Dear investor,
Sudah agak lama saya
tidak update blog ini sejak awal Juli kemarin. Bukannya saya mulai
malas nulis. Tapi karena kali ini saya sedang melakukan perjalanan ke
kota Sorong untuk menemui ayah saya. Nah, sepanjang perjalanan menuju
Sorong, karena naik kapal PELNI, jadi saya bisa transit di Makassar
dan Ambon, beda kalo naik pesawat, kita ga bisa jalan-jalan. Btw,
karena situasi pasar saham juga belum menarik, artikel kali ini ga
terlalu berkaitan dengan saham, namun lebih ke ekonomi secara umum di
sisi timur Indonesia, dari sudut pandang seorang traveller.
Hehe..
Karena perjalanan via laut, maka yang tampak di mata juga adalah aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan laut. Kota pertama yang kami singgahi adalah Makassar. Pintu gerbang Indonesia Timur ini sudah dari dulu udah ramai dengan aktivitas perdagangannya. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan oleh para pelaut Bugis yang legendaris itu. Dengan pinisinya mereka sudah melanglangbuana dari Australia hingga Afrika Selatan untuk kepentingan dagang. Kini Pelabuhan Soekarno-Hatta (bukan bandara Soekarno-Hatta lho ya...) menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia, karena di pelabuhan inilah kapal dan muatan kargo dari Jawa dan luar negeri diteruskan ke pelabuhan-pelabuhan lain yang lebih kecil di sebelah timur.
Karena perjalanan via laut, maka yang tampak di mata juga adalah aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan laut. Kota pertama yang kami singgahi adalah Makassar. Pintu gerbang Indonesia Timur ini sudah dari dulu udah ramai dengan aktivitas perdagangannya. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan oleh para pelaut Bugis yang legendaris itu. Dengan pinisinya mereka sudah melanglangbuana dari Australia hingga Afrika Selatan untuk kepentingan dagang. Kini Pelabuhan Soekarno-Hatta (bukan bandara Soekarno-Hatta lho ya...) menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia, karena di pelabuhan inilah kapal dan muatan kargo dari Jawa dan luar negeri diteruskan ke pelabuhan-pelabuhan lain yang lebih kecil di sebelah timur.