Saturday, March 18, 2017

10 Saham Potensial Untuk Investasi

Cover 10SPUI edisi Oktober 2016
Dear pembaca,

Terhitung awal April 2017 ini, saya menulis dan menjual e-book yang berisi tentang 10 saham yang menurut saya paling menarik untuk kita berinvestasi di dalamnya. E-book tersebut saya beri nama 10 Saham tersebut sudah disaring dari seluruh emiten yang aktif di perdagangkan di BEI. Dengan terbitnya e-book ini, semoga anda jadi lebih percaya diri dalam berinvestasi karena didalamnya saya memberikan ulasan secara lengkap alasan mengapa saham tersebut menarik untuk dipegang, minimal untuk jangka waktu 1 tahun.

Sasaran Pengguna


  1. 10SPPUI ditujukan untuk anda yang ingin meraup untung secara signifikan dalam berinvestasi di pasar saham Indonesia, namun memiliki kemampuan dan waktu terbatas untuk menganalisa dan bertansaksi saham. Faktanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin jarang Anda bertransaksi, semakin besar profit Anda.
  2. 10SPUI hanya cocok untuk mereka yang memiliki rentang waktu investasi panjang (diatas 1 tahun). 10SPUI tidak cocok untuk mereka yang aktif melakukan trading (jual-beli saham dalam rentang waktu relatif pendek). Sehingga, dana yang digunakan untuk investasi harus berupa dana segar milik sendiri dan tidak mengganggu kebutuhan hidup standar si investor.  
  3. Pembahasan, 10SPUI edisi oktober 2016
    Pembaca yang menyatakan sepenuhnya bertanggung jawab sendiri atas tindakan investasinya, dengan atau tanpa 10SPUI sebagai bahan pertimbangan.
  4. Metode yang saya utamakan adalah gabungan dari Value dan Growth. Value Investing adalah strategi membeli saham perusahaan yang harganya terbilang murah dibanding kinerjanya. Growth Investing adalah strategi berinvestasi pada perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan laba yang stabil dari tahun ke tahun.
    Deretan Investor besar dunia menggunakan dua strategi ini. Sebut saja Warren Buffett dan Peter Lynch.
  5. Saya tidak memperhitungkan likuditas (tingkat keaktifan transaksi saham) sebagai Kriteria Seleksi. Pembaca menyatakan siap untuk menghadapi likuiditas yang rendah. Seharusnya hal tersebut tidak akan jadi masalah bagi investor, karena rentang waktu untuk membeli dan menjual jauh lebih panjang dari trader.

Kriteria Seleksi

  1. STRUKTUR PERMODALAN yang baik (rasio utang/DER, ROA, dll)
  2. TRACK RECORD MANAJEMEN yang bersih dan berpihak pada kepentingan pemegang saham
  3. ARUS KAS yang baik (saya lebih mengutamakan kondisi arus kas ketimbang catatan laba bersih).
  4. DIVIDEN yang lancar, atau pernah lancar (terutama bagi perusahaan yang sedang buruk kinerjanya). Jadi selama menunggu, minimal rekening dana investor anda terisi pelan-pelan dengan uang dari dividen. 
  5. VALUASI, terbilang murah untuk kondisi aset dan kinerjanya saat ini.
  6. MOMENTUM harga saham yang berbalik menuju harga wajarnya
  7. PROSPEK juga dipertimbangkan, tentu saja setelah 6 kondisi diatas terpenuhi.

