Thursday, May 28, 2015

Pengalaman Memilih Perusahaan Sekuritas


Halo sahabat investor,

Ini adalah artikel pertama saya di Blog tentang Value Investing. Nah, berhubung ini adalah postingan pertama, maka saya pikir ada baiknya jika yang saya bahas pertama kali adalah tentang pengalaman saya pertama kali masuk ke pasar saham.

Saya sudah lama tertarik untuk masuk ke dunia pasar modal semenjak saya sangat muda, kalau tidak salah sejak SMP. Waktu itu saya sudah tertarik dengan film-film Wallstreet Drama. Biasanya karakter-karakter dalam film model begitu digambarkan sebagai orang-orang dengan pakaian perlente, berdasi dan dengan suara sepatu mereka yang khas melangkah dan berdiri di depan monitor besar yang ada gambar segitiga warna merah dan hijau silih berganti disamping angka-angka yang terus berubah tiap detik. Seringkali juga mereka digambarkan berteriak-teriak baik secara langsung maupun via telepon kepada pialang saham di Gedung Bursa Saham New York: "Sell!" dan "Buy!"


Waktu saya masih belia seperti itu ya saya tidak paham mengapa mereka begitu panik. I mean, kan itu cuma angka? Ngga ada yang mati ketabrak kan? Trus kok katanya banyak yang bunuh diri karena saham?

Lagipula, boro-boro paham saham, Ilmu Ekonomi saja saya tidak punya basic apa-apa. Tapi saya tetap tertarik untuk mengetahui dunia saham ini, dan,  seiring bertambahnya usia dan akses terhadap informasi... akhirnya saya bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit informasi dan mendapatkan akses tentang dunia pasar modal itu sendiri, meskipun harus secara otodidak karena, pertama, saya tidak pernah mengecap pendidikan resmi di bidang ekonomi dan keuangan. Kedua, saya hidup berpindah-pindah di kota-kota yang tingkat penetrasi perusahaan sekuritasnya sangat rendah: Samarinda, Sorong, dan Purworejo. Di Samarinda, perusahaan sekuritas yang punya cabang di sana setahu saya hanya Sinarmas Sekuritas. Di Purworejo, cuma ada Galeri Investasi milik Phintraco Securities di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Sementara Sorong, sejauh ini saya belum menemukan berita tentang adanya perwakilan Sekuritas di sana. Ketiga, karena tidak ada orang lain di sekitar saya yang punya pengalaman atau minimal mencicipi dunia pasar modal untuk berbagi pengalaman pada saya. Keempat, KTP saya rusak dan saya tidak bisa segera mendapatkan yang baru karena domisili resmi saya adalah Samarinda, sementara saat itu saya bersekolah di salah satu SMK di Purworejo. Saya jadi tidak bisa mendaftar sebagai nasabah di Sekuritas manapun. Alhasil, beberapa tahun dunia saham hanya menjadi awang-awang di kepala saja.

Tapi, yah namanya udah niat ya pasti di kasih jalan sama Yang Di Atas, hehe. Ketika di bangku kuliah lah akhirnya saya bisa mengakses dengan leluasa informasi tentang dunia yang baru ini. Karena saya kuliah di Yogyakarta, kota yang penetrasi Perusahaan-perusahaan sekuritas nya terbilang sangat baik. Kalau berdasarkan link Daftar Perwakilan Sekuritas berdasarkan kota dari BEI, di kota ini ada 19 sekuritas yang membuka cabang. Belum lagi galeri-galeri investasi yang tersebar di banyak kampus di seluruh penjuru kota. OJK bahkan BEI juga punya kantor disini. Kendala KTP bisa diatasi dengan menggunakan KTP dan NPWP orang lain yang saya percaya (Jangan salah. Memangnya darimana Warren Buffett bisa mulai investasi di umur belasan kalau bukan pake ID orang lain?).

Langkah pertama saya adalah survey Sekuritas-sekuritas tadi, yang cocok dengan kebutuhan dan kemampuan saya. Mulai dari deposit minimum, persyaratan administrasi, bank RDI, fee transaksi,  lokasi kantor (makin dekat kos makin baik :D ). Tidak segan-segan saya telpon langsung kantor-kantornya. Dari hasil survey saya mencoba mendaftar ke salah satu perusahaan sekuritas. Saya pikir perusahaan ini menarik dari yang lain karena lokasi kantornya paling deket, dan setoran awalnya yang super duper murah (I think some of you know the broker I am talking about). Tanpa ragu saya dan seseorang yang ID nya saya pakai itu langsung ke kantor broker tersebut. Ternyata kesan pertama yang mereka berikan kurang baik. Setelah kami disodori formulir, kami disuruh mengisi sendiri formulir (yang memang sangat banyak dan berisi istilah-istilah yang kurang kami pahami) tersebut sendiri, sementara si petugas meninggalkan kami dan kembali ke mejanya. Ketika kami ingin bertanya sesuatu tentang cara mengisi data, kami harus mendatanginya. Sesekali ia memang mendatangi kami kalau kami panggil, tapi kemudian kembali lagi ke tempatnya. Lalu, saya hanya disodori formulir dari satu Bank rekening RDI. Padahal dari situs resminya ada pilihan beberapa Bank. Saat saya meminta untuk didaftarkan pada RDI Bank yang lain, si petugas berkata bahwa RDI dari Bank itu terbilang baru di kantor ini dan belum pernah ada nasabah lain yang memilihnya, jadi mereka tidak menyediakan formulir RDI dari bank yang saya mau. Huftt, yaudah gapapa...
Tapi yang bikin aneh lagi, ternyata mereka juga tidak sedia materai yang jelas-jelas dibutuhkan dalam pengisian formulir. Berhubung kami juga males keluar jadi ya tetep nyuruh mereka yang beli diluar dong ya, walau tetep pake duit kami.

