Saturday, October 29, 2016

Pengalaman Mengurus E-Paspor (Graha Pena Surabaya)

Logo E-paspor
Basa-Basi

Kalau kita mau ke luar negeri, maka dokumen yang jadi jauh lebih penting dari akte lahir dan KTP kita adalah? yup... Paspor. Paspor adalah dokumen identitas utama yang paling di akui kalau kita sedang tidak di negeri sendiri.

Nah, kurang lebih sebulan yang lalu saya memutuskan untuk mengurus paspor sendiri. Sebenarnya keputusan untuk mengurus paspor lebih karena Kartu Keluarga masih di tangan saya, bukan karena saya sudah punya rencana tetap untuk ke luar negeri. You know, Kartu Keluarga adalah salah satu syarat pengurusan Paspor. Sementara yang seharusnya memegang KK itu adalah orang tua saya di kampung, bukan saya yang di Jogja ini. Jadi sebelum itu KK saya balikin, mending saya urus paspor dulu.

Seiring perkembangan zaman, paspor juga mulai terstandarisasi. Tidak terlalu berbeda banyak bentuk dan isinya antar negara satu dan yang lain (untuk paspor baru). Terkecuali kalau anda warga Korea Utara sana, semua negara kini makin mengarah untuk menerapkan standar paspor dari  ICAO (International Civil Aviation Organization/Organisasi Penerbangan Sipil Internasional), yang adalah salah satu "anak" PBB.

Semakin seragam paspor antar negara, makin memudahkan kita untuk traveling ke negara lain. Dan itu bisa dilakukan dengan E-Paspor. Beruntung, Indonesia sudah menerbitkan E-paspor, meskipun baru di 3 kota besar: Jakarta, Surabaya, dan Batam.

Nama resmi dari ICAO untuk E-paspor adalah "Machine Readable Travel Document" (Dokumen Perjalanan yang Bisa Dibaca Mesin). Kalo dari Pemerintah, resminya disebut "Paspor Biasa Elektronik"Paspor Biometrik" (karena chip didalamnya menyimpan data biometrik tubuh, misalnya sidik jari, retina mata, dll). Tapi biar gampang, untuk seterusnya kita sebut saja E-Paspor.

Cari Info...

Cukup dengan basa-basi, mari kita langsung ke cerita.

Langkah pertama (ini saya lakukan sejak tahun lalu), buka website Imigrasi (Imigrasi.go.id). Tentu saja untuk mencari info tentang E-Paspor. Nah, perhatikan ya...

E-Paspor punya kedudukan yang sama dengan Paspor Biasa. Tidak ada istilah khusus yang dibuat untuk membedakan 2 jenis paspor ini. Dengan kata lain, E-paspor adalah salah satu bentuk dari Paspor Biasa. Yang membedakan hanyalah ada tidaknya chip elektronik di dalam paspor tersebut.
 anda harus menanamkan statement itu di benak anda. ini karena orang-orang mungkin akan kebingungan untuk mencari info tentang E-paspor. Kebanyakan akan mengeluh "E-Paspor kok malah dibilang 'Paspor Biasa'".




Sebutan Paspor sebenarnya untuk membedakannya dari 2 jenis paspor lainnya, yaitu Paspor Diplomatik dan Paspor Haji. Jadi "E-paspor" disini adalah paspor biasa dengan chip elektronik di dalamnya.

Ok, setelah itu terbenam di kepala kita, langsung saja buka http://www.imigrasi.go.id/index.php/layanan-publik/paspor-biasa#umum

Di situ kita bisa lihat berbagai informasi, syarat ketentuan, tarif, prosedur dan lain-lain. Bisa dibaca di situ bahwa biaya untuk mengurus E-Paspor baru adalah 655.000 rupiah (600.000 biaya paspor dan 55.000 untuk Penggunaaan Jasa Teknologi Informasi).

Oh iya, sampai artikel ini di tulis, E-Paspor baru bisa di urus di Kantor Imigrasi (Kanim) di 3 kota, yaitu Jakarta, Surabaya dan Batam:

-Semua Kantor Imigrasi di Provinsi DKI Jakarta
-Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya
-Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam

Ingat, untuk Surabaya dan Batam E-paspor cuma bisa di Kanim Kelas I Khusus, jadi nggak akan bisa kalau anda ngurusnya, misalnya (mentang-mentang sama-sama di Surabaya), di Kanim Tanjung Perak.