Hal-Hal Lain

Pembahasan, 10SPUI edisi Oktober 2016
  1. 10SPPUI diterbitkan setiap 3 bulan sekali (tiap Awal Januari, April, Juli, Oktober.
  2. Nomor urut emiten yang saya bahas (1-10) tidak menyatakan peringkat.
  3. Seperti halnya poin 2, saya juga tidak menyatakan 10SPUI akan memberikan gain paling besar dibanding emiten lain yang tidak masuk 10SPUI. Namun, yang saya tekankan adalah, dengan menerapkan sikap konservatif pada 10SPUI, pembaca saya terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dari emiten, sembari menawarkan keuntungan yang layak dalam jangka panjang.
  4. Suatu emiten bisa saja muncul pada lebih dari 1 terbitan, baik berturut-turut maupun tidak berturut-turut. Jika terjadi berturut-turut, maka itu artinya saham tersebut masih saya pandang layak untuk investasi, dan harganya belum berubah banyak. Jika terjadi tidak berturut-turut, maka berarti pernah terjadi fluktuasi harga maupun kinerja, yang membuat saham tersebut dalam rentang waktu tertentu, terbilang tidak murah lagi.
  5. Karena faktor waktu, perkembangan harga terkini dan kinerja terbaru, daftar emiten yang saya pegang sahamnya seringkali tidak sama persis dengan 10SPUI, namun kriteria yang saya gunakan sama. Sebagai bahan pertimbangan, anda bisa mengunjungi http://www.bdanp.com/search/label/Portofolio%20kuartalan/ untuk melihat saham-saham yang saya pegang.
  6. Saya akan mengupdate situasi terkini dari emiten-emiten yang saya bahas, selama masih dibawah harga wajar, pada edisi selanjutnya hingga maksimum 1 tahun setelah terbit.


            Seberapa efektif Rekomendasi Saham di 10SPUI?


            Anda bisa membaca artikel-artikel di blog ini untuk menilai kredibilitas saya, hehe.

            Selain itu:
            "Perlu Diperhatikan", 10SPUI edisi oktober 2016

            Pada bulan Oktober 2016, saya sebenarnya sudah menulis edisi pertama 10SPUI. Namun saat itu hanya dirilis terbatas pada kalangan tertentu saja, dan dari segi editorial masih perlu banyak penyempurnaan, yang tentu sudah disempurnakan di terbitan yang sekarang. Namun, dari segi pemilihan saham, saya rasa cukup baik. Anda bisa melihat edisi Oktober-Desember 2016 tersebut secara gratis di sini:


            Sepuluh saham yang di bahas di edisi tersebut, berikut kinerja harga sahamnya adalah:


            Periode 1 Oktober 2016 - 19 Maret 2017
            emiten
            Kenaikan Harga saham (%)
            Mandala Multifinance (MFIN)134
            Clipan Finance Indonesia (CFIN)14.83
            Bank Bukopin (BBKP)4.9
            KMI Wire & Cable (KBLI)79.23
            Wilmar Cahaya Indonesia (CEKA)36
            Bank Jatim (BJTM)10.61
            Samindo Resources (MYOH)29.35
            Selamat Sempurna (SMSM)-6.82
            Supreme Cable Manufacturing & Commerce (SCCO)45.45
            Rata-rata38.62
            IHSG3.27

            Meski begitu, pencapaian diatas tetap tidak bisa digunakan sebagai patokan tentang capaian kenaikan harga saham-saham yang saya rekomendasikan di edisi-edisi setelahnya. Karena, sekali lagi, e-book 10SPUI ditujukan untuk investasi 1 tahun ke atas. Dan, setiap rekomendasi selalu bersifat disclaimer.

            Pemesanan

            Ok. Bagi anda yang berminat, harga promo e-book ini adalah Rp100.000.

            Pembayaran bisa ditransfer ke:

            Rek. BNI no. 0428616526 atau
            Rek BCA no. 0373160951

            Semuanya atas nama Sanda Restu Wibowo.

            Setelah transfer, silahkan beritahu saya lewat nomor hp/Whatsapp dibawah ini.

            Jika masih ada pertanyaan atau konsultasi (ngobrol-ngobrol santai juga boleh, gak wajib beli kok), silahkan  hubungi:

            telp/sms/wa: 089681467779
            Facebook: Ssr Wibowo
            email: pintar38@gmail.com

            Akan saya respon selagi tidak sibuk. 

            Friday, March 17, 2017

            (Melatih Psikologi) Menghadapi Forum Saham Online

            Selagi sedang mempersiapkan E-book "10 Saham Potensial Untuk Investasi" yang rencananya terbit awal April nanti, saya coba mengingat-ingat kembali pengalaman apa yang saya dapat kurang lebih setahun terakhir. Nah, kali ini ada pengalaman yang cukup berkesan buat saya, meski hanya sekedar pengalaman di dunia maya.

