Di Quartal pertama 2016 ini, kita menyaksikan lonjakan laba dari beberapa emiten di BEI. Meskipun yang masih rugi juga banyak, namun beberapa perusahaan besar maupun second liner mencatatkan kinerja yang kinclong di tiga bulan pertama tahun ini. Sebut saja Multi Bintang Indonesia yang mencatat kenaikan laba hingga hampir 130% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal yang mirip terjadi juga pada sektor komoditi, terutama energy. Meskipun labanya masih kecil (bahkan ada yang masih minus) namun adanya kenaikan harga minyak dan batubara sedikit banyak telah mengangkat harga saham di sektor itu.
However, kisah sukses tentu tidak bisa dinilai semata dari rentang waktu satu tahun dan semata menggunakan variabel makro ekonomi. Ketangguhan management dalam jangka panjang merupakan faktor utama dalam sukses tidaknya suatu perusahaan. Nah, namanya juga organisasi yang isinya manusia, perusahaan sukses juga bukannya serba sempurna. Ada suatu masa dimana mereka harus bersusah payah menjaga perusahaan agar tetap hidup, boro-boro mau untung besar. Kabar baiknya, perusahaan-perusahaan ini berhasil melalui masa-masa sulit tersebut dan mendulang sukses saat ini.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk membalikkan posisi perusahaan dari rugi jadi untung besar. Semuanya melibatkan proses yang saya sebut 4 GANTI. Apa saja?
- Ganti Manajemen
Artinya, perusahaan mengalami penggantian para pimpinan dengan harapan ada perubahan mindset dalam cara menangani suatu usaha. Cara ini adalah cara yang paling umum dilakukan untuk membalikkan posisi perusahaan dari kerugian berlarut-larut. Manajemen yang baru diharapkan mampu mendobrak tradisi lama perusahaan yang dianggap 'tabu untuk diubah' demi kemajuan yang lebih progresif.
Contoh paling spektakuler untuk kasus ini, menurut saya, adalah PT. Kereta Api Indonesia. Sebelum tahun 2009-2010, hampir semua orang tak bisa percaya kondisi kereta api di Indonesia bisa jadi seperti sekarang ini. Kereta api identik dengan Calo, Stasiun dan Kereta kumuh, desak-desakan, petugas yang angkuh (kalau ada penumpang komplain, biasanya mereka jawab: "silahkan cari angkutan lain"), Kereta anjlok, dan lain-lain.
Hadirnya Bpk. Ignasius Jonan mengubah itu semua. Tiket kini dibuat sistem online, Hampir semua space di stasiun dikomersilkan. Petugas korup dibuang, kereta ekonomi dipasang AC, Gaji karyawan dinaikkan besar-besaran (terutama yang kerjanya berhubungan langsung dengan keselamatan penumpang), pedagang liar jadi susah ditemukan, stasiun dibersihkan, standar keselamatan dinaikkan, dan masih banyak lagi. - Ganti Pemilik
Nah, kalau ganti pemilik, kasusnya juga sering terjadi. Sebut saja Bank Central Asia. Bank yang pernah dimiliki oleh Group Salim ini keok ketika krisis moneter 1998. Banyak nasabah yang menarik dananya secara besar-besaran, mengakibatkan BCA mengalami defisiensi modal. Kelompok Usaha Salim yang melakukan ekspansi usaha terlalu besar juga diduga punya andil dalam kejatuhan BCA di tahun itu.
Setelah sahamnya diambil alih oleh Grup Djarum pada tahun 2002, kinerja Bank ini terbilang moncer, apalagi statusnya sebagai satu-satunya Bank Swasta dari 'The Big Four' perbankan Indonesia. Saat ini BCA punya ciri khas tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial. - Ganti Bidang Usaha
Seringkali didapati bahwa, meskipun manajemen sudah berupaya keras dalam meningkatkan kinerja perusahaan, situasi tetap sulit sekali untuk dipulihkan. Kalau sudah begini, perlu dipikirkan lagi: apakah bidang usaha itu memang masih bisa menghasilkan? bagaimana dengan kompetitor lain, apakah mereka masih bisa untung?
Kalau semua jawaban dari pertanyaan diatas adalah 'Tidak' maka kini saatnya untuk pindah bidang usaha. Contoh yang berhasil dalam aksi ini adalah PT. Resource Alam Indonesia, Tbk, milik keluarga Adijanto, yang terkenal dekat dengan dunia bisnis perambahan hutan.