Siapkan Segala Persyaratan

Kalau dana dan info sudah lengkap, selanjutnya menyiapkan segala persyaratan. Ini bahkan lebih penting lagi terutama untuk anda yang rumahnya jauh dari 3 kota tadi. Jangan sampai begitu sampai di Kanim tujuan, anda harus pulang hanya karena syarat tidak terpenuhi. Petugas Imigrasi tidak segan untuk menyuruh anda pulang bahkan meski rumah anda jauh untuk melengkapi berkas, karena mereka sudah terbiasa melakukan itu.

 Yang saya siapkan adalah:
  1. Kartu keluarga Yang Sudah Ditandatangani Kepala Keluarga

    Banyak pengunjung kanim yang ditolak karena KK-nya tidak ditandatangani Kepala Keluarga, dan lebih parah lagi, sudah dilaminating. Jadi pastikan masalah kecil ini selesai.
  2. KTP Elektronik

    Jelas, tentu fungsinya sebagai identitas diri. Karena oleh Pemerintah Pusat KTP lama (KTP Siak) dinyatakan tidak berlaku, maka jangan sekali-kali menggunakan KTP lama tersebut.

    Tapi, kalau misalnya anda sudah melakukan rekam data E-KTP namun belum menerima E-KTP tersebut (karena blangko KTP habis), ada keringanan. Cukup tunjukkan surat dari pihak berwenang (Kecamatan atau Disdukcapil). Intinya surat tersebut harus menerangkan bahwa Anda sudah melakukan rekam data E-KTP. Jadi kalau surat tersebut hanya menyatakan "surat ini berfungsi sebagai pengganti E-KTP", sorry, anda akan ditolak.
  3. Ijazah SMK

    Ada 3 pilihan sebenarnya:
    -Akte Lahir
    -Ijazah SD atau SMP atau SLTA
    -Surat Baptis

    Berhubung saya gak pegang akte lahir, maka saya bawa Ijazah. Ijazah pendidikan tertinggi yang bisa di terima adalah dari SD hingga setingkat SLTA. Jadi kalau anda pake ijazah kuliah (apapun jenjangnya), tidak akan diterima.

    Saya juga membawa surat Baptis dari Gereja Katolik. Dari situs resmi Ditjen Imigrasi sebenarnya Surat Baptis juga bisa diterima, namun prakteknya, punya saya ditolak. Alasan dari Petugas Imigrasi, format penulisan namanya bisa menimbulkan ambigu. Karena, nama lahir dan nama baptis digabung. Padahal nama baptis saya gak masuk di akte lahir/ijazah/KTP. hehe.

    so, buat yang mau pake surat baptis, perhatikan apakah nama baptis anda juga masuk ke nama resmi (KTP). kalau iya, maka harusnya bisa. Tapi kalau enggak, maka lebih baik jangan gunakan Surat Baptis. Lebih baik pakai Ijazah atau Akte lahir.
  4. Materai 6000

    Buat jaga-jaga, beli aja 2 biji. Sebenarnya di Kanim juga ada orang jualan Materai kok. Ada bapak-bapak agak kurus duduk di tangga menuju kantin/toilet yang jualan materai dan pulpen.
  5. Fotokopi semua dokumen diatas di kertas A4 (kecuali materai).

    Sebenarnya masing-masing dokumen hanya butuh 1x fotokopi. tapi untuk jaga-jaga, saya bikin 2.
Perjalanan dimulai... 

Nah kalo syarat udah lengkap, lalu selanjutnya tinggal berangkat ke surabaya.

Oh iya, sebelumnya harus tahu dulu:
Hingga Mei 2017, Operasional Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya ada di Gedung Graha Pena (Jawa Pos) karena Gedung yang ada saat ini sedang direnovasi.
Maskot kota Surabaya
 Jadi yang yang saya tuju adalah Gedung Graha Pena, bukan Gedung Kanim di Waru Sidoarjo. Pilihan untuk pergi Jogja-Surabaya agak ekstrem, saya pakai bebek Blitz dari Si Ijo Kawasaki.