            Seperti kita tahu, value investor biasanya mengambil saham-saham yang dicampakkan (atau minimal diabaikan) oleh orang-orang lain di pasar modal. Tentu sebelum masuk ke saham tersebut, ada hitung-hitungan yang dibuat:

            1. Hitung-hitungan matematis
              Yang ini hitung-hitungan standar, yaitu rasio-rasio laporan keuangan. Mudah untuk dipelajari (kalau niat), karena banyak yang membahasnya di internet, baik blog dalam negeri maupun luar negeri.
            2. Membaca perilaku/kata-kata manajemen/majority shareholder.
              Yang ini, sama pentingnya dengan dengan hitung-hitungan laporan keuangan. Dibutuhkan sedikit pemahaman tentang logika hukum (terutama hukum korporasi). Sepertinya yang membahas hal ini masih sedikit. Mudah-mudahan di kesempatan lain saya bisa membahasnya di blog saya. 
            Nah begitu sudah memahami 2 hitung-hitungan di atas, dan yakin tentang sahamnya, value investor yang baik harusnya sudah percaya diri dengan temuannya dan langsung membeli saham tadi. Namun, sebenarnya perjuangan seorang investor tidak berhenti di situ. Masih ada ujian yang paling berat: menghadapi pendapat banyak orang tentang saham yang dibelinya.

            Seringkali yang menyusahkan bukanlah di hitung-hitungan secara valuasi tadi, melainkan menumbuhkan sikap percaya diri akan saham yang sudah dibeli. Saya sendiri misalnya, juga menghadapi hal ini ketika memilih salah satu saham paling kontroversial di BEI.

            Bayangkan kalau anda, setelah membeli saham yang anda yakin bagus, lalu mencek komentar-komentar di forum-forum saham online, dan yang anda dapati adalah komentar seperti ini untuk saham yang anda pilih:


            satu...dua...tiga.... lalu yang komentar-komentar sejenis yang lain menyusul, anda mulai muak:



            Ok, mungkin sampai di tahap ini masih bisa bertahan, karena posting-posting di atas kata-katanya terlalu kasar, anda bisa saja menganggapnya omong kosong. Tapi ada juga komentar kontra dengan nada yang lebih 'smart':


            Malah ada yang bicara tentang hal teknis, menyarankan anda untuk memperhatikan rasio-rasio standar yang biasa dipakai untuk valuasi saham (yang tentu saja tidak berlaku untuk BUMI):




            Sampai di tahap ini, tangan anda bergetar. Siap-siap buka Aplikasi online trading, pencet tombol 'Sell'... Apalagi dapat penjelasan yang sangat nalar berikut ini:



            Selesai sudah, anda jual semua saham anda yang awalnya anda sukai tersebut. Jual habis. Komentar dari orang-orang di forum online nampaknya masuk akal, jauh lebih masuk akal dari perhitungan anda sendiri.

            Di kemudian hari anda mendapati bahwa saham yang anda jual tersebut ternyata naik hingga 300%-400%, karena pihak manajemen melakukan tindakan yang tepat seperti perhitungan anda (untuk kasus BUMI, anda seharusnya memperhitungkan kata-kata dan perilaku manajemen serta grup-grup besar yang berkepentingan dengan saham BUMI, tidak hanya laporan keuangan yang dibikin minus. Dari sini anda bisa mengira-ngira apa yang akan terjadi kedepannya).


            Dan lalu, orang yang sama yang menghujat dulu, berbalik mengelu-elukan saham tadi. Seolah-olah dia menderita bipolar, mood swing-nya besar sekali dalam waktu singkat:




            Bersiaplah menghadapi situasi-situasi semacam ini, ketika anda mulai menganalisis saham anda sendiri tanpa rekomendasi kiri-kanan. Mungkin cara terbaik adalah dengan tidak ngobrol saham sama sekali, terutama di dunia maya.

            Saturday, March 11, 2017

            Tips Analisis Saham yang Ampuh & Fun: Jalan-jalan!

