Monday, February 6, 2017

Menyaring Saham Dengan Kriteria Fundamental Yang 'Extreme'

Kali ini saya tidak membahas tentang emiten yang undervalued/sahamnya murah. Melainkan, salah satu cara dan kriteria yang saya gunakan dalam menentukan saham yang layak untuk kita berinvestasi.

Seperti yang kita tahu, sampai saat ini masih lebih mudah untuk menemukan screener teknikal di internet. Baik dari broker sendiri, maupun pihak lain (sebut saja yahoo, google dll) kita akan sangat mudah untuk menentukan screener teknikal, bahkan secara gratis.

Tentu berbeda ketika kita membahas screener secara fundamental. Bagi saya, hingga saat ini belum ada provider terkenal yang mampu menyediakan variabel-variabel yang komplit. Sebagian besar screener/penyaring saham yang tersedia di internet hanya menggunakan variabel-variabel sederhana, sebut saja PER, ROE atau PBV saja. Padahal, seperti yang saya sudah bahas di artikel sebelum-sebelumnya, saya sudah mulai tidak terlalu mengandalkan rasio-rasio berbasis 'laba bersih' lagi (namun saya masih menggunakan Rasio berbasis Book Value).

Beruntung, ada saja penyedia layanan screening fundamental secara lengkap. Salah satunya, yang juga merupakan favorit saya, adalah Uncle Stock (Unclestock.com).

Sebagai bocoran saja, saya sudah setengah tahun ini menggunakan Unclestock sebagai langkah awal menyeleksi saham-saham yang ingin saya bahas. Selain melalui Unclestock, saya juga menggunakan forum-forum diskusi saham. Biasanya beberapa user yang beraliran value investing juga gemar memposting tentang emiten apa yang menurut mereka salah harga.

Nah mari kita mulai aktivitas untuk menyaring saham-saham yang harganya murah, a la saya:


  1.  buka unclestock.com, lakukan registrasi, lalu login.
  2. Pilih "? Search Stock" di bagian tengah layar untuk memulai menyaring saham.
  3. Pada bagian kiri layar, buang semua centang. lalu pilih Asia > Indonesia (beri tanda centang)
  4. biarkan semua kotak dalam kolom Sectors & Industries dicentang.
  5. Filters Condition. Bagian ini adalah tempat untuk kita menentukan kriteria apa yang digunakan untuk menyaring saham. Anda bisa banyak bereksplorasi di sini. Kalau saya sendiri, kriteria di bawah ini lah yang saya gunakan:

    -Book Value(BV).amount
     Book value/nilai buku kita gunakan untuk menghindari emiten yang aset bersihnya terlalu  kecil. Perusahaan yang masih berukuran kecil akan cenderung memiliki fluktuasi kinerja yang  ekstrem. Oleh karena itu kita harus menghindari perusahaan semacam ini. Caranya? tetapkan  besaran minimum dari Book Value-nya.

     Pada umumnya investor menggunakan standar angka IDR1 Trilyun sebagai Book Value  minimum. Namun saya sendiri tidak terlalu percaya stabilitas IDR maupun USD. uang 1  trilyun di tahun 2010 sudah berbeda nilainya dengan nilai 1 trilyun tahun 2017. Inflasi  membuat kita harus mengubah besaran angka ini di masa depan. Instrumen apa yang lebih  tahan dari inflasi? Tentu saja Emas. Saya menetapkan standar harga 2 ton emas sebagai Book  Value minimum.

     Bagaimana cara mencari harga emas 2 ton? Konversikan saja satuan ton (atau juga dikenal  dengan istilah metric ton/long ton) ke satuan Oz. lalu kalikan dengan harga emas dunia yang  memang menggunakan satuan Oz. Bagaimana cara mengetahui harganya? buka saja Yahoo  finance, lalu masukkan kode XAUUSD=X. Pada saat artikel ini ditulis, harga emas dunia  adalah 1,323 USD per Oz.

    Kalau sudah ketemu harga 2 ton emas dalam USD, masukkan ke kolom Book Value(BV).amount. Ingat, tandanya harus '>' (lebih besar dari).

    -Dividend yield.% b/on 10y avg
     Variabel dividend yield saya masukkan, karena untuk memastikan bahwa memang suatu emiten memiliki arus kas yang tidak terlalu buruk. Kenapa di rentang sampai 10 tahun? karena bisa saja tahun kemarin suatu emiten tidak membagikan dividen karena memang kinerja lagi lesu, padahal di tahun-tahun sebelumnya pernah bagi dividen.