Pilihan untuk berangkat jam 3 sore tanggal 21 September 2016. Suatu Pilihan yang fatal. Tanpa persiapan yang matang juga sebenarnya.

Beberapa kali saya nyasar. yang paling jauh ketika sampai Fly Over Palur. Saking terkesima sama itu fly over, saya langsung saja melintas lewat situ. Gak sadar bahwa arah ke Surabaya sebenarnya belok kiri, bukan bablas via flyover.

Baru nyadar kesasar ketika udah nanjak ke Gunung Lawu. Putar balik deh. Terpaksa lewat jalan Karanganyar-Sragen yang gelap gulita.

Badan pegel, tapi perjalanan lanjut. Sesekali hujan (deras banget) bikin saya harus berhenti untuk pasang-copol jas hujan.

Sampe di jalur Ngawi-Caruban, musibah yang lebih parah terjadi. Ban Bocor. Padahal udah jam 1 malem ( 22 September). Sebenarnya pas ban bocor posisi berhentinya di depan tambal ban, yang kata orang-orang, biasanya buka 24 jam. Tapi waktu itu gak ada orang sama sekali. Lama berdiam diri, kulihat di sebelah barat ada POS POLISI MILITER.

Angker banget kan kedengarannya. Tapi kondisi waktu itu bener-bener darurat. Kuberanikan diri datang  ke POLISI MILITER sambil dorong motor. Kulihat dari luar bapak-bapak setengah mengantuk lagi nonton tivi. Sepertinya beliau lagi jaga malam. Kubuka pagar dan terucap dari bibirku kata-kata mujarab: "Kulo Nuwun..."

Bapak tentara tersebut terbangun dari kantuknya dan melihat ke arahku..

"Silahkan dek..." katanya, "Ada apa?" sambutnya dengan senyum ramah.

Lalu bibir ini menuturkan apa yang terjadi, sambil kepala penuh euforia senang karena bapak tentara tersebut luar biasa ramah, sama sekali tidak arogan seperti di pikiran. Bahkan mempersilahkan saya untuk minum, ke toilet dan tidur menunggu pagi di situ, hingga meminjamkan saya motornya (ketika pagi) untuk mencari tambal ban yang udah buka!

Meski beliau membatasi paling lambat jam 7 pagi udah harus cabut, karena sudah jam kerja, tapi bantuan yang saya dapat dari bapak tentara di Subdenpom V/1-2 Ngawi sudah jauh lebih dari cukup. Satu hal yang saya sayangkan, saya lupa nama bapak tersebut.

Setelah ketemu tukang tambal ban jam 6 pagi, ndorong motor ke tukang tersebut, nunggu, dan baliknya dorong lagi sampe ke DENPOM (karena helm saya masih di denpom), pamit sama bapak tentara, perjalanan pun berlanjut.

Sekarang cuaca malah berbalik jadi luar biasa panas. Mana jantung ini deg-degan karena antrian terakhir pengajuan paspor adalah jam 10.00. So Ngawi-Surabaya harus kurang dari 4 jam. Mission Impossible.

Benar saja, sampai daerah Mojokerto, kondisi padat merayap meski udah ngebut. Alhasil, sampai Graha Pena jam 11.10. Sempat berharap bisa nego sama petugas biar diijinin ngantri. tapi tetep aja gak boleh. Katanya, sistem antrian pake komputer yang diatur dari Jakarta, jadi mereka gak bisa utak atik.

Muka lemes, udah datang jauh-jauh harus malah masih harus diundur satu hari. Lalu datang seseorang yang sepertinya calo. Beliau menawarkan untuk menguruskan paspor buat saya. Tau tarif yang dia ajukan? Rp2.000.000. Langsung saya  tolak mentah-mentah.

Ok, ada waktu sehari yang harus saya habiskan di Surabaya. Yaudah saya keliling-keliling. Yang pertama tentu saja ke pom bensin. Bensinnya mepet banget, begitu nyampe SPBU dekat Stasiun Wonokromo, mesin langsung mati.

Abis isi bensin, langsung ke tujuan andalan: Jembatan Suramadu! Tapi untuk ke situnya juga sempet nyasar ke kawasan Tanjung Perak.

