. Memang untuk memulai menulis lagi adalah langkah yang berat, karena terlalu mudah untuk dilakukan sampai-sampai dengan mudah juga saya menundanya, hehe.

Sedikit flashback tentang perjalanan saya ke Samarinda di akhir Juli kemarin. Selain urusan keluarga dan birokrasi yang njlimet, saya juga mengamati aktivitas ekonomi utama di kota ini: tambang batubara. Yup, tentu tidak jauh-jauh juga temanya dari "Penurunan Harga Komoditas" yang dampaknya sangat terasa di kota ini. Ibu saya bercerita tentang banyaknya karyawan-karyawan perusahaan tambang yang dirumahkan atau di PHK lantaran permintaan yang menurun serta harga yang anjlok. Padahal sebelum-sebelumnya orang-orang yang bekerja di sektor batubara dikenal sebagai orang-orang bergaji besar. Perusahaan tambang yang kecil-kecil banyak yang memilih untuk berhenti beroperasi. Kalo yang skala menengah dan besar sih, tetep aja jalan. Kalau Anda jalan-jalan ke tepi Sungai Mahakam sekarang, Anda akan melihat sendiri bahwa kapal-kapal tongkang batubara masih hilir mudik membawa angkutan mereka dengan ramainya, terlepas dari situasi ekonomi dan harga batubara saat ini.