Oh iya, tetep masih ada sumber potensi masalah lain: Foto KTP yang tidak jelas. Kalau begini jadinya, proses registrasi biasanya akan terhambat ketika pihak sekuritas akan mendaftarkan RDI ke pihak Bank, karena umumnya Bank akan menolak kalau hasil Scan foto di KTP tidak jelas. Kami sebenernya bisa memaklumi hal ini, karena itu sudah kami perhitungkan sebelumnya. Tapi kami berharap si pihak sekuritas mau duduk bersama untuk membantu kami mencari pemecahan masalah.  Namun yang bikin kami kecewa adalah seolah si kantor broker enggan membantu kami memberi solusi untuk kendala ini, dan menyuruh kami mengurus KTP lagi. Yah, tau aja kan, Ngurus KTP itu umumnya lama dan menyebalkan. Akhirnya kami memilih untuk tidak meneruskan pendaftaran di Sekuritas tersebut. Nggak cuma perkara pendaftarannya yang tidak mereka layani dengan baik, tapi ada satu hal yang juga bikin pissed off, yaitu ketika saya mencoba ngobrol ringan dengan pihak marketing nya yang mau ngadain training di salah satu kampus. Saya coba ngangkat isu tentang Saham-saham bir (yang bertumbangan gara-gara Peraturan Menteri Gobel tentang pengetatan penjualan minuman beralkohol). Begitu si marketing bilang bahwa hanya ada satu emiten Bir di BEI, saya langsung memutuskan untuk cepat-cepat keluar dari kantor itu. Ternyata pengetahuan tentang emiten seorang trainer saham di perusahaan itu tidak lebih baik dari saya yang awam ini. Jadi selama 3 minggu kami menunggu dan bolak-balik ke kantor itu, kami ga dapet apa-apa.

Akhirnya setelah mencari-cari lagi, pilihan kami jatuh ke BNI Securities (gapapa sebut merk, selama reviewnya positif. Tapi saya bisa jamin artikel di sini independen kok, tanpa intervensi dari pihak manapun). Setoran awalnya terbilang murah juga waktu itu, hanya sejuta, dan memang segitu lah duit yang saya punya. Kantornya juga ga jauh-jauh dari kantor broker yang satunya. Kesan yang muncul sangat berbeda dengan broker pertama yang kami datangi. Begitu masuk, meski diminta tunggu sebentar karena sedang melayani pendaftaran nasabah lain, kami sangat dibantu untuk ngisi formulir yang banyak itu, ditunjukin bagian mana perlu di tulis apa. Begitu sampai tahap fotokopi KTP yang fotonya burem itu, ternyata dikasih solusi untuk menyertakan fotokopi SIM yang fotonya masih jelas. Alhasil pendaftaran jadi lancar jaya. Disuruh tunggu kurang lebih satu minggu. Langsung dikabari via telpon dan diberitahu ada field di formulir yang mungkin bisa menghambat. Si petugas yang nelpon menawarkan untuk mengganti isian field itu dengan isian yang lain. Kami si oke-oke aja. Disuruh tunggu lagi seminggu sampe pendaftaran nasabah sekuritas dan RDI selesai diurus di kantor pusat. Begitu hari H tiba, saya cek email dan udah dikirimi username dan password untuk trading via software mereka, Esmart, serta no. Rekening RDI. langsung saya transfer dana saya ke RDI via ATM. Ga langsung saya transfer sejuta, tapi 400rb dulu (tapi karena syarat minimum depositnya 1 juta, saya belum bisa bertransaksi, hanya bisa login Esmart). Nah, login inilah yang bikin saya jadi pekok. Ternyata di Esmart perlu login 2 kali. Yang pertama login untuk bisa mengakses Market Info. Yang kedua login untuk trading. Seperti biasa, jika pertama kali kita login kan pasti diminta untuk segera mengganti password tuh. Tapi saya dengan sok tahu nya langsung mengganti password setelah berhasil login Market Info, padahal saya belum login Trading. Begitu saya sadar saya masih harus login Trading baru mengganti password, Esmart sudah me-reject password Trading (yang seharusnya passwordnya masih sama dengan password Market Info jika saya tidak langsung menggantinya). Saya utak-atik tuh field password secara sembarangan, dan, Whoila! Akun saya langsung terblokir.