            Nah bro and sis sekalian, apalagi buat yang rajin ngunjungin blog ini, pasti udah hampir bosen denger saran saya untuk terus menggunakan Annual Report sebagai dasar utama dalam menganalisis saham. Seperti di artikel kemarin tentang Bank Permata, saya langsung bikin analisisnya begitu annual report 2016 keluar (meskipun sudah agak lama saya mengincar saham perusahaan ini, mungkin sejak 3 bulan yang lalu).

            Ada beberapa teman-teman (senangnya punya banyak teman karena karya tulismu dibaca orang 😂) yang ngeluh dan bertanya bagaimana saya bisa cepat mencari dan mengolah data dari annual report yang sebegitu panjangnya. Tekniknya sebenarnya gampang, namun kali ini saya ingin membahas sesuatu yang lain: Cara lain menganalisis saham yang baik, dengan cara jalan-jalan.

            Seperti kita tahu, di balik saham ada perusahaan riil yang berbisnis. Apa yang dikerjakan perusahaan itulah yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi harga sahamnya. Oleh karena itu, akan lebih baik kalau kita juga paham dengan situasi riil yang terjadi pada produk-produk atau malah kantor/pabrik perusahaan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Namanya juga kehidupan sehari-hari, kita harus mengamatinya langsung dengan mata kepala sendiri. Nah, satu-satunya cara adalah dengan jalan-jalan. Lalu, membangun kesimpulan dari jalan-jalan itu. Teknik Mengambil Kesimpulan ini penting, karena kalau kita salah, kita juga tidak ada bedanya dengan kerumunan orang lain. Kalau kita sama dengan kerumunan orang lain, kita akan melewatkan kesempatan emas. Di bawah ini saya berikan contoh dari teknik mengambil kesimpulan, ala Bangkit & Percaya:

            Ketika di tahun 2015, ketika saya menulis artikel tentang murahnya saham batubara, waktu itu perusahaan tambang sedang sengsara-sengaranya. Banyak yang merugi. Kalaupun untung, untungnya tipis sekali. Nah, beruntung, tidak terlalu lama setelah itu saya punya kesempatan untuk pulang kampung ke Samarinda. Di kota Samarinda ini, tambang batubara sudah mengepung sekeliling kota.

            Di artikel tadi, emiten yang menurut saya menarik ada KKGI, HRUM, PTBA dan ADRO. Nah, kebetulan, tambangnya KKGI itu ada di dekat rumah. Cuma setengah jam perjalanan. Kalo gak percaya liat aja petanya. hehe


            Banyak berseliweran di berita-berita ekonomi nasional, kala itu, bahwa perusahaan-perusahaan batubara berhenti berproduksi. Karyawan-karyawan banyak dirumahkan. Malah tambang-tambang yang lebih kecil ditutup. Saya pun penasaran dengan KKGI apakah seperti itu juga. Saya pun pergi melihat tambang milik salah satu anak usahanya, PT Insani Baraperkasa.

            Jangan salah, bapak Lo Kheng Hong juga gemar mendatangi lokasi produksi perusahaan yang dia incar lho. Misalnya waktu ia main ke tambang Kideco Jaya Agung yang sebagian sahamnya dimiliki INDY. Dia bilang kalau pemegang saham besar pasti diijinkan untuk masuk area tambang.

            Begitu juga saya. Saya main ke tambangnya KKGI. Diizinkan? Tentu saja tidak. Yang ada saya diusir satpam.

            Tambang Insani ditutupi seng yang tinggi disekelilingnya. Lagipula posisinya  terletak di bukit tepi sungai Mahakam. Jadi sangat sulit melihat operasi di tambangnya kecuali Anda bermodal gede. Lalu saya ga bisa lihat apa-apa dong? nggak juga. Ada satu hal yang bisa saya lihat: Aktivitas conveyor-nya.

            Conveyor Insani melintang di atas Jalan Gerbang Dayaku yang posisinya tepat di tepi Sungai Mahakam. Dahulu jalan ini adalah jalan penghubung utama antara kota Samarinda dan Tenggarong (Ibukota Kutai Kartanegara) sebelum dibangun jalan baru yang lebih pendek karena tidak menyusuri sungai. Conveyor besar itu melintang di atas jalan raya. dengan kokohnya, menyalurkan batubara dari bukit di sisi barat jalan ke kapal tongkang yang bersandar di dermaga sungai di sisi timur jalan.