Untungnya kalo lewat Suramadu naik motor, sekarang gak bayar. Tapi juga dilarang berhenti di jembatan. Anda harus terus jalan sampai ke sisi Pulau Madura. Lumayanlah kali ini, si motor udah ngalamin dibawa nyebrang pulau. hehe

Gimana dengan pulau madura-nya sendiri? hmm. Sorry to say. Saya tidak menemukan hal yang cukup menarik di Bangkalan, selain tanah Madura yang luar biasa datar dibanding Jawa.

Ok, balik ke surabaya udah mulai malam. Tujuan selanjutnya ke Wifi.id terdekat. Tentu saja buat isi ulang HP gratis dan internetan di situ, sambil cari-cari info.

Lalu kembali keliling-keliling kota, nikmatin gedung-gedung pencakar langit yang gak ada di Jogja. Lalu ke Plaza Tunjugan, cuci mata doang. Meski begitu, Surabaya tetap enak dinikmati karena kotanya-khususnya pada jalan utama- bersih banget. Thanks Bu Risma!.

Berhubung udah tengah malem, waktunya cari tempat tidur. Tentu saja yang gratisan. Yang jadi inceran saya adalah tempat yang tetap ramai 24 jam. Jadi pilihannya adalah??

Terminal Bis Purabaya.

Ternyata banyak kok orang yang tidur di sini, meski tentu tidurnya gak bisa senyaman tidur di kasur. Ada yang tidur di kursi, ada yang di lantai. Kalau saya pilih tidur di lantai ruang tunggu terminal. Karena di temboknya ada colokan listrik buat isi ulang powerbank. Sudah tentu harus waspada sama barang-barang ya. Jadi jangan pamer apapun yang mencolok. Kalau tidak terlalu penting jangan keluarkan gadget dan barang berharga lain.

Begitu pagi tiba (tgl 23 September) jam 5 pagi, langsung saya bergegas ke Gedung Graha Pena. Jaraknya cuma 5 km, tinggal jalan lurus ke arah utara pokoknya.

nyampe disini, sudah ada belasan orang yang mengantre. Karena belum berbaris, kami menuliskan nama kami satu persatu di atas kertas untuk menentukan urutan masuk. Kebetulan saya dapat nomer 16.

Pas jam 7, antrian mulai mengular. Petugas berbicara di depan pintu kantor. Yah bisa dibilang briefing gitu lah. Ada juga sesi tanya jawab, intinya yah bicara syarat-syarat yang harus dilengkapi. Termasuk juga tata cara berpakaian.

Berpakaian Yang Pantas


 Tentu pembaca udah tau tentang standar pakaian yang sopan di negara kita. Sandal tidak diperbolehkan (tapi Sandal gunung masih bisa), kalau bisa bersepatu. Untuk laki-laki pakai celana panjang. Untuk perempuan tidak boleh pakai rok mini/hot pants. Baju berkerah. gak pake aksesoris yang aneh-aneh. Badan gak boleh bau. hehe

Ngantri lumayan lama, saya menunggu kurang lebih 1 jam, pakai nomor urut dari mesin.

Saat sampai di pintu Kanim, berkas kita akan di periksa sama satpam. Kalau belum lengkap, kita tidak akan diizinkan masuk.

Jelaskan Negara Tujuan Anda

Begitu masuk, langsung diarahkan untuk ke bagian informasi. Disini akan di tanya, paspor jenis apa yang mau di urus, dan kemana anda akan pergi. Saya disemprot petugas disini karena menjawab "Belum tahu". Si petugas yang bapak-bapak itu langsung nyemprot aja, "Gak usah bikin paspor aja kalo gitu! Paspor gak buat siap-siap doang". Akhirnya tanpa berpikir panjang langsung aja saya bilang saya mau ke Timor Leste.

 Akhirnya si petugas pun mempersilahkan saya melanjutkan ke antrian wawancara, sambil memberikan map dan formulir gratis untuk kelengkapan dokumen, serta nomor antri wawancara.

Wawancara
Setelah duduk menunggu panggilan kurang lebih setengah jam dan mengisi formulir, akhirnya nomor antri saya dipanggil. Tahap wawancara ini sebaiknya anda juga persiapkan dengan baik, namun santai. Jelaskan negara tujuan anda, kapan berangkat, ingin ngapain disana, sekarang kerja dimana, dll.

