Saturday, March 11, 2017

Tips Analisis Saham yang Ampuh & Fun: Jalan-jalan!

Nah bro and sis sekalian, apalagi buat yang rajin ngunjungin blog ini, pasti udah hampir bosen denger saran saya untuk terus menggunakan Annual Report sebagai dasar utama dalam menganalisis saham. Seperti di artikel kemarin tentang Bank Permata, saya langsung bikin analisisnya begitu annual report 2016 keluar (meskipun sudah agak lama saya mengincar saham perusahaan ini, mungkin sejak 3 bulan yang lalu).

Ada beberapa teman-teman (senangnya punya banyak teman karena karya tulismu dibaca orang 😂) yang ngeluh dan bertanya bagaimana saya bisa cepat mencari dan mengolah data dari annual report yang sebegitu panjangnya. Tekniknya sebenarnya gampang, namun kali ini saya ingin membahas sesuatu yang lain: Cara lain menganalisis saham yang baik, dengan cara jalan-jalan.

Seperti kita tahu, di balik saham ada perusahaan riil yang berbisnis. Apa yang dikerjakan perusahaan itulah yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi harga sahamnya. Oleh karena itu, akan lebih baik kalau kita juga paham dengan situasi riil yang terjadi pada produk-produk atau malah kantor/pabrik perusahaan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Namanya juga kehidupan sehari-hari, kita harus mengamatinya langsung dengan mata kepala sendiri. Nah, satu-satunya cara adalah dengan jalan-jalan. Lalu, membangun kesimpulan dari jalan-jalan itu. Teknik Mengambil Kesimpulan ini penting, karena kalau kita salah, kita juga tidak ada bedanya dengan kerumunan orang lain. Kalau kita sama dengan kerumunan orang lain, kita akan melewatkan kesempatan emas. Di bawah ini saya berikan contoh dari teknik mengambil kesimpulan, ala Bangkit & Percaya:

Ketika di tahun 2015, ketika saya menulis artikel tentang murahnya saham batubara, waktu itu perusahaan tambang sedang sengsara-sengaranya. Banyak yang merugi. Kalaupun untung, untungnya tipis sekali. Nah, beruntung, tidak terlalu lama setelah itu saya punya kesempatan untuk pulang kampung ke Samarinda. Di kota Samarinda ini, tambang batubara sudah mengepung sekeliling kota.

Di artikel tadi, emiten yang menurut saya menarik ada KKGI, HRUM, PTBA dan ADRO. Nah, kebetulan, tambangnya KKGI itu ada di dekat rumah. Cuma setengah jam perjalanan. Kalo gak percaya liat aja petanya. hehe


Banyak berseliweran di berita-berita ekonomi nasional, kala itu, bahwa perusahaan-perusahaan batubara berhenti berproduksi. Karyawan-karyawan banyak dirumahkan. Malah tambang-tambang yang lebih kecil ditutup. Saya pun penasaran dengan KKGI apakah seperti itu juga. Saya pun pergi melihat tambang milik salah satu anak usahanya, PT Insani Baraperkasa.

Jangan salah, bapak Lo Kheng Hong juga gemar mendatangi lokasi produksi perusahaan yang dia incar lho. Misalnya waktu ia main ke tambang Kideco Jaya Agung yang sebagian sahamnya dimiliki INDY. Dia bilang kalau pemegang saham besar pasti diijinkan untuk masuk area tambang.

Begitu juga saya. Saya main ke tambangnya KKGI. Diizinkan? Tentu saja tidak. Yang ada saya diusir satpam.

Tambang Insani ditutupi seng yang tinggi disekelilingnya. Lagipula posisinya  terletak di bukit tepi sungai Mahakam. Jadi sangat sulit melihat operasi di tambangnya kecuali Anda bermodal gede. Lalu saya ga bisa lihat apa-apa dong? nggak juga. Ada satu hal yang bisa saya lihat: Aktivitas conveyor-nya.

Conveyor Insani melintang di atas Jalan Gerbang Dayaku yang posisinya tepat di tepi Sungai Mahakam. Dahulu jalan ini adalah jalan penghubung utama antara kota Samarinda dan Tenggarong (Ibukota Kutai Kartanegara) sebelum dibangun jalan baru yang lebih pendek karena tidak menyusuri sungai. Conveyor besar itu melintang di atas jalan raya. dengan kokohnya, menyalurkan batubara dari bukit di sisi barat jalan ke kapal tongkang yang bersandar di dermaga sungai di sisi timur jalan.




Aktivitas conveyor itu berjalan seperti biasa. Terus saja mengalirkan batubara ke kapal-kapal yang singgah. Tampak tidak peduli dengan kondisi harga yang anjlok. Tentu, ini pertanda baik.