Dulu perusahaan ini bernama Kurnia Kapuas Utama Glue Industry. Dari namanya saja kita sudah tahu kalau bidang usahanya adalah Lem. Sayangnya produk 'Lem' yang dimaksud punya kekhususan produk yang terlalu tinggi, yaitu Lem Khusus Kayu. Mengingat Kayu sudah mulai habis ditebang, lem kayu juga tentu sepi peminat.
Sejak 2005 perusahaan pun merintis usaha batubara melalui anak usahanya, PT Insani Baraperkasa. Sementara Pabrik lem mereka di Palembang berjalan terseok-seok, bisnis batubara malah berkembang pesat apalagi ketika momentum krisis 2008. Alhasil kini Resource Alam Indonesia menghentikan usaha lem dan memilih mengembangkan usaha mereka di sektor energi. Menurut saya KKGI adalah salah satu perusahaan batubara paling konservatif di BEI, dengan hutang yang kecil dan ekspansi yang berjalan normal (tidak terlalu cepat, tapi juga tidak berdiam diri. Pokoknya produksi batubara naik terus). - Ganti Strategi
Nah, kalo yang ini tentu beberapa ceritanya sudah sering kita dengar. Balik Ke Grup Salim lagi. Dulu sebelum krisis 1998, Konglomerasi Salim punya banyak jaringan usaha yang tersedia di berbagai bidang. Hampir semua produk-produk terkenalnya kita familiar di telinga kita: BCA, Indocement, Indosiar, , Indomobil, Indofood, dan Indo-Indo lainnya.
Krisis 1998 merubah banyak hal dalam kehidupan keluarga Sudono Salim. Dulu mereka aman tenteram berkat kedekatannya dengan Presiden Soeharto. Di tahun itu, mereka justru mendapat petaka besar karena hal yang sama. Rumahnya di serbu massa yang tidak berani menyerang kompleks Cendana. Puluhan perusahaannya terpaksa diserahkan kepada Pemerintah. Ribuan nasabah BCA panik dan menarik uang mereka secara besar-besaran. Salim hancur, setidaknya untuk saat itu. Yang berhasil dipertahankan hanya Indofood.
Lepas krisis itu, Sudono Salim memilih tinggal di Singapura. Bisa dipahami kepedihan mendalam Om Liem. Entah beliau trauma atau gimana dengan Jakarta. Sampai akhir hayatnya Om Liem tetap tinggal di negeri Singa putih.
Tampuk bisnis pindah ke tangan anaknya. Anthoni Salim. Bpk Anthoni Salim sepertinya belajar banyak dari krisis 98. Strategi usaha beliau ubah secara fundamental. Apa saja yang berubah? Kalau menurut pengamatan kasar saya, yang terlihat jelas adalah:
- Fokus Usaha. Dulu segala jenis bidang dimasuki oleh Grup Salim. Sekarang mereka hanya fokus pada sektor consumer goods, namun sektor itu dikuasai secara komprehensif, mulai dari bahan baku sampai rantai distribusinya.
- Kedekatan politik. Dulu mereka memilih mendekat pada rezim penguasa untuk mengamankan bisnis. Sekarang, bpk Anthoni Salim nampak menjauhi sikap itu. Grup Salim memilih tidak berpihak dalam politik. Tidak cuma itu, beliau juga jarang tampil di media massa. Tidak membangun citra diri sebagai "Pengusaha Sukses Indonesia".
- Hasilnya?Bisa anda lihat sendiri. Kini Indomaret ada dimana-mana, auh mengungguli Alfamart. Kini Indomie kembali berjaya setelah pernah disalip Mie Sedaap dari Wingsfood. Bahkan di beberapa negara di Afrika, misalnya Nigeria, Indomie berstatus hampir mirip makanan pokok. Bahkan untuk produk makanannya, Salim punya perusahaan penghasil sawit yang siap memasok bahan baku: Salim Ivomas Pratama Tbk. Semua lini dalam sektor Consumer Goods kini dikuasai Salim. Lagi-lagi, Salim berjaya.
Orang sukses itu sebenarnya tidak menyukai apa yang mereka lakukan, tapi karena mereka bertekad untuk sukes, maka tetap dilawan dan bekerja keras dari siang hingga malam.
ReplyDelete