Wednesday, June 17, 2015

Analisis Teknikal & Analisis Fundamental

Di postingan sebelumnya berjudul 'Apa Itu Saham' saya telah menuliskan tentang adanya 2 aliran dalam analisis suatu emiten, yaitu analisis teknikal (Technical Analysis/TA) dan analisis fundamental (Fundamental Analysis/FA).

Analisis Teknikal/TA

Kata Oom Wikipedia nih, Analisis teknikal adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Artinya, kita memprediksi pergerakan harga di masa depan menggunakan pola pergerakan dan indikator-indikator lain di masa lampau.

Prinsip mendasar dari TA adalah keyakinan bahwa harga pasar sudah menggambarkan semua informasi yang relevan, sehingga analisis ini melihat pada riwayat pergerakan harga ketimbang faktor penggerak dari luar misalnya suatu peristiwa ekonomi (Misal: penurunan suku bunga bank sentral), fundamental (misal: laporan keuangan perusahaan) dan berita-berita. Pengaruh hal-hal tersebut sudah tergambar dalam grafik harga, jadi kita cukup perhatikan grafik saja.


Prinsip kedua adalah: Harga selalu bergerak dalam tren. Artinya harga saham akan membentuk arah tertentu meski dalam skala kecil terdapat fluktuasi. Harga itu akan terus bergerak membentuk arah sampai akhirnya terbentuk suatu tren (arah) baru.

Prinsip ketiga adalah bahwa sejarah akan selalu berulang. Artinya bahwa suatu harga akan membentuk pola-pola tertentu yang akan terjadi lagi di masa depan. pengulangan pola ini yang diyakini dapat digunakan untuk menentukan pergerakan harga.

Ada banyak ragam analisis teknikal ini, dan akan sangat panjang kalo harus saya tulis satu per satu. Lagipula pemahaman saya tentang TA baru di tingkat dasar juga, karena saya memilih lebih mendalami FA. Oleh karena itu saya sarankan untuk mengunjungi link dibawah ini yang membahas metode TA:
  1. Membaca Chart: 
    http://www.foreximf.com/belajar-forex/pemula/membaca-chart-grafik/
  2. Support & Resistance:
    http://www.foreximf.com/belajar-forex/pemula/support-dan-resistance/
    http://www.teguhhidayat.com/2010/08/cara-mudah-menentukan-support.html
  3. Trendline:
    http://www.foreximf.com/belajar-forex/pemula/trendline/
    http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2014/10/cara-tahu-trend-saham-naik-trendline.html
  4. Channel:
    http://www.foreximf.com/belajar-forex/pemula/channel/
Meskipun salah satu situs yang saya rujuk diatas adalah situs forex, namun TA adalah teknik yang bisa diterapkan pada semua instrumen yang memiliki pergerakan harga, termasuk saham.

Analisis Fundamental (FA) 

 Berbeda dengan TA yang mengandalkan grafik harga, FA adalah teknik analisis yang berfokus pada kondisi fundamental (mendasar) perusahaan. Yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan dan kejadian-kejadian pasar yang diperkirakan dapat mempengaruhi perusahaan tersebut. Banyak pihak yang menyatakan bahwa FA lebih cocok untuk investasi yang jangka panjang ketimbang trading yang sifatnya jangka pendek. Jika TA bisa diterapkan pada semua instrumen yang memiliki pergerakan harga (Misalnya komoditas, forex dan saham) maka FA tidak bisa karena masing-masing instrumen tersebut punya variabel-variabel fundamental yang berbeda. Untuk pasar saham, variabel yang biasa digunakan untuk analisis adalah rasio keuangan perusahaan, sementara untuk pasar forex yang dijadikan patokan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah, serta data-data ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, tingkat pengangguran, dll.
Investor no. 1 dunia, Warren Buffett, terkenal getol menggunakan FA dengan sangat disiplin

Rasio-rasio keuangan yang sering digunakan dalam TA pasar saham antara lain:
  1. EPS (Earning Per Share/Pendapatan Per Saham) = yaitu jumlah keuntungan bersih perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar. EPS akan diperbandingan dengan EPS di kuartal yang sama di tahun sebelumnya untuk mendapat gambaran tentang pertumbuhan suatu perusahaan. Misal suatu perusahaan mempunyai saham beredar sebanyak 1 Milyar lembar. Pada Kuartal I 2015 perusahaan itu mencetak laba bersih 100 milyar. Maka EPSnya = Rp100 Milyar/1 Milyar saham = Rp100/lembar saham. Ternyata di kuartal yang sama (Kuartal I) tahun sebelumnya (2014) EPS perusahaan adalah Rp80/lembar saham. Maka EPS perusahaan itu mengalami pertumbuhan sebesar 25%.
  2. PER (Price to Earning Ratio/Rasio Harga Saham Terhadap Laba Bersih). Misal harga saham perusahaan adalah Rp1500/lembar saham. Jika EPSnya 100/lembar maka PERnya adalah 1500/100 = 15 kali. Semakin tinggi PER suatu perusahaan dibanding rata-rata PER perusahaan lain, menandakan harga sahamnya relatif sudah terlalu mahal.
  3. PBV (Price to Book Value/Rasio Harga Saham terhadap nilai Aset). Seperti halnya PER, makin tinggi PBV suatu perusahaan dibanding rata-rata PBV perusahaan sejenis lain, semakin terbilang mahal harga sahamnya. Namun PBV yang terlalu rendah juga bukan jaminan bahwa harga saham sudah murah dan kita layak membelinya. Ini karena dalam Akuntansi, Aset = Ekuitas + Hutang. Ekuitas adalah modal yang murni dimiliki sendiri oleh perusahaan. Sementara Hutang adalah modal dari pihak lain yang pada akhirnya harus dikembalikan beserta bunganya pada pihak lain itu. Kalau sudah begini, jika Aset (yang merupakan salah satu variabel dalam PBV) ternyata sebagian besar terdiri dari hutang, maka PBV yang rendah bisa mengecoh. Seolah-olah harga sahamnya sudah murah dan layak beli, padahal murahnya itu karena hutang perusahaan banyak.
  4. NPM (Net Profit Margin/Margin Keuntungan Bersih) yaitu rasio tingkat keuntungan yang dihitung dari nilai Laba Bersih dibagi total penjualan. SEmakin tinggi nilai NPM, maka perusahaan itu dianggap mampu menghasilkan keuntungan besar dari hasil penjualannya.
Banyak pihak menganjurkan para trader/investor untuk tidak menggabungkan TA dan FA. Dikhawatirkan akan memunculkan ambigu karena seringkali saat hasil TA menunjukkan indikasi suatu saham akan naik, FA nya justru menunjukkan harga saham akan turun. Begitu juga sebaliknya. Namun, beberapa investor malah menyimpulkan kebalikannya, berdasarkan pengalaman mereka sendiri: FA dan TA lebih sering menghasilkan indikasi yang sama ketimbang berbeda, asal diterapkan untuk jangka yang tidak terlalu pendek, misalnya beberapa bulan. Contoh 2 Investor ternama di Indonesia (kebetulan mereka juga blogger) yang memberi kesimpulan ini adalah bapak Teguh Hidayat dan bapak Lim Ik Nen. Saya sangat merekomendasikan blog mereka ini, karena mereka menulis artikel yang berdasarkan pengalaman mereka sendiri dalam berinvestasi secara nyata. Tulisan-tulisan mereka lah yang menginspirasi saya untuk terus berkarya di blog B&P ini, selain juga inspirasi dari investor lainnya.

No comments:

Post a Comment