Mumpung lagi weekend, saya jadi pengen nulis lagi. Berhubung lagi di kampung, nothing much to enjoy. Mending cuap-cuap depan laptop aja.
Selama ini kita mengenal sektor consumer goods sebagai sektor paling stabil di bursa saham. Teknologi yang rendah, berakibat belanja modal juga rendah, produknya pun murah, dan berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Alhasil consumer goods jadi salah satu sektor paling menguntungkan di negara manapun di dunia ini.
Selama ini kalau bicara consumer goods, pikiran saya langsung terbayang odol, snack, rexona, pisau cukur, permen dan seterusnya. Hanya baru belakangan ini saya sadar, ROKOK juga consumer goods. Kok bisa ya barang yang merakyat di kalangan kuli sampai mahasiswa sampai direktur sampai menteri ini saya lewatkan?
Bahkan menteri berkinerja terbaik di RI juga ngudut. Jadi mari kita |
Rokok memang udah merakyat di negara kita. Sejak tembakau diperkenalkan oleh Belanda melalui sistem tanam paksa, negeri ini udah dikenal jadi penghasil tembakau terbanyak dan terbaik di dunia. Rokok juga jadi salah satu sektor penyumbang pendapatan negara terbesar. Nah, mari kita lihat kinerja emiten di sektor yang merakyat ini:
Kalau dua pentolan rokok di bursa, yaitu Gudang Garam dan HM Sampoerna, saya tidak perlu banyak penjelasan lagi. Udah terkenal kinerja dua perusahaan ini lantjar djaja dan selalu untung besar. Makanya harga sahamnya mahal. Dan karena harga sahamnya mahal, saya jadi ga tertarik.
Yang menarik justru 2 emiten terakhir. Bentoel sama Wismilak.
Untuk Bentoel, jadi menarik karena rugi terus sejak 2012. Perusahaan yang kini jadi bagian dari British American Tobacco ini banyak tergencet pesaing yang kerap menghimpit kinerjanya. Alhasil sampai sekarang masih berdarah-darah, malah sampai defisiensi modal. Kalau kita baca laporan tahunan terbarunya, pihak manajemen mengaku Bentoel masih rugi karena sedang melakukan aktivitas investasi. Sayangnya, alasan kayak gitu sudah mereka pakai sejak tahun 2013-an. Jadi patut dipertanyakan juga kinerja investasi nya, kalau memang benar-benar rugi karena investasi lho ya.
Nah, dari tabel di atas, yang keliatan banget masih layak buat invest adalah Wismilak. Emiten berkode WIIM ini untungnya masih lumayan, 131 Milyar. Yang bikin tambah menarik lagi ya PER dan PBV-nya itu lho, masing masing cuma 6.32x dan 0.88 kali.
Wismilak sendiri rutin bikin event-event untuk menjaga brand-awareness mereka. Untuk level nasional, mereka ngadain "Diplomat Success Challange", sebuah kompetisi ide usaha yang mungkin anda pernah liat di tivi. Dulu tahun 2006 kebawah, mereka juga jadi sponsor turnamen tennis wanita "Wismilak International" di Bali. Sayang sekarang turnamennya udah ga lanjut.
Meskipun murah secara valuasi, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa antara 2011 hingga 2015, pertumbuhan laba Wismilak rata-rata hanya 0.06% pertahun. Kecil sekali. Jadi bisa disimpulkan selama 5 tahun itu, Wismilak tidak bertumbuh. Hanya segitu-segitu saja.
Kesimpulannya, Wismilak saat ini valuasinya sudah murah. Perusahaan masih mencetak untung terus dari tahun ketahun, namun tidak bertumbuh. Masih cocok buat investasi, namun tidak untuk jangka waktu lama, paling lama hanya setahun kedepan.
Pos yang bagus Pak...
ReplyDeleteInfo jumlah saham didapat dari mana Pak?Apakah ada di laporan keuangan?
Terima kasih
iya di laporan keuangan. Misal untuk laporan keuangan Wismilak Inti Makmur 2015:
ReplyDeletedi laporan keuangan WIIM 2015, coba lihat "Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian" (halaman 3). coba liat akun "Laba Persaham Dasar yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk".
Di samping kanan akun itu, terdapat kolom "Catatan 2u, 29"
Catatan 2u ada di halaman 31. Catatan 29 ada di halaman 79.
Ternyata Catatan 2u hanya menjelaskan cara penghitungan laba persaham. Berarti kita lanjut ke catatan 29. nah.... di catatan itu bisa kita temukan data jumlah sahamnya, yaitu di poin b ("Jumlah Saham")
Cara yang sama juga berlaku untuk laporan keuangan emiten lainnya.