    Untuk variabel ini saya tidak pasang angka muluk-muluk. Cukup di angka >0% saja (yang penting pernah bagi-bagi dividen).

    -Free Cash Flow(FCF).CAGR
     Free CAsh Flow adalah Arus Kas yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham  dari suatu emiten. Disinilah yang saya sebut keunggulan dari uang kas dibanding laba bersih.  Cash flow hanya mengandalkan uang yang benar-benar jelas nominalnya dan benar-benar  dipegang oleh perusahaan.

     Free Cash Flow rumusnya adalah = Arus Kas dari Aktifitas Operasi - Belanja modal  Pemeliharaan.

     CAGR (Compounded Annual Growth Rate) sendiri bermakna 'Tingkat pertumbuhan rata-rata  tahunan'. Jadi, pada parameter ini kita menginginkan perusahaan yang arus kas nya bertumbuh  dari tahun ke tahun. Saya biasa menggunakan angka >15% untuk parameter ini.

    -Price/FCF
      Nah, disini kita membandingkan antara Kapitalisasi pasar sebuah emiten dengan FCF alias       uang kas yang jadi hak pemegang saham dalam satu tahun. Ada dua yang bisa anda gunakan:

           -Price/ FCF.b/on yr

             Digunakan untuk menentukan besaran Price/FCF berdasarkan data laporan keuangan                  Tahunan terbaru

           -Price/ FCF.qtr: b/on ann qtr

            Digunakan untuk menentukan besaran Price/FCF berdasarkan laporan kuartalan terbaru.

            Keduanya sama baiknya untuk digunakan. Namun saya menyarankan anda untuk                       menggunakan Price/ FCF.b/on yr ketika antara bulan Februari-Juli, dan sebaliknya                     gunakan Price/ FCF.qtr: b/on ann qtr antara bulan Agustus-Januari.

     Pada parameter Price/FCF inilah suatu ke'ekstrim'an dari murahnya harga suatu saham bisa  kita lihat. Saya sering menggunakan angka <1. Bayangkan saja jika anda menemukan suatu  emiten yang market cap.nya 1 trilyun, padahal uang yang berhasil perusahaan itu kumpulkan  dari pelanggannya/anak-anak usahanya di tahun tersebut 1.2 trilyun, belum termasuk aset-aset  perusahaan itu sendiri! Menariknya, terkadang ada saja emiten yang harganya 'semurah itu'.  Serius!

     Kalaupun anda tidak menemukan perusahaan dengan Price/FCF <1, coba naikkan angkanya  jadi <1.5, <2, <2.5 dst. sampai muncul satu atau beberapa perusahaan yang masuk kriteria  kita.

    Setelah muncul perusahaan dengan kriteria-kriteria di atas, langkah selanjutnya yang tetap tidak boleh kita lupakan tentu saja adalah, meneliti laporan keuangan dan laporan tahunannya. Yang ini tidak boleh diabaikan!


    Demikianlah salah satu cara untuk menemukan perusahaan-perusahaan salah harga, yaitu dengan menggunakan Free Cash Flow ala Bangkit & Percaya. Masih banyak cara lain untuk menentukan perusahaan yang menarik secara Value Investing. Tugas kita cukup dengan gemar membaca dan berpikir secara kritis. Selamat mencoba!

Wednesday, February 1, 2017

Analisis Saham Rig Tenders Indonesia (RIGS)

Setelah harga batubara terus-terusan anjlok selama 4-5 tahun yang dimulai tahun 2011, sejak kuartal III tahun 2016 kemarin harga batubara mulai bangkit kembali dan membuat beberapa emiten memperkaya orang-orang yang telah lama melihat peluang di sektor ini. Sebut saja PT Bumi Resources yang naik dari rp50 ke Rp500. Hal yang sama juga terjadi pada komoditas minyak. Harga minyak Brent naik dari USD30 per barrel jadi USD56 pada Januari 2017.


Lalu, apakah semua emiten di bidang komoditas sekarang sudah kembali ke harga wajarnya?

