Kini sudah bulan Maret dan sebentar lagi bulan April. Selain orang-orang Barat mulai menyiapkan joke-joke ekstrim buat merayakan April Mop, kita para investor juga punya perayaan khusus: Era-nya rilis laporan keuangan, RUPS, dan pembagian dividen.
Nah, perkara pembagian dividen, ada beberapa orang yang pertama kali masuk ke pasar saham memilih untuk mengejar dividen saja (saya juga kok). Bayangan di kepala saya waktu itu seperti ini: Nikmat sekali dunia ini kalau biaya hidup kita dibiayai oleh perusahaan-perusahaan besar tanpa kita perlu ikut bekerja disitu. Yang lain sibuk sekolah tinggi-tinggi, mengejar karir, berangkat pagi pulang malem, eh malah keuntungan perusahaan tempat mereka bekerja dikasih ke kita yang ga ngapa-ngapain, cuma beli sahamnya saja.
Tapi kenyataan tentu saja tidak segampang itu diraih, meskipun bukannya tidak mungkin. ada harga yang harus dibayar untuk segala kemudahan. Dan harga yang harus dibayar itu adalah fakta bahwa dividend yield umumnya sangat kecil, dibawah 5%. Oh ya, dividend yield adalah perbandingan antara dividen yang kita terima dengan harga saham yang harus kita bayar untuk mendapatkan dividen tersebut. Misal dividennya adalah Rp100/saham, sementara harga saham yang dibeli Rp5000 persaham, maka dividen yield nya 2%.
Tentu memuakkan kalau mau hanya mengandalkan dividen segitu, nunggunya setahun pula. Kalo buat modal usaha udah berkali-kali lipat malah. Nah daripada nunggu setahun, anda mungkin milih untuk beli saham menjelang tanggal cum-nya saja ( tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan
berhak untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan). Ntar kalo ia sudah terdaftar karena memiliki saham ditanggal cum tersebut, yang berarti dia udah resmi tercatat sebagai penerima dividen, langsung deh dia jual lagi sahamnya buat diputer di emiten lain.
Sayangnya, gak cuma anda yang berpikir seperti itu. Orang-orang lain juga. Makanya, Menjelang tanggal cum harga saham bisa naik banyak, dan setelah tanggal cum itu (disebut juga tanggal ex), sahamnya turun banyak.
Misal harga rata-rata 6 bulan terakhir saham ABCD 500 rupiah. PT. ABCD itu membagikan dividen sebesar Rp60 per saham. Menjelang tanggal cum, harganya bisa naik jadi 550 rupiah. Anda pun membeli saham ABCD diharga segitu (karena alasan mau bagi-bagi dividen tadi). Pasca tanggal cum harganya pun turun jadi 450. Anda memang kelihatan untung karena mendapat dana cash Rp60 persaham tanpa kehilangan saham anda sama sekali. Namun rugi anda sejatinya muncul: ingat, anda beli diharga 550, kini jadi 450. 550-450=Rp100. Rp100 dikurangi keuntungan dari dividen Rp60= rugi Rp40 per saham. Kalikan kerugian tersebut dengan banyaknya saham yang anda beli.
Kenaikan dan penurunan harga ekstrim di sekitar tanggal pembagian dividen umumnya terjadi pada saham yang memiliki dividend yield sangat besar, sekitar 5 % keatas. Nah, Fluktuasi ini bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan 'dividen' yang lebih besar dari dividen sebenarnya.
Saya menyebutnya dividen dalam tanda kutip, karena kita tidak benar-benar mendapatkan dividen itu, namun kita juga pada akhirnya tidak kehilangan saham yang kita pegang. Kita akan melakukan trading dengan memanfaatkan fluktuasi harga disekitar hari pembagian dividen.
Pertama, pastikan saham dividen ini punya track record pembagian dividen besar-besaran dan stabil, serta sahamnya liquid, serta fluktuasi harganya paling besar disekitar tanggal pembagian dividen.
- Track record dividen besar-besaran dan stabil
Artinya perusahaan punya riwayat pembagian dividen dengan dividen payout (prosentase total dana dividen yang dibagian dibanding laba bersih perusahaan). ADMF pernah membagi dividen sangat besar, 2.7 Trilyun atau Rp2700 persaham. Tapi yah baginya cuma di 2014 saja. alhasil sampe sekarang sahamnya hanya turun dan tidak mengenal kata naik. Jadi yang kayak ADMF ini ga cocok buat strategi kita. - Sahamnya liquid.
Artinya transaksi saham di di bursa cukup banyak. Kalo ga ada yang jual sahamnya gimana caranya kita masuk? - Fluktuasi harga paling besar
Ini poin yang paling penting saya. Karena fluktuasi yang tinggi inilah yang kita manfaatkan untuk meraup untung.
Daan... yang paling cocok untuk kriteria diatas adalah?
Bank Jabar Banten dan Bank Jatim. Kebetulan dua-duanya adalah BUMD bank.
Kedua bank ini punya fluktuasi yang stabil karena bidang usahanya (perbankan) juga bidang yang stabil. Sebagai perbandingan ITMG juga suga bagi-bagi dividen besar dan sahamnya juga liquid. Namun harga batubara yang ga stabil (sehingga laba bersih nya juga tidak stabil, dan berdampak pada dividen yang lagi-lagi tidak stabil, meskipun payoutnya besar)
Perhatikan, betapa teraturnya fluktuasi saham Bank Jatim ini disekitar tanggal pembagian dividen:
Alih-alih anda hanya menunggu dividen yang besarnya hanya 40-an persaham, keuntungan yang lebih besar bisa kita dapatkan dengan mengumpulkan BJTM di bulan Oktober-November, menyimpannya, lalu melepasnya beberapa hari sebelum tanggal cum dividen di bulan April, setiap tahunnya.
Misal:
-Beli 10 lot awal November 2012 di harga 360-an= (10x100)xRp360an = Rp360.000Namun strategi ini tidak bisa diterapkan secara buta atau autopilot. Pertama-tama, kita harus yakin bahwa Emiten akan terus membagi dividen dalam jumlah besar di waktu mendatang. cara paling tepat untuk meyakininya tentu saja dengan melihat riwayat pembayaran dividen dimasa lalu.
Jual 10 lot awal april 2013 diharga 520-an = (10x100)x520an= Rp520.000
-Pada bulan November 2013, Rp520.000 bisa kita belikan 13 lot BJTM diharga 380-an.
Beli 13 lot awal November 2013 di harga 380-an = (13x100)x380-an = Rp494.000
Jual 13 lot awal April 2014 di harga 480-an = (13x100)x480-an = Rp624.000.
Total gain: (624.000-360.000)/360.000*100%= 73%. Angka yang "cukup lumayan" karena bisa didapat hanya dalam rentang 2 tahun.
Kedua, pergeseran tanggal pembagian dividen. Kalau sudah begini, pola fluktuasi bisa bergeser. Misalnya saja BJTM yang di 2016 memajukan pembagian dividen jadi 9 Februari 2016. Oleh karena itu anda harus memantau hasil RUPS tahunan untuk melihat pengumuman tanggal pembagian dividen.
Dan tentu saja yang paling penting, pastikan fundamental perusahaan tetap baik-baik saja, meskipun tidak terlalu bagus dalam hal pertumbuhan namun masih cetak laba yang lumayan.
No comments:
Post a Comment