Trus, 400rb nya aman ga? tenang aja, RDI itu terpisah dari rekening si broker kok. Jadi walaupun akun trading saya diblokir BNIS, duit saya tetep aman. Meskipun akun saya diblokir saya tetep bisa dengan nyaman mentransfer 600rb ke RDI via ATM, seraya menunggu pihak BNIS mereset password saya. Dan proses reset password juga cuma perlu waktu 1 hari kerja, dikirim via email dengan format PDF. Tapi ternyata email berisi password baru yang berformat PDF itu ga bisa dibuka di smartphone saya. Saya kira file nya corrupt. Saya langsung mendatangi kantor BNIS kembali. Si teller membukakan email saya lewat PC didepannya. Ternyata file nya ga bermasalah, cuma smartphone saya aja yang ngga terlalu smart. Dia bahkan mengeprintkan file password itu untuk saya. Kini saya sudah bisa bertransaksi dengan lancarr...

Ada satu hal lagi yang saya suka, yaitu Esmart nya tersedia untuk banyak platform. Kebetulan saya sejak lama sudah memakai Linux (Ubuntu). Ketersediaan software trading ini untuk platform Linux, bahkan katanya juga bisa untuk Solaris, bagi saya adalah nilai tambah tersendiri yang patut diapresiasi, walau yah seberapa banyak masih orang di Indonesia ini yang ngerti OS selain Microsoft Windows dan Apple Mac OS?

So kesimpulannya, kualitas pelayanan BNI Securities so far so good. Walau fee transaksi nya sedikit lebih mahal dari broker 'yang satunya' tadi. Untuk BNIS fee nya 0.2% untuk beli dan 0.3% untuk jual, sementara broker 'yang satunya' 0.15% untuk beli dan 0.25%. Bagi saya ini bukanlah masalah, karena saya menetapkan diri untuk berinvestasi jangka panjang yang frekuensi transaksinya jauh lebih jarang ketimbang trader. Toh tidak ada biaya bulanan. Satu hal yang jadi catatan adalah kita tidak diberikan pilihan untuk memakai RDI dari bank lain karena hanya ada pilihan untuk menggunakan RDI dari Bank BNI.

Nah, bagi teman-teman yang baru memulai membuka rekening saham, saya harap pengalaman tadi bisa jadi bahan referensi. Sekali lagi, artikel disini independen, bukan titipan siapapun lho ya. Saya yakin Broker lain yang bagus masih banyak. Yang penting mereka memberi pelayanan yang memudahkan kita yang awam. Yang lebih penting lagi? Jangan masuk ke pasar modal tanpa pengetahuan yang cukup (ini berlaku untuk saya sendiri juga, sekedar penyemangat -red).

14 comments:

  1. nice story gan...
    tadi saya juga baru baca-baca di website BNIS yg ternyata fee untuk beli dan jual sma murahnya dari broker yang agan maksud tadi tapi registrasi via online....

    saya awam dan cukup sangat tertarik untuk mempelajari pasar modal... makasih atas postingannya gan setidaknya sekarang saya memiliki gambaran bagaimana cara mendaftar untuk memulainya.

    ReplyDelete
  2. @kikiebriyo Untuk bni Securities, kita bisa mendaftarkan diri lewat kantor cabangnya atau via online / pos. kalau yang lewat online/pos (mereka menyebut divisi yang menangani ini sebagai "Direct Channel) setahu saya memang saat ini lagi gencar2nya berpromosi. bisa kita manfaatkan tuh.

    oke terima kasih reviewnya. sering2 berkunjung ya

    ReplyDelete
  3. Gak wajib gan. Bisa pake pake bank lain. Tapi disarankan pake BNI supaya tidak kena biaya transfer tiap kali tarik dana, karena pilihan RDI/Rekening dana Investor hanya tersedia dari bank BNI.

    ReplyDelete
  4. sangat membantu.. terima kasih.

    ReplyDelete
  5. persyaratan dokumen-nya apa aja pak?
    batas umur minimal berapa? saya tertarik daptar di pasar modal...terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. e-KTP sama halaman depan buku tabungan bank apa saja.
      umur terserah asal sudah memiliki e-ktp.

      Delete
  6. bang ngerasa aneh gk kalau kita daftar di sebuah securities tapi formulir kita diisikan pihak sana kita cuma disuruh tanda tangan doang ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebaiknya memang diisi sendiri, tapi ditemenin petugas. Terutama untuk bagian formulir persetujuan Marjin, karena dengan fasilitas marjin berarti kita bisa membeli saham pake hutang.

      Delete
  7. Mas mau nanya sekarang setoran minimal berapa yah, thx for info :D

    ReplyDelete