Saturday, August 29, 2015

Paper Trading: Simulasi Bertransaksi Saham

Kalau akhir-akhir ini orang-orang pada ribut tentang anjloknya IHSG, maka penulis sendiri sebenarnya cukup enggan koar-koar tentang hal macam itu. I mean, kemana aja analisis mereka, yang berupaya menjelaskan beragam penyebab dan prediksi anjloknya IHSG, ketika IHSG mencapai puncaknya kemaren-kemaren?

Nah, daripada ngomongin IHSG anjlok, mending ngomongin tentang latihan bertransaksi saham. Mungkin terdengar sepele bagi yang udah terjun di dunia saham, tapi tidak ada salahnya juga dibahas, terutama untuk mereka yang masih ragu-ragu untuk terjun ke dunia yang kejam tapi adil ini.



Perkembangan teknologi memang sudah sangat memudahkan kita untuk mempelajari segala sesuatu. Beragam tutorial bisa kita temukan untuk beragam hobby yang kita (akan) tekuni, sebut saja YouTube, Pinterest, dll. Nah, untuk belajar bertransaksi saham, kita bisa menggunakan tool untuk melakukan simulasi perdagangan saham, yang istilahnya disebut paper trading.Paper trading, adalah kegiatan simulasi perdangangan saham, dimana kita menentukan beli dan jual suatu saham dengan jumlah lot tertentu. Saham yang 'ditransaksikan' adalah benar-benar saham yang sudah listing di bursa, dan data (harga, volume dll) juga benar-benar data yang realtime. Hanya saja, kita tidak menggunakan uang yang nyata dalam transaksi itu. Sudah tentu, juga tidak dibukakan rekening yang nyata, pokoknya hanya simulasi saja. Selain itu, karena transaksi yang dilakukan tidak nyata, maka aktivitas 'transaksi' kita tidak akan berpengaruh pada pasar yang sesungguhnya. You know,  terkadang pada saham yang likuiditasnya seret, bahkan transaksi beberapa lot saja sudah mengubah harga saham itu.

However, bagi saya paper trading ini lebih cocok untuk mereka yang memilih jadi trader ketimbang investor. Ini karena, kalau paper trading digunakan untuk latihan investasi (memegang saham dalam jangka waktu yang lama) maka waktu yang akan dihabiskan akan banyak sekali. Alih-alih belajar via paper trading, lebih baik teruskan membaca buku-buku analisis fundamental sambil langsung mempraktekkannya dengan dana yang kecil terlebih dahulu, dan pelan-pelan dicicil. Ini karena, seorang investor harus terlatih untuk menghadapi tren pasar yang bearish/turun bahkan crash (turun banyak dalam waktu singkat). Faktor psikologis lah yang sangat dominan dalam pembentukan kepribadian seorang investor (meskipun trader juga iya, tapi rentang waktu mereka berbeda). Faktor psikologis ini tidak bisa dibentuk kalau kita tidak kehilangan apa-apa. Jadi lebih baik menaruh dana dalam jumlah kecil, untuk kemudian kita tambah lagi jika dirasa sudah cukup kuat bertahan menghadapi pasar yang lesu.

Paper trading sangat disarankan bagi mereka yang ingin terjun ke dunia pasar saham dengan gaya trading, terutama yang masih ragu-ragu tentang resikonya. Di beberapa negara yang bursa sahamnya sudah mapan, misalnya Amerika Serikat, fasilitas paper trading sudah banyak disediakan dengan baik oleh pihak bursa maupun sekuritas sendiri. Biasanya mereka menawarkan fasilitas ini sebagai edukasi bagi calon nasabah baru atau masyarakat umum yang jadi target promosi mereka.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sayangnya menurut penulis sampai saat ini masih sedikit broker yang menyediakan fasilitas ini pada software On-Line Trading mereka. biasanya jika kita tidak membuka akun sungguhan, alias hanya melakukan demo saja, maka fitur yang bisa dilihat hanya berupa charting saja, tidak ada paper trading. Saya pernah melihat acara di Bloomberg TV Indonesia, (narasumbernya siapa saya lupa) dimana si narasumber berkata bahwa ada ketakutan tersendiri di benak para broker jika hasil paper trading minus, maka calon nasabah jadi takut berinvestasi saham sungguhan dan jadinya tidak jadi mendaftar di broker itu.

Suatu logika yang aneh memang. Jika memang para broker itu mengutamakan kenyamanan nasabahnya, maka harusnya mereka memastikan bahwa nasabah mereka benar-benar mengerti tentang resiko dan potensi keuntungan di pasar saham. Jika yang diharapkan adalah money, maka bukankah akan lebih baik jika nasabah itu diberi pemahaman yang lengkap tentang pasar saham, dimana akhirnya mereka mendaftar dan bertransaksi untuk seterusnya di pasar saham. Ketimbang sekali masuk lalu rugi dan mengutuki pasar saham sebagai "beresiko tinggi dan judi".

Saat ini memang pihak Bursa Efek Indonesia sudah menyediakan aplikasi mobile yang menyediakan data Chart maupun fasilitas untuk paper trading. Nama aplikasinya IDX Mobile. Anda bisa mendownloadnya di sini. Namun sayangnya, fitur paper trading hanya tersedia untuk mereka yang membayar sebesar 33 ribu perbulan. Bisa sih mengakses fitur pro nya secara gratis, tapi dibatasi hanya 30 hari. Bagi saya menyediakan aplikasi dengan batasan seperti ini adalah sia-sia. Untuk bursa sekelas IDX, menarik dana segitu adalah terlalu kecil, jadi kenapa ngga digratiskan saja? toh tujuannya untuk edukasi kan? Tampaknya hal ini belum jadi perhatian pihak bursa. Mungkin jadi seperti itu ya karena pola pikir itu tadi: takutnya calon investor ga jadi investasi/trading karena hasil simulasinya negatif. Padahal kalau memang begitu artinya mereka perlu diedukasi lagi sampai akhirnya mahir dan siap menanamkan modalnya secara nyata di bursa, bukannya membatasi fasilitas belajar dan menutup rapat-rapat akses informasi, yang jadinya malah bikin mereka tambah trauma jika kerugian mereka langsung jadi nyata gara-gara gak belajar dulu.

2 comments:

  1. Harus dicoba nih,dan mudah2an hasilnya minus,biar makin terbakarrrr..wkwkwk..nice info bor

    ReplyDelete
    Replies
    1. thanks bro. jangan ngaku trader kalo ga pernah cutloss.

      Delete