Lokasi tambang yang sangat dekat dengan sungai memberi keuntungan strategis bagi KKGI. Biaya transportasi jadi sangat rendah. Tidak banyak uang dikeluarkan untuk operasional truk. Cukup gali, angkut via conveyor, tarik kapal tongkangnya ke tempat tujuan.

Orang-orang pesimis akan berkata: Ah, batubara lagi lesu. meskipun KKGI masih untung tapi kan hanya sedikit saja. Mending cari sektor lain yang masih memberi margin keuntungan yang besar. Orang mulai pakai green energy. Batubara semakin ditinggalkan.

Nah, disinilah kemampuan anda untuk mengambil kesimpulan akan diuji. Perhatikan bahwa Fakta yang sama bisa mengasilkan kesimpulan yang berbeda. Faktanya adalah:

  1. Harga batubara anjlok.
  2. Semua perusahaan mengurangi produksi, bahkan ada yang tutup operasi.
  3. KKGI untung tipis
Kesimpulan yang muncul, biasanya adalah:
  • Tinggalkan sektor itu. Ya, cari sektor lain. Percuma kalau hanya untung tipis. Batubara sudah tidak ada masa depannya lagi.
Padahal, dengan Fakta yang sama, anda bisa bikin kesimpulan yang berbeda:
  • KKGI perusahaan SUPER.  Bahkan di saat batubara anjlok pun ia masih bisa mencetak laba. 
See? Perbedaannya jauh sekali. padahal faktanya sama. Terutama, kalau anda pernah duduk di bangku SMA pasti pernah dengar istilah hukum permintaan dan penawaran: Permintaan berbanding lurus dengan harga. Penawaran berbanding terbalik dengan harga.

Ketika booming batubara, orang lalu melihat harga batubara terus naik lalu mereka berlomba lomba memiliki tambang batubara. Hal ini tampak jelas terlihat di Samarinda. Banyak pengusaha datang, sehingga efek sampingnya properti di kota ini pun booming di sekitar tahun 2010 an (banyak juga hotel dan mall-mall baru).

Ketika gelembung itu pecah, satu per satu tambang tutup. Lagi-lagi, dampaknya bisa di lihat di kota Samarinda. Banyak tambang tutup, kontrakan kosong karena tidak ada lagi karyawan luar daerah yang menyewa di situ.

Ketika banyak tambang tutup, pasokan batubara mulai turun. dan kalau persediaan menurun maka? Harganya akan kembali naik, tentu saja. Nah, perusahaan yang berhasil bertahan akan meraup untung ketika harga sudah pulih. Memang begitulah hukum siklus, apalagi siklus komoditas.

Itu satu contoh untuk perusahaan Tambang. Ada yang lain? ada kok.

Masih di tahun 2015, tepatnya di bulan Juni, saya menulis tentang MLBI. Selain melihat laporan keuangannya, saya juga melihat kondisi riil di lapangan.

Ketika itu saya lagi muter-muter kota Jogja naik Bus TransJogja. Ada banyak turis yang juga naik bus itu. Saya ngobrol banyak. Salah satu yang mereka tanya dan keluhkan adalah susahnya mencari bir. Mereka tanya dimana mereka bisa beli bir. Maklum saja, saat itu lagi heboh peraturan menteri perdagangan yang melarang penjualan bir di tempat umum.

Tidak hanya si turis, beberapa rekan saya juga mengeluhkan hal yang sama. Susah cari bir. Nah, kembali akan kita lihat bahwa fakta yang sama bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Fakta
:

  1. Bir dilarang dijual bebas
  2. Penggemar bir susah cari bir
  3. Penjualan MLBI menurun karena ini.
Kesimpulan:
  1. Jauhi saham Bir, termasuk MLBI.
    Kesimpulan seperti ini wajar dan hampir pasti dianut banyak orang
  2. Waktunya incar saham Bir, termasuk MLBI
    Kenapa? Karena adanya aturan ini akan membuat saham MLBI jadi terdiskon. Bir itu punya segmen khusus. Mereka punya penggemar yang getol. Sifatnya sama kayak rokok. Banyak orang fanatik dengan merk rokok tertentu. Hal sama juga terjadi pada Bir. Branding bir Bintang sudah terlampau kuat di negeri ini. Kalau sampai di larang, akan banyak orang protes. Lalu, mereka akan cari cara lain untuk bisa mendapatkan sekaleng Bintang. Entah caranya legal atau tidak. 
See? lagi-lagi, fakta yang sama menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Mana yang lebih benar? silahkan anda cek harga saham KKGI ketika batubara di titik terendahnya dan harga MLBI ketika ada larangan penjualan bir secara bebas. Bandingkan dengan harganya sekarang. Cuan anda akan jauh melebihi rata-rata pasar.

No comments:

Post a Comment