            Aktivitas conveyor itu berjalan seperti biasa. Terus saja mengalirkan batubara ke kapal-kapal yang singgah. Tampak tidak peduli dengan kondisi harga yang anjlok. Tentu, ini pertanda baik.

            Lokasi tambang yang sangat dekat dengan sungai memberi keuntungan strategis bagi KKGI. Biaya transportasi jadi sangat rendah. Tidak banyak uang dikeluarkan untuk operasional truk. Cukup gali, angkut via conveyor, tarik kapal tongkangnya ke tempat tujuan.

            Orang-orang pesimis akan berkata: Ah, batubara lagi lesu. meskipun KKGI masih untung tapi kan hanya sedikit saja. Mending cari sektor lain yang masih memberi margin keuntungan yang besar. Orang mulai pakai green energy. Batubara semakin ditinggalkan.

            Nah, disinilah kemampuan anda untuk mengambil kesimpulan akan diuji. Perhatikan bahwa Fakta yang sama bisa mengasilkan kesimpulan yang berbeda. Faktanya adalah:

            1. Harga batubara anjlok.
            2. Semua perusahaan mengurangi produksi, bahkan ada yang tutup operasi.
            3. KKGI untung tipis
            Kesimpulan yang muncul, biasanya adalah:
            • Tinggalkan sektor itu. Ya, cari sektor lain. Percuma kalau hanya untung tipis. Batubara sudah tidak ada masa depannya lagi.
            Padahal, dengan Fakta yang sama, anda bisa bikin kesimpulan yang berbeda:
            • KKGI perusahaan SUPER.  Bahkan di saat batubara anjlok pun ia masih bisa mencetak laba. 
            See? Perbedaannya jauh sekali. padahal faktanya sama. Terutama, kalau anda pernah duduk di bangku SMA pasti pernah dengar istilah hukum permintaan dan penawaran: Permintaan berbanding lurus dengan harga. Penawaran berbanding terbalik dengan harga.

            Ketika booming batubara, orang lalu melihat harga batubara terus naik lalu mereka berlomba lomba memiliki tambang batubara. Hal ini tampak jelas terlihat di Samarinda. Banyak pengusaha datang, sehingga efek sampingnya properti di kota ini pun booming di sekitar tahun 2010 an (banyak juga hotel dan mall-mall baru).

            Ketika gelembung itu pecah, satu per satu tambang tutup. Lagi-lagi, dampaknya bisa di lihat di kota Samarinda. Banyak tambang tutup, kontrakan kosong karena tidak ada lagi karyawan luar daerah yang menyewa di situ.

            Ketika banyak tambang tutup, pasokan batubara mulai turun. dan kalau persediaan menurun maka? Harganya akan kembali naik, tentu saja. Nah, perusahaan yang berhasil bertahan akan meraup untung ketika harga sudah pulih. Memang begitulah hukum siklus, apalagi siklus komoditas.

            Itu satu contoh untuk perusahaan Tambang. Ada yang lain? ada kok.

            Masih di tahun 2015, tepatnya di bulan Juni, saya menulis tentang MLBI. Selain melihat laporan keuangannya, saya juga melihat kondisi riil di lapangan.

            Ketika itu saya lagi muter-muter kota Jogja naik Bus TransJogja. Ada banyak turis yang juga naik bus itu. Saya ngobrol banyak. Salah satu yang mereka tanya dan keluhkan adalah susahnya mencari bir. Mereka tanya dimana mereka bisa beli bir. Maklum saja, saat itu lagi heboh peraturan menteri perdagangan yang melarang penjualan bir di tempat umum.

            Tidak hanya si turis, beberapa rekan saya juga mengeluhkan hal yang sama. Susah cari bir. Nah, kembali akan kita lihat bahwa fakta yang sama bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

            Fakta
            :

            1. Bir dilarang dijual bebas
            2. Penggemar bir susah cari bir
            3. Penjualan MLBI menurun karena ini.
            Kesimpulan:
            1. Jauhi saham Bir, termasuk MLBI.
              Kesimpulan seperti ini wajar dan hampir pasti dianut banyak orang
            2. Waktunya incar saham Bir, termasuk MLBI
              Kenapa? Karena adanya aturan ini akan membuat saham MLBI jadi terdiskon. Bir itu punya segmen khusus. Mereka punya penggemar yang getol. Sifatnya sama kayak rokok. Banyak orang fanatik dengan merk rokok tertentu. Hal sama juga terjadi pada Bir. Branding bir Bintang sudah terlampau kuat di negeri ini. Kalau sampai di larang, akan banyak orang protes. Lalu, mereka akan cari cara lain untuk bisa mendapatkan sekaleng Bintang. Entah caranya legal atau tidak. 
            See? lagi-lagi, fakta yang sama menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Mana yang lebih benar? silahkan anda cek harga saham KKGI ketika batubara di titik terendahnya dan harga MLBI ketika ada larangan penjualan bir secara bebas. Bandingkan dengan harganya sekarang. Cuan anda akan jauh melebihi rata-rata pasar.

            Wednesday, March 8, 2017

            Bank Permata Tbk (BNLI)

            akhirnya satu per satu emiten di bulan Maret ini mulai merilis laporan keuangan plus laporan tahunan mereka. Seperti yang sudah saya tulis dulu-dulu, saya lebih suka menganalisis perusahaan menggunakan Annual Report dibanding hanya laporan keuangan saja, karena seringkali ada informasi yang terlewatkan di laporan keuangan tersebut, namun tersaji secara detail di laporan tahunan, terutama informasi tentang manajemen.

            Salah satu yang sudah merilis Annual Report adalah Bank Permata Tbk.

            Bank Permata adalah buah dari karut-marut manajemen resiko di akhir era rezim Soeharto. Bank ini adalah hasil likuidasi dari 4 bank, yaitu Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima Express dan Bank Artamedia. Dari keempat bank tersebut, mungkin yang masih populer sampai saat ini mengenai kasus likuidasinya adalah Bank Bali --yang di kemudian hari tickernya yaitu BNLI digunakan oleh Bank Permata-- yang mengalami kredit macet di Bank Dagang Nasional Indonesia lalu menyerahkannya ke BPPN, namun kasusnya semakin bergulir menjadi rumit (silahkan cari sendiri di Google).

            Nah, setelah diambil alih negara, muncullah dua institusi besar, yang satu lokal yang satu asing. Si lokal adalah Astra International, sementara si asing adalah Standard Chartered. Keduanya mengambil alih kendali Bank Permata dari Pemerintah Indonesia melalui skema divestasi.

            Nah, karena kita mau analisis sahamnya, tentu kita lihat dulu kinerja keuangannya.

            Analisis fundamental Perbankan tidaklah 100% sama dengan analisis fundamental dasar untuk emiten lain. Selain variabel-variabel seperti PBV, PER, dan ROA, kita juga harus memperhatikan rasio-rasio khusus yang ada di dunia perbankan. Sekarang perhatikan chart berikut:

            Sekilas dari chart diatas tampak bahwa kinerja BNLI terganggu dalam 2 tahun terakhir. Mari kita bandingkan rasio-rasio kinerja BNLI dibanding rata-rata bank nasional:

            RasioBank PermataRata-rata Nasional
            Kecukupan Modal (CAR)15.622.9
            Kredit Bermasalah (NPL)2.22.9
            Net Interest Margin3.95.6
            Return on Asset (ROA)-4.92.2
            Return on Equity (ROE)-38.315.9
            Pertumbuhan Asset-9.410.4
            Pertumbuhan Laba Bersih-27001.8
            Loan To Deposit Ratio (LDR)80.590.7

            Keterangan: Merah = lebih buruk dari rata-rata nasional, hijau = lebih baik dari rata-rata nasional

            Nah, kalau kita perbandingan dengan bank-bank lainnya, memang Bank Permata ini sedang sial sekali di 2016. Namun, memangnya apa sih yang menyebabkan kinerja mereka 'seburuk' itu?

            Rupanya, segalanya tampak buruk karena pihak manajemen Bank Permata membuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Pencadangan yang sebenarnya tidak benar-benar merenggut laba perusahaan ini diperbesar karena hingga pertengahan tahun lalu, NPL (Kredit macet) BNLI sangat tinggi, melebihi 5 %. Meskipun sudah bisa diturunkan di akhir tahun, namun hal ini ternyata tidak membuat manajemen berani bernafas lega. Mereka lebih memilih tetap memasang angka CKPN yang besar.

            Memangnya, seandainya saja CKPN tidak ada, berapa kira-kira laba bersih BNLI di 2016?

            mungkin chart berikut bisa menjelaskannya.


            Perhatikan, bahwa Pendapatan operasional BNLI yang sebenarnya cukup besar, mencapai 8.15 Trilyun di 2016 langsung dibabat habis oleh angka CKPN yang nilainya tidak tanggung-tanggung: 12.2 Trilyun. Tentu angka ini jauh lebih besar dari resiko kredit macet BNLI yang kini dibawah 3%.

            Sekarang, seandainya saja tidak ada CKPN tersebut, berapa kira-kira laba bersih BNLI? tidak usah repot-repot menghitung. Kita percaya saja pada manajemen yang bilang bahwa angkanya di kisaran 3.57 Trilyun.

            Reaksi Majority Shareholder: Ganti Direktur & Right Issue

            Meskipun sejatinya BNLI masih mencetak untung, pihak Astra dan Standard Chartered sepertinya tetap tidak puas dengan kinerja BNLI 2 tahun terakhir. Oleh karena itu di Desember 2016, dirutnya diganti dengan Ridha M Wirakusumah (caplokan dari Maybank).

            Selain mengganti dirut, BNLI juga kembali melakukan Right Issue untuk menangani masalah permodalan ini. Bulan Juni tahun lalu tepatnya, dengan harga tebusan 526 per saham. Belum puas dengan itu, BNLI masih berencana Right issue lagi di tahun ini. Tinggal menunggu persetujuan pemegang saham saja.

            di 2015 di artikel yang ini, saya pernah menulis bahwa ada baiknya kita, kalau bingung dengan analisis right issue, untuk tinggalkan saja emiten yang mau right issue tersebut. Sekarang, bagaimana dengan right issue BNLI ini?

            Beruntung, riwayat majority shareholdernya (Grup Astra) dalam melakukan aksi korporasi terbilang sangat baik. Maksudnya, ketika melakukan right issue, kita bisa sedikit banyak yakin bahwa right issue tersebut memang untuk pengembangan perusahaan. Jadi, tidak terlalu merugian investor ritail sebenarnya.

            They're just okay...

            Kalau anda juga masih ragu dengan situasi keuangan Bank Permata, mari kita lihat hasil pemeringkatan dari PEFINDO untuk emiten ini. Semuanya menunjukkan outlook yang stabil:



            Valuasi

            Dengan harga saat ini di Rp700-an, market cap BNLI sekitar 15.67 Trilyun. Sementara ekuitas 19.3 trilyun, sehingga PBV-nya 0.81 alias sangat murah. Padahal, dalam sejarah akuisisi bank di Indonesia, rata-rata dihargai pada 2.5 hingga 4.7 kali (seperti kata pak Tahir si owner Bank Mayapada).

            Begitu pula dengan PER. Memang kalo menggunakan laba bersih di laporan keuangan, PER-nya tidak bisa dihitung karena, secara akuntansi, perusahaan sedang rugi. Namun, kalau PER dihitung menggunakan angka sebelum CKPN, maka akan kita dapat angka 4.39x.  Tentunya sangat rendah untuk sebuah bank milik grup moncer Astra.

            Yang membuat ganjil adalah harganya saat ini, digerakkan hanya oleh 10% pemegang saham (90% dipegang oleh majority shareholder). Bagaimana mungkin suatu harga wajar bisa ditentukan oleh sekelompok minoritas pemegang saham, lalu kita mempercayai harga bikinan orang-orang itu?

            Oleh karena itu, BNLI secara valuasi terbilang sangat menarik. Kalau mau masuk, mungkin kita bisa tunggu hingga proses Right issue tahun ini selesai, lalu beli dan kita tinggal tidur saja.