Bicara nya santai saja, tapi jawaban harus nyambung dan berkaitan satu sama lain. Biar petugas gak curiga. Sembari di wawancara, data sidik jari juga akan diminta untuk di scan dengan alat khusus.

Waktu saya mengurus, sedang terjadi gangguan sistem (pemberitahuannya ditempel di dinding sudut-sudut ruangan). Oleh karena itu, si mbak-mbak yang wawancarain saya bilang paspornya baru bisa di ambil 2 bulan lagi.

'2 bulan lagi'
Pas di bilangin begitu, saya sih langsung iya-iya aja. Tapi dalam hati sudah tahu, pasti prosesnya lebih cepat dari itu. Dia bilang begitu lebih karena agar yang mengajukan paspor tidak kecewa kalau prosesnya tidak bisa selesai dalam waktu 5 hari kerja.

Selesai wawancara, anda bisa langsung pulang. Oh iya sebelumnya minta kontak no. hp Kantor Imigrasi di bagian informasi. Ini penting -karena sistem katanya lagi gangguan- untuk mengetahui status permohonan paspor.

Terakhir saya hubungi, nomornya adalah 081230056677.
Setelah dapat Bukti permohonan, saya pun pulang ke Jogja.

Pulang Ke Jogja

Setelah selesai mengajukan permohonan, tanpa babibu lagi langsung saja saya balik ke Jogja. Masih menggunakan kendaraan yang sama. Hanya saja kali ini saya tidak lewat jalur Ngawi-Caruban, melainkan lewat Madiun-Magetan-Tawangmangu.

Melintasi Pangkalan Udara Iswahyudi dan Kota Magetan, jalan mulai menanjak. Tapi pemandangan nya sangat indah. Jalan berkelok-kelok tapi mulus. Sayangnya begitu mau tiba di puncak, motor mulai ngos-ngosan. Beruntung rintangan kali ini bisa dilewati, meskipun hujan lebat dari Tawangmangu sampai Klaten. Sampai di rumah jam 10 malam, tanggal 23 September.

Bayar Biaya Paspor 
Setelah sampai rumah, keesokan harinya langsung saya menuju Bank BRI di toko Progo Jogja yang buka hari Sabtu (24 September). Saya pergi ke BRI karena, menurut tulisan di Kanim Surabaya dan pemberitaan, mulai 1 September ada 78 Bank (Termasuk BRI) yang menerima pembayaran paspor. Sebelumnya, pembayaran Paspor hanya bisa melalui bank BNI.
Namun, begitu sampai sana, Teller BRI malah bilang tidak bisa.

Tampaknya, Teller Bank belum menerima sosialisasi dengan baik.

Beruntung, tidak jauh dari Toko Progo ada BNI Pasar Beringharjo yang membuka layanan Weekend Banking juga. Langsung saya menuju sana, dan bayar. Abis itu dikasih slip pembayaran. Simpan bukti pembayaran ini untuk diserahkan bersama Bukti permohonan, pada saat anda mengambil passport.

Perhatikan. Karena saya membayar di hari Sabtu, maka pembayaran saya baru dibukukan oleh pihak Bank pada hari senin. Dan karena pencetakan paspor baru dilakukan setelah pembayaran diterima, maka '5 hari kerja' baru dihitung sejak hari Senin.

Bagaimana Kalau Bukti Permohonan Hilang?
biar barangnya ilang, untung fotonya masih ada
Well, itulah yang terjadi pada saya. Waktu itu bukti permohonan hilang waktu belanja di Pasar Lempuyangan.

beruntung, saya sudah memfoto bukti tersebut. jadi nomor-nomornya masih bisa ditunjukkan ke petugas.

Yang masih selamat tinggal Bukti Bayar. Dan barang itu kusimpan erat-erat.




Pengambilan Paspor

Dalam pengambilan paspor, saya lebih santai. Toh karena saya tidak ada rencana keluar negeri dalam waktu dekat, saya baru mengambilnya tanggal 19 Oktober 2016, alias jaraknya hampir satu bulan sejak pembayaran.

Oh iya, untuk status permohonan, saya harus sms sendiri ke Kanim Surabaya. Tidak ada pemberitahuan lewat e-mail. Entah kenapa. Beruntung respon sms cukup cepat.

Kali ini perjalanan ke Surabaya menggunakan bis ekonomi. Naik dari Terminal Giwangan tgl 18 Oktober malam, Turun di terminal Purabaya tanggal 19 pagi. Sangat mudah untuk mengakses seluruh kota Surabaya lewat terminal ini, karena merupakan titik kumpul angkutan kota. Tinggal bilang mau ke Graha Pena, orang-orang langsung tunjukkin bis yang lewat jalur itu. Tarif nya cuma 3000 jauh dekat.

Sampai di Graha Pena, langsung ngomong ke petugas kalo ingin ambil paspor tapi Bukti permohonan hilang. Lalu dia tanya ada bukti bayar tidak? Saya pun serahkan bukti bayar. Si petugas langsung masuk ke dalam kantor. Sekitar 5 menit kemudian ia kembali sambil menyerahkan bukti bayar yang sudah ia tulisi nomer permohonan saya. Rupanya waktu di dalam ia mencarikan nomor permohonan saya tersebut. Wow Keren!

Setelah dapat nomer permohonan, langsung masukkan ke mesin antri pengambilan paspor. Tak lama petugas penyerahan paspor akan memanggil nama Anda. Paspor pun di serahkan.

Kondisi Fisik Paspor
Cover dengan Logo E-passport dibawahnya

Yang membedakan E-paspor dari paspor konvensional, secara tampilan fisik, adalah adanya logo Standar E-paspor berbentuk persegi panjang dengan lingkaran di tengahnya serta garis yang membelah persegi panjang tersebut. Hmm, mirip gambar Mata Satu Illuminati. 

Sayangnya cetakan gambar garuda Pancasila di paspor saya agak rusak cetakannya.Seperti terlihat pada gambar. Saya gak tahu kenapa. Sudahlah gak terlalu masalah, yang penting fungsinya

Sunday, October 16, 2016

Cara Kerja Bumi Resources (Dan Bakrie Group) part 2

Republik Seychelles, negara dimana
Leap Forward Ltd. diregistrasikan
Artikel ini adalah lanjutan dari Cara Kerja Bumi Resources (Dan Bakrie Group) part 1

Untuk apa bikin perusahaan banyak-banyak? (contd.)

Nah, dengan anonim-nya pemilik saham dibawah 5%, Bakrie mudah untuk melakukan goreng-menggoreng saham. Tinggal kontak si broker A, B, C untuk melakukan transaksi semu antara SPV X ke SPV Y, harga gampang dipermainkan. Harga mau dinaikin? tinggal gelar aja tuh Public Expose. Bikin berita bagus, akuisisi tambang ini itu,harga pun melambung.

Wednesday, October 12, 2016

Cara Kerja Bumi Resources (Dan Bakrie Group) part 1

Di postingan minggu lalu saya menampilkan chart tentang struktur kepemilikan saham di Bumi Resources dan anak-anak usahanya. Nah dengan menggunakan diagram tersebut, ada beberapa hal yang selama ini samar-samar saja menjadi sedikit terbuka, meski tentu belum terang benderang.

Untuk bisa memahaminya, silahkan lihat kembali chart tersebut. Mari kita tinjau satu per satu...

Thursday, October 6, 2016

Portiolio 13 Oktober 2016


Struktur Anak Usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Tanggal 5 Oktober kemarin, setelah tertunda sekian lama akhirnya merilis laporan keuangan mereka. Yang dirilis ada 3 sekaligus, yaitu LK Full Year 2015, LK Q1 2016 dan LK Q2 2016. Meskipun kesemuanya masih melaporan defisiensi modal bahkan kerugian, namun harga sahamnya, yang sudah di-unsuspend karena sudah merilis laporan keuangan, malah naik. Tentu saja karena sentimen akan selesainya proses restrukturisasi utang yang diharapkan rampung pada akhir bulan oktober ini.

Saturday, October 1, 2016

Indonesia Capital Market Directory

Buat pembaca yang merupakan mahasiswa bidang ekonomi, terutama manajemen atau keuangan/akuntansi , dan terlebih lagi yang skripsinya berkaitan dengan pasar modal, pasti akan familiar dengan yang namanya Indonesian Capital Market Directory, disingkat ICMD.