Sepertinya belum semua. Salah satunya RIGS (Rig Tenders Indonesia). Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974, dengan kegiatan usaha meliputi penyewaan kapal tarik dan kapal
tongkang kepada perusahaan-perusahaan tambang batubara untuk pengangkutan batubara dan lainnya, serta dalam usaha penyewaan kapal-kapal supply vessels dan accommodation work barges kepada industri hulu minyak dan gas (migas) untuk mendukung operasi-operasi lepas pantai mereka. Layanan kapal pendukung operasi lepas pantai ini mencakup dukungan terhadap berbagai fase dari aktivitas eksplorasi, pengembangan dan produksi, yang sebagian besar terkait dengan jasa peletakan, instalasi, perawatan dan penggantian untuk pemasangan alat-alat lepas pantai, pipa-pipa dan single buoy mooring, jasa pengangkutan kerangka kapal, serta jasa manajemen dan keagenan pelayaran.

Untuk mendukung kegiatan usahanya, Grup memiliki dan mengoperasikan armada kapal. Per tanggal 31 Maret 2016 Grup memiliki 77 kapal, terdiri 1 Anchor Handling Tug Supply, 45 Tug Boats, 2 Accommodation/Work Over Barges, 22 Flat Top Barges dan 7 Self-Discharging Barges.
kapal jenis Self-discharging barges

Anjloknya harga komoditas terutama batubara turut menghantam kinerja perusahaan ini. Sejak 2011 hingga 31 desember 2016, perusahaan terus mencatatkan kerugian (yah pernah sih setahun untung di 2012, tapi secara garis besar merugi terus).

Anda seharusnya tidak kaget dengan kinerja RIGS yang tidak stabil. Maklum saja, perusahaan ini bidang usahanya pengangkutan barang-barang komoditas. Jadinya, pendapatannya juga bergantung pada harga komoditas, terutama batubara dunia.

Berikut grafiknya:

Tampak bahwa saat ini RIGS masih dalam posisi rugi.

Namun, jika anda mau melihat dari sudut pandang lain, anda mungkin melihat peluang disini:

  1. Meskipun sedang tertekan, tapi ekuitas RIGS selalu lebih banyak dari liabilitas/utangnya. Jadi, bisa kita katakan resiko untuk gagal bayar masih kecil
  2. Rigs Tenders bukanlah perusahaan kemaren sore. RIGS sudah IPO sejak 1990-an. Bahkan, Lo Kheng Hong juga menjadikan emiten ini tambang uang yang cuannya dia pake buat beli rumah (tahun 1993).
  3. Ketika harga komoditas masih baik-baik saja (2010 ke belakang), perusahaan ini gemar membagikan dividen secara rutin. Pertanda kekuatan kas-nya sebenarnya lancar.
  4. Harga saham dibawah Rp200 seperti saat ini adalah harga saham terendah dalam 12 tahun terakhir (data terjauh yang bisa dilihat di Google Finance untuk saham RIGS)
  5. terakhir, perhatikan simulasi berikut:


  • Asset RIGS saat ini kurang lebih 1.43 Trilyun. Dari asset sebesar itu, 490 milyar diantaranya adalah utang. Maka, asset bersihnya kurang lebih 940 Milyar, alias Rp1543/saham.

  • Harga saat artikel ini ditulis, saham RIGS di posisi 178 per saham. Bayangkan, dengan bayar Rp178, anda dapat aset bersih senilai Rp1543.
  • Di saat yang sama, RIGS juga memegang uang cash sebesar 102 Milyar, alias kalau kita membeli satu sahamnya sekarang di harga Rp178, maka uang sebesar Rp167,5 secara tidak langsung jadi milik kita
  • Karena ketika membeli perusahaan, segala hal di dalamnya termasuk uang cash perusahaan tersebut jadi milik kita, maka kita bisa membeli RIGS dengan sebagian besar dana untuk membelinya berasal dari kantong RIGS sendiri.

    = 940 Milyar (aset bersih RIGS) - 102 Milyar (aset bersih berupa uang cash RIGS)
    = 838 Milyar
  • Karena sudah dikurangi uang cash dari RIGS sendiri, maka uang yang harus kita bayar untuk jadi 100% pemilik RIGS adalah:

    = (harga saham saat ini - uang cash RIGS per saham) X jumlah saham RIGS yang beredar
    =(Rp178-Rp167,5) X 609.130.000 saham
    = Rp6,4 Milyar

    Jadi, di harga Rp178 per saham, anda cukup membayar Rp6,4 milyar untuk mendapat perusahaan beraset 838 milyar